SJI: Narasumber pakar komunikasi dan motivator nasional Dr Aqua Dwipayana saat memberi kuliah dalam Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) ke-5 PWI di Kota Medan, 23-27 September 2024. (Analisadaily/Istimewa)
Oleh: Ahmad Nugraha Putra
Dalam kajian ilmu komunikasi, salah satu kemampuan tertinggi yang perlu dikuasi ialah menyimak lalu memahami pesan. Konsep ini juga termasuk dalam melakukan kerja-kerja jurnalistik khususnya pada bagian proses mencari informasi dari narasumber.
Materi simak ini, menjadi sesi yang begitu menarik pada Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) ke-5 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) angkatan I di Medan, Sumatera Utara. Tepatnya pada sesi materi yang dibawakan Dr Aqua Dwipayana, pakat komunikasi dan motivator nasional, Kamis (26/9).
Memang, SJI ini menyajikan berbagai materi menarik dan menantang soal perkembangan jurnalistik nasional, namun berbeda dari sajian Dr Aqua yang mengulas tentang membangun jaringan kerja wartawan yang berintegritas. Berbagai variabel menarik ia sajikan yang terasa bernas dalam peningkatan kualitas jurnalis, dari sisi psikologi, moral, sosial bahkan spiritual yang mendukung tugas-tugas jurnalis di lapangan.
Dalam hal ini, fokus pada bagaimana secara apik dan ciamik dalam membangun dan menjalin hubungan baik dengan para narasumber sebagai sumber informasi tiap pewarta. Hal ini pula, sejalan dengan buku yang ia karang dari puluhan tahun pengalamannya di dunia wartaran yaitu ‘The Power od Silaturahim, Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi’. Buku ini dahsyat, bekal bagi wartawan yang mau membangun jejaringnya (networking) yang selain mendukung kerja jurnalistik, juga memberikan banyak hal-hal baik dalam kehidupan.
Secara mendalam, paparan yang ia berikan bersifat abstrak dan sarat nilai terkait kehidupan yakni dengan konsep berdoa, bekerja dan bersyukur. Dengan begitu, diyakini akan mengantarkan kepada pengalaman, momen dan orang-orang baik pula.
Wartawan sebagai profesi, jelas Dr Aqua, berbeda dengan profesi pada umumnya. Orientasi yang harus ditanamkan bukan hanya soal kerja dan kerja, namun meliputi aspek sosial, jiwa bahkan nilai ketuhanan (devine). Maka menurutnya, jurnalis harus punya komitmen, konsisten dan kredibilitas dalam setiap kerjanya, layaknya hembusan napas di setiap waktu.
Hal demikian, karena kerja jurnalisme ini penuh tantangan, karena menyuarakan kebenaran di era kompleks ini, wartawan sering mengalami rintangan dari pihak yang dirugikan atas pemberitaan. Maka, perlu mendedikasikan seluruh hidupnya untuk memberikan informasi yang valid berdasarkan fakta.
Dr Aqua menekankan, segala perjuangan yang penuh kredibilitas itu, sebagai investasi membangun kualitas lebih baik di masa depan, sebagai wartawan profesional. Karena, membangun jejaraing yang luas merupakan keniscayaan dalam dunia jurnalis. Jejaring luas, merupakan pangkal untuk mendapatkan akses informasi pada banyak kanal. Lalu bisa mendapatkan bahan berita yang lebih lengkap, akurat dan berimbang. Tentu ini penting dalam kerja-kerja jurnalisme.
Kredibilitas dan reputasi penting dimiliki wartawan, itu dicapai dengan memiliki hubungan baik dengan berbagai sumber, rekan sejawat dan lainnya. Sehingga wartawan dengan sumber berita terpercaya diyakini meningkatkan reputasi wartawan di mata masyarakat.
Hal itu, juga sebagai cara dan alasan untuk menghadapi stigma buruk terhadap wartawan yang saat ini masih menjadi soal di masyarakat dan di kalangan para pejabat atau pengelola negara ini. Kesan pejabat alergi terhadap wartawan, atau bahkan menilai rendah profesi wartawan masih ditemui di lapangan.
Walau hal itu bisa disebabkan karena ketidaktahuan para pejabat atau pengelola negara ini, namun hal itu juga diperparah oleh “tingkah” oknum wartawan dalam beraksi yang mungkin tidak sesuai dan sejalan dengan kode etik jurnalistik.
Memang terkesan sok idealis, namun, nilai-nilai kewartawanan yang beradab, menjaga keras kode etik, memelihara hubungan baik dengan narsumber dan jejaring, menjalin pertemanan dan persaudaraan menjadi penting dan perlu dijalankan karena bertujuan membentuk insan jurnalis yang kredibel, punya reputasi baik dan dikenal tetap setia pada kode etik jurnalistik.
Konsep yang diajarkan ini adalah strategi atau wartawan tetap bisa menjaga harga dirinya, lembaga wartawan dan menjadi penegasan, bahwa profesi ini adalah menjalankan tugas-tugas mulia, sebagai guru banga yang bertugas menjalankan fungsi-fungsi. Yaitu fungsi edukasi, hiburan, menginformasikan dan sosial kontrol.
Secara sederhana, kerja jurnalis yang tidak sesuai kaidah dan etik akan merendahkan nilai serta harga diri wartawan. Sementara, kerja jurnalis yang mengedepankan nilai dan etik serta mampu berhubungan baik dengan jejaring, dengan sendirinya akan melambungkan citra baik dan reputasi insan wartawan di mata masyarakat dan ada kebanggaan dalam tiap aktivitas jurnalistik. Masih dalam fokus membangun jejaring, bahwa itu juga bertujuan memudahkan wartawan mendapatkan informasi diperlukan, termasuk kebutuhan konfirmasi dan klarifikasi.
Benang merah dalam gagasan ini, tidak terlepas dari aspek integritas wartawan. Yaitu harus mampu menilai secara objektif akan suatu peristiwa, memperjuangkan kebenaran, jujur dan adil dalam pemberitaan, menjalankan kode etik, transparansi dan berani memberitakan kebenaran meskipun menghadapi tekanan dan ancaman.
Wartawan itu, harus berkelas, bukan dalam aspek material dan kekayaan fisik. Namun itu semua tentang etika, adab, perilaku, sopan santun dan mampu menghargai, menghormati orang lain. Dr Aqua dalam motivasinya menawarkan kosen REACH yaitu respect (menghormati), empathy (merasakan yang orang lain rasakan, audible (dapat disimak), clarity (sederhana dan jelas), humble (tidak sombong) lalu humble yakni mampu beraksi nyata dan selalu konsisten akan itu.
Syarat wartawan dalam versi Dr Aqua ini ialah, harus rajin membaca, meningkatkan kemampuan wawancara dan jejaring, menaikkan skill menulis, belajar dan perluas jaringan terkait informasi dan potensi informasi. Sejalan kotesi yang ia sampaikan. “Untuk sukses jadi wartawan, selalulah menjaga, memelihara, mengembangkan dan meningkatkan silturahim tanpa pamrik dengan semua pihak. Lalukan itu secara konsisten."
Mengikuti sesi materi yang mahal ini, terasa seperti peserta terlahir kembali sebagai seorang jurnalis yang baru. Yang isi kepalanya ditambahkan soal nilai-nilai penting dari kerja wartawan. Yakni kerja ikhlas, kerja cerdas, kerja keras dan kerja tuntas. Rasanya, tidak sabar mempraktikkan tugas wartawan yang komunikatif di lapangan. Yakni kenal lawan bicara, bisa sampaikan pesan yang mudah dipahami, tidak minder, ramah, senyum dan bijaksana, berbicara jelas dan selalu upgrade wawasan. Terima kasih pak Aqua, kini dahaga sudah lega.
(JW/RZD)