Peserta Tular Nalar 3.0 Mafindo foto bersama usai mengikuti Akademi Digital Lansia (ADL) yang dilaksanakan di Gereja Katolik ST. Fransiskus Asisi Pasar 6 Padang Bulan, Kota Medan, Sabtu (20/7) (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Saat ini semakin banyak lansia memanfaatkan telepon genggam terutama untuk membangun komunikasi dengan anak, cucu dan anggota keluarga lainnya maupun dengan anggota masyarakat lainnya.
Mendampingi para lansia agar berdaya internet, Tular Nalar 3.0 Mafindo dengan dukungan dari Google.org bekerjasama dengan FISIP USU mengadakan Akademi Digital Lansia (ADL) yang dilaksanakan di Gereja Katolik ST. Fransiskus Asisi Pasar 6 Padang Bulan, Kota Medan.
Pastor Gereja Katolik ST. Fransiskus Asisi Padang Bulan, RP. David D. Barus OFMConv, mendukung pelaksanaan Akademi Digital Lansia yang juga dinilai penting di masa saat ini.
"Saya mendukung penuh kegiatan Akademi Digital Lansia ini. Diharapkan terlaksana berulang kali dan menjangkau lebih banyak lansia dari berbagai daerah yang lebih luas lagi, khususnya di lingkungan gereja ST. Fransiskus Asisi Padang Bulan," kata David, Sabtu (20/7).
Akademi Digital Lansia adalah sebuah kegiatan pelatihan literasi digital yang ditujukan kepada para lansia agar mereka berdaya dalam menggunakan media digital (internet). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, umur harapan hidup (UHH) penduduk Indonesia mencapai 73,93 tahun pada tahun 2023.
Berdasarkan Statistik Kependudukan Lanjut Usia tahun 2023 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS),sebanyak 49,56% lansia sudah menggunakan gawai. Namun, hanya seperlima yang memiliki akses dan menggunakan internet.
Masyarakat lanjut usia, termasuk kelompok rentan, perlu mendapatkan informasi yang baik agar tidak mudah tertipu oleh penipuan digital dan penyebaran berita bohong yang saat ini sedang meningkat, terutama menjelang terjadinya bencana berskala besar yaitu pemilihan kepala daerah akan diadakan pada bulan November tahun 2024.
PIC Tular Nalar FISIP USU, Yovita Sabarina Sitepu S.Sos., M.Si, menjelaskan Akademi Digital Lansia yang akan dilaksanaan beserta penjelasan singkat mengenai pendampingan yang akan dilaksanaan secara online setelah kegiatan Akademi Digital Lansia ini terlaksana.
“Lansia salah satu kelompok yang rentan menjadi korban kejahatan dunia digital saat ini. Oleh karena itu kegiatan ini bertujuan untuk turut meningkatkan kemampuan literasi digital masyarakat Indonesia, terutama pada kalangan lansia,” jelasnya.
Program Manager Tular Nalar 3.0 Mafindo, Santi Indra Astuti, mengatakan Tulan Nalar yang sudah hadir sejak tahun 2020 untuk menanamkan kebiasaan berpikir kritis dikalangan masyarakat, saat menghadapi arus informasi yang sangat cepat.
“Saat ini kita berhadapan dengan derasnya arus pemikiran maupun arus informasi yang menantang di masa pemilu, maka itulahnya yang menjadi tantangan kita saat ini," ucap Santi.
Akademi Digital Lansia ini dilaksanakan dengan metode microteaching, dimana 1 fasilitator mendampingi 10 peserta yaitu para lansia. Para lansia diajak untuk mengenali tantangan lansia di dunia digital dengan BERBUDI (Bersama Bugar Digital). Mereka juga dikenalkan dengan langkah pencegahan penipuan dengan konsep WAKUNCAR (Waspadai, Kunjungi, Cari), dimana pada segmen ini para lansia diajak untuk menganalisis suatu berita dengan permainan ABCD (Amati, Baca, Cek faktanya, dan Diskusikan).
Pada segmen ini para lansia diberikan kesempatan untuk berdiskusi dan menganalisi berita yang sebelumnya sudah disediakan oleh fasilitator. Selain bermain untuk berdiskusi dan menganalisi berita, para lansia juga dikenalkan 3 kacau yang biasanya ditemukan pada konten yang beredar disosial media, yaitu Kacau IDE (Kacau Isi, Kacau Diri, Kacau Emosi).
Diakhir segmen, lansia dan seluruh fasilitator mengadakan senam ponsel yang dipandu oleh pendamping. Rangkaian acara tersebut berjalan lancar dan penuh antusias.
Yovita menambahkan selama kegiatan peserta antusias bercerita mengenai penipuan yang menimpa kenalan mereka, misinformasi yang mereka terima saat musim pilpres yang lalu.
"Saat senam ponsel, para lansia semangat hingga senam ponsel diulang sampai dua kali. Minggu depan saat kegiatan pendampingan, semoga para peserta sudah bisa menerapkan teknik wakuncar saat menerima informasi yang mencurigakan baik dari WhatsApp, Facebook, ataupun short message service (SMS)," tambah Yovita.
(CSP)