PKBI Serukan Pentingnya Kesadaran Bahaya BPA bagi Kesehatan Keluarga

PKBI Serukan Pentingnya Kesadaran Bahaya BPA bagi Kesehatan Keluarga
PKBI Serukan Pentingnya Kesadaran Bahaya BPA bagi Kesehatan Keluarga (Ilustrasi/freepik.com)

Analisadaily.com, Medan - Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menggalang gerakan kepedulian terhadap bahaya paparan Bisfenol A (BPA), senyawa kimia berbahaya yang terdapat pada plastik kemasan pangan. Dalam diskusi publik bertajuk "BPA Free: Perilaku Sehat, Reproduksi Sehat, Keluarga Sehat" di Jakarta, PKBI bersama sejumlah organisasi lainnya menyuarakan dukungan terhadap pemerintah yang telah menerapkan peraturan pelabelan risiko BPA pada galon isi ulang berbahan polikarbonat.

Dr. Oka Negara dari PKBI menjelaskan, meskipun BPA telah lama digunakan dalam pembuatan plastik kemasan pangan, riset ilmiah menunjukkan bahwa paparan BPA dapat berdampak serius pada kesehatan. Risiko utama mencakup gangguan pada sistem reproduksi, perkembangan anak, serta ketidakseimbangan hormon. Berdasarkan penelitian laboratorium yang dilakukan oleh Tim Riset Universitas Airlangga, ditemukan bahwa BPA dapat memengaruhi struktur dan fungsi otak, termasuk bagian penting seperti hipokampus dan hipotalamus, yang mengatur keseimbangan energi dan proses kognitif.

"Penelitian ini menunjukkan potensi bahaya serius pada manusia, meski dibutuhkan studi lebih lanjut," ungkap Dr. Oka. Dampak lain yang ditemukan dalam penelitian adalah perubahan signifikan pada otak hewan percobaan, yang mengindikasikan adanya risiko pada kesehatan manusia.

Lebih lanjut, riset yang dilakukan oleh Evi Mutia dari Universitas Sumatera Utara memperkuat kekhawatiran tentang dampak BPA terhadap kesehatan reproduksi. BPA diketahui dapat menurunkan kualitas sperma, meningkatkan risiko infertilitas, serta menyebabkan gangguan libido dan masalah reproduksi lainnya. Bahkan, paparan BPA pada janin diduga memengaruhi perkembangan hormon.

Dalam jangka panjang, paparan BPA dapat memicu gangguan kognitif, stres tinggi, serta peningkatan risiko inflamasi yang bisa mengaktifkan sel kanker. "Risiko BPA bersifat akumulatif, semakin lama terpapar, semakin besar bahayanya," kata Dr. Oka.

Dukung Pelabelan BPA

Pada April 2024, BPOM resmi mengeluarkan aturan pelabelan risiko BPA khusus untuk galon isi ulang berbahan plastik polikarbonat. Produsen diwajibkan mencantumkan label peringatan pada galon-galon tersebut mulai April 2028. Isi label peringatan tersebut berbunyi, "Dalam kondisi tertentu, kemasan polikarbonat dapat melepaskan BPA pada air minum dalam kemasan."

PKBI dan sejumlah organisasi kesehatan menyambut baik regulasi ini. "Ini langkah penting untuk memberikan informasi yang jelas kepada konsumen agar dapat membuat pilihan yang lebih aman," ujar Dr. Oka. Pendapat senada juga disampaikan oleh Dr. Dien Kuntarti, pendiri MedicarePro Asia. Menurutnya, organisasi sipil perlu berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat terkait bahaya BPA.

Yeni Restiani, Direktur Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM, menekankan bahwa kebijakan pelabelan BPA ini bertujuan melindungi kesehatan masyarakat dan meningkatkan transparansi. Edukasi kepada masyarakat, menurutnya, sangat penting agar konsumen memahami risiko yang terkait dengan penggunaan kemasan berbahan polikarbonat.

Dengan gerakan ini, PKBI berharap masyarakat lebih waspada terhadap risiko BPA dan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk melindungi kesehatan reproduksi serta keluarganya.

(DEL)

Baca Juga

Rekomendasi