Dosen USU Pengabdian Masyarakat untuk Meningkatkan Mutu dan Pemasaran Produksi Instrumen Musik Batak Toba

Dosen USU Pengabdian Masyarakat untuk Meningkatkan Mutu dan Pemasaran Produksi Instrumen Musik Batak Toba
Dosen USU Pengabdian Masyarakat untuk Meningkatkan Mutu dan Pemasaran Produksi Instrumen Musik Batak Toba. (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan – Dosen Universitas Sumatera Utara (USU) melaksanakan pengabdian masyarakat bertajuk Peningkatan Mutu dan Pemasaran Produksi Instrumen Musik Batak Toba Melalui Modernisasi Peralatan dan Pemberdayaan Pengerajin RJ Workshop di Desa Pardomuan I, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir.

Pengabdian tersebut diketuai dosen yang juga Wakil Dekan I FIB USU Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., dengan anggota Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., Drs. Yoe Anto Ginting, M.A., dan Dr. Vanesia Amelia Sebayang, S.Sn, M.Sn.

Prof. Mauly Purba menjelaskan Mitra yang terlibat adalah anggota dan pengelola Sanggar ‘RJ Workshop’ yang juga merupakan pembuat/perajin instrument ensambel disanggar tersebut. Dimana para pembuat/perajin tersebut bertempat tinggal di sekitar sanggar ‘RJ Workshop’ Desa Pardomuan I Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

“Para pembuat/perajin tersebut aktif memproduksi alat musik gondang sabangunan Batak Toba, antara lain: taganing (membranophone - single-head braced drum), ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora dan ogung doal (suspended gong), dan sarune bolon (double reeds-oboe). Di samping itu, para pengrajin juga membuat instrument lain di luar instrument untuk ensambel gondang sabangunan, seperti hasapi (two stringed bout lute), garantung (wooden-xylophone) maupun sulim (transvers bamboo flute). Sebagaimana diketahui bahwa alat musik tradisional dan pembuat/perajin merupakan bagian penting dalam kehidupan dan perkembangan musik tradisi nusantara,” ujarnya.

Tujuannya akhir dari kegiatan si penggagas kegiatan ini tidak saja untuk membina masyarakat (dalam hal ini anggota sanggar RJ Workshop) dalam mempertahankan identitas kebudayaan mereka, memberikan alternatif di dalam menambah penghasilan masyarakat desa, bagaimana mengelola dan memanfaatkan pohon-pohon kayu yang tidak produktif lagi tetapi sangat potensil untuk digunakan sebagai bahan untuk membuat karya seni (instrument musikal), bagaimana memanfaatkan ruang (desa) dan waktu yang tersedia, tetapi bagaimana agar Desa Pardomuan I dan sekitarnya juga menjadi desa yang kelak dapat menopang kehidupan dan perekonomian masyarakat lokal. Dalam perspektif dan untuk kepentingan ini masyarakat Desa Pardomuan I, Zani Marbun telah membentuk sanggar RJ Workshop sebagai sebuah kelompok kegiatan seni khususnya bergerak dalam bidang pembuatan instrument ensambel Batak Toba.

RJ Workshop menerima bantuan alat dari pengabdian Dosen USU.
”Dengan modal yang sangat terbatas, serta peralatan pendukung manual yang serba sederhana dan juga terbatas di dalam jumlah, kegiatan pembuatan instrument ensambel Batak Toba di RJ Workshop telah berjalan selama kurang lebih satu windu. Sejumlah instrument ensambel Batak Toba telah mereka produksi dan telah dipasarkan secara lokal maupun antara Provinsi,” tegas Prof. Mauly.

Ia menjelaskan, hingga kini sejumlah kurang lebih 80 set alat instrument ensambel Batak Toba telah dipasarkan. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah sanggar RJ Workshop belum menerapkan manejemen waktu yang produktif serta manejemen sumber daya manusia yang baik serta metode bekerja terencana yang dapat diterapkan untuk memberikan hasil produksi yang bermutu serta maksimal.

“Para pengrajin instrumen musik ini juga belum menerapkan metode pengolahan kayu-kayu limbah pembuatan instrumen musikal yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk diolah menjadi barang-barang kreativitas seni lainnya. Di samping itu sanggar RJ Workshop juga belum menerapkan metode pemasaran instrumen-instrumen yang sudah selesai dikerjaakan secara terencana baik secara offline dan secara online di platform sosial media dan platform e-commerce untuk memperluas pemasaran. Kendala lainnya juga yaitu RJ workshop belum memiliki label produksi sehingga perlu dibuat trade mark-nya,” tegasnya.

Prof. Mauly Purba dan tim pengabdian lainnya diabadikan bersama perajin alat musik Batak Toba.
Selain masalah terkait aspek menejemen tersebut, sanggar RJ Workshop juga menghadapi kendala teknis yang mendasar antara lain persoalan terkait peralatan mengolah kayu sebagai bahan dasar yang kurang lengkap dan masih manual, sehingga memperlambat proses pembuatan bahan baku, di samping faktor pendanaan yang sangat minim dan kurang dapat mendukung pengadaan bahan baku. Ini dirasa sangat mengganggu kontinuitas pekerjaan. Hal lain yang menjadi persoalan mendasar adalah kebutuhan akan peralatan pertukangan yang sangat dibutuhkan untuk melancarkan produksi alat-alat musik tersebut antara lain mesin las, peralatan bor, mesin gergaji dan mesin bubut.

“Karena itu melalui pengabdian masyarakat ini, solusi yang akan ditawarkan kepada sanggar RJ Workshop adalah, bagi para perajin perlu diberi pemahaman menejemen waktu, menejemen sumber daya manusia, menejemen memasarkan produksi, pengenalan tentang variasi bahan baku pembuatan alat musik, serta pengolahan material sisa pembuatan alat musik,” katanya.

(REL/BR)

Baca Juga

Rekomendasi