Analisadaily.com, Kabanjahe - Ruang kelas V SDN 040443 Kabanjahe berdenyut dengan kehidupan. Anak-anak duduk berkelompok, dilingkupi semangat belajar yang tak biasa. Pada pagi itu, mereka tengah asyik berdiskusi, memotong dan menyusun kertas, menciptakan bingkai foto sederhana. Ini bukan hanya tentang keterampilan tangan, melainkan bagian dari sebuah pembelajaran numerasi berbasis praktik yang digagas oleh Tanoto Foundation. Program yang dikenal dengan metode siklus pembelajaran "DO (lakukan)" ini menawarkan pendekatan yang berbeda dalam mendidik para siswa.
Pembelajaran Numerasi dengan Metode DO: Kreativitas Anak dalam Bingkai Kelas
Pembelajaran Numerasi dengan Metode DO: Kreativitas Anak dalam Bingkai Kelas (Analisadaily/Istimewa)
Di tengah gemuruh tawa dan percakapan anak-anak, ada sekelompok guru yang tidak hanya mengamati, tetapi juga belajar. Mereka bergantian menjadi pengamat dan guru model, menilai keefektifan pembelajaran yang sedang berlangsung. Di tangan mereka tergenggam instrumen pengamatan, sebuah alat untuk menilai seberapa baik proses ini berjalan. Setelah selesai, refleksi bersama dilakukan, mendiskusikan apa yang berhasil dan tantangan yang dihadapi, mencari solusi agar siklus berikutnya lebih baik.
Ervina Tarigan, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Atap 2 Merek, adalah salah satu sosok di balik inisiatif ini. Sebagai fasilitator daerah perubahan Tanoto Foundation di Karo, ia menerangkan pentingnya inovasi dalam pembelajaran, khususnya numerasi. Menurutnya, para guru tidak boleh terjebak pada metode konvensional yang cenderung membosankan. Program ini dirancang untuk memberi ruang bagi kreativitas dan keterlibatan siswa yang lebih mendalam.
"Strategi kami berfokus pada penggunaan metode yang menarik, seperti permainan, untuk membuat siswa lebih terlibat dalam belajar numerasi," kata Ervina, senyum tipis menghiasi wajahnya.
"Ini bukan sekadar tentang angka-angka, tapi bagaimana membuat siswa merasa bahwa matematika itu hidup dan menyenangkan," tambahnya.
Inovasi ini tidak hanya terbatas pada kelas matematika. Menurut Ervina, pendekatan numerasi ini dapat diterapkan di berbagai bidang studi lainnya, dari Bahasa Indonesia hingga Pendidikan Kewarganegaraan. "Kami ingin menciptakan siswa yang tidak hanya pintar dalam hitungan, tetapi juga mampu berpikir kritis dan kreatif dalam berbagai situasi," bilangnya.
Selama sebulan terakhir, program ini telah membawa dampak nyata bagi guru dan siswa. Setiap langkah dipantau dengan cermat melalui pre-test dan post-test untuk mengukur peningkatan kemampuan numerasi siswa. Hasilnya, meskipun masih dalam tahap awal, mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan.
"Hasil jangka pendek yang diharapkan adalah peningkatan kompetensi siswa dalam pelajaran numerasi, yang dapat terukur melalui asesmen nasional yang akan datang. Kami berharap, dengan strategi pembelajaran yang diterapkan, siswa dapat meningkatkan nilai mereka dalam asesmen nasional tahun depan," jelasnya.
Sementara itu, dampak jangka panjang yang diharapkan dari program ini adalah meningkatnya nilai nasional numerasi di Kabupaten Karo serta penyebaran praktik baik ke sekolah-sekolah lainnya. Ervina dan timnya berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah mereka.
Di sisi lain, tantangan tetap ada. Tidak semua guru, seperti diakui Pesta Simbolon, Kepala Sekolah SDN 040443 Kabanjahe, memiliki kreativitas yang memadai. Namun, ia yakin bahwa dengan dukungan dan pelatihan yang tepat, semua guru dapat mengembangkan kemampuan tersebut. "Tidak mudah, tapi kami terus berusaha. Saya selalu mengatakan kepada para guru, bahwa mereka memiliki potensi untuk membuat perubahan besar," tuturnya penuh semangat.
Pelatihan ini tidak hanya berhenti di sekolah ini. Melalui Kelompok Kerja Guru (KKG), pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh dari program ini diharapkan dapat menyebar ke sekolah-sekolah lain di Kabupaten Karo. Dengan begitu, dampak positif program ini dapat dirasakan lebih luas, membawa perubahan signifikan dalam kualitas pendidikan di daerah tersebut.
Di balik semua itu, program Fasda Perubahan yang diperkenalkan pada tahun 2023 oleh Tanoto Foundation menjadi landasan kuat bagi inisiatif ini. Dengan memberikan dana hibah kepada Fasda, program ini membantu fasilitator daerah untuk menerapkan proyek-proyek inovatif yang mendukung Kurikulum Merdeka, khususnya dalam bidang literasi dan numerasi.
"Program Fasda Perubahan terdiri dari pelatihan manajemen proyek dan sesi pendampingan. Fasda diminta untuk mengidentifikasi kebutuhan di komunitas mereka untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan bagaimana mereka dapat menciptakan solusi inovatif untuk berkontribusi pada penyelesaian masalah dengan menggunakan dana hibah," jelas Media & Communications Coordinator Tanoto Foundation, Mutazar.
Secara teknis, memberdayakan fasilitator kabupaten sebagai champion lokal untuk mendorong inovasi berkelanjutan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka melalui proyek pendampingan dilalui dengan 4 tahapan, yakni, pertama, memberikan hibah bantuan teknis dalam pelaksanaan proyek konsultasi oleh ahli dalam bidang literasi dan numerasi (konten). Kedua, Fasda diberdayakan oleh program ini dengan memberikan pendampingan kepada guru-guru lain tentang IKM (terutama dalam literasi dan numerasi), terkait itu Fasda melibatkan para pemangku kepentingan dalam implementasi proyek untuk memastikan komitmen dan rencana keberlanjutan. Ketiga, Guru menerapkan praktik-praktik yang baik dalam pengajaran dan pembelajaran literasi dan numerasi, dan terakhir keempat, kompetensi siswa dalam bidang literasi dan numerasi meningkat.
Seperti pohon yang baru ditanam, program ini membutuhkan waktu untuk tumbuh. Namun, dengan akar yang kuat dan perawatan yang tepat, ia akan tumbuh menjadi pohon besar yang memberikan buah pendidikan berkualitas bagi generasi mendatang.(DEL)