Analisadaily.com, Jakarta - Consumer Business Community Manager Bank Jago Edo Velandika mengatakan bahwa sebagian besar permasalahan keuangan kaum muda muncul dari perilaku konsumtif yang tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang sehat.
"Untuk itu generasi muda harus melek keuangan dan belajar mengelola keuangan yang baik. Bisa diawali dengan introspeksi gaya hidup, lalu menabung atau membuat pos-pos anggaran berdasarkan skala prioritas, dan terakhir mulailah investasi sejak dini,” ujar Dika dalam keterangan di Jakarta, Minggu (6/10).
Dika mengemukakan konsep dasar pengelolaan keuangan 3F yaitu fix, fun, and future, yang merujuk pada tiga kriteria anggaran yang harus dipahami dalam membuat perencanaan keuangan. Fix berarti memisahkan pengeluaran yang bersifat pasti atau fixed cost, seperti biaya makan, cicilan atau sewa tempat tinggal, dan pengeluaran lain yang bersifat wajib. Ini biasanya sekitar 50 persen dari total penghasilan bulanan.
Lalu, fun yang merupakan alokasi dana untuk kegiatan bersenang-senang, seperti nonton film atau konser musik, hobi, olahraga, maupun liburan atau traveling.
"Anggaran ini kalau dikeluarkan bisa bikin senang, tetapi kalaupun tidak ya tidak apa-apa juga. Untuk fun budget ini usahakan tidak lebih dari 30 persen dari total penghasilan," kata Dika.
Terakhir adalah future, yaitu alokasi dana yang dipersiapkan sejak dini untuk memenuhi kebutuhan yang tak terduga dan sesuatu yang bersifat jangka panjang atau untuk masa depan. Misalnya, dana darurat, dana pensiun, atau biaya untuk melanjutkan pendidikan. Anggaran future setidaknya memiliki alokasi 20 persen dari total penghasilan.
Menurut Dika, yang terpenting dalam pengelolaan keuangan bukanlah seberapa besar nominal yang ingin dicapai tetapi lebih kepada membangun kebiasaan finansial yang baik. Untuk itu kita perlu menetapkan target-target keuangan pribadi secara cermat dan realistis, merinci dan mengkalkulasi anggaran yang sifatnya pasti atau rutin, serta membuat alokasi anggaran berdasarkan skala prioritas dan tujuan jangka panjang.
Ia melanjutkan bahwa sekarang banyak aplikasi atau metode yang memudahkan untuk memisah-misahkan anggaran. Salah satunya adalah menggunakan Aplikasi Jago dengan fitur Kantong di dalamnya. Pengguna Aplikasi Jago dapat memisahkan uang ke dalam pos-pos yang berbeda sesuai kebutuhan dan keinginan hingga 60 kantong, yang memiliki nomor rekening yang berbeda untuk setiap kantongnya.
Jika penghasilan bulanan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, Dika merekomendasikan untuk mencari sumber penghasilan lain, seperti pekerjaan sampingan atau memulai bisnis. Kemudian jika penghasilan bulanan sudah lebih dari cukup, mulailah berinvestasi sejak dini dan mulailah dari jumlah yang kecil dengan konsisten dan teratur.
"Pelajari dulu dasar-dasar investasi biar tidak cuma ikut-ikutan atau FOMO (fear of missing out). Kalau ada yang pompom atau menjanjikan keuntungan yang tidak masuk akal, besar kemungkinan itu investasi bodong," ujar Dika.
Sebagai bank berbasis teknologi, Bank Jago mengembangkan aplikasi Jago agar dapat tertanam di berbagai ekosistem digital agar mempermudah nasabah untuk menjalani kehidupannya, termasuk melakukan pengelolaan keuangan dan investasi. Dalam mendukung investasi, Bank Jago berkolaborasi dengan platform investasi online Bibit dan Stockbit agar pengguna aplikasi Jago dapat berinvestasi secara mudah dan mulus.
"Setiap orang punya masalah, kebutuhan hidup masing-masing, serta punya cara sendiri untuk mengatur keuangan. Itulah alasan Aplikasi Jago dirancang agar nasabah bisa fleksibel mendesain solusi keuangannya sendiri," kata Dika.
Akhir pekan ini, Bank Jago berkolaborasi dengan organisasi kepemudaan internasional AIESEC mengumpulkan ratusan pemuda di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta untuk membahas tantangan kepemimpinan global dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, salah satunya soal pengelolaan keuangan.
Local Head President AIESEC UPN “Veteran” Yogyakarta Fahish Akbar Laksmana mengapresiasi kepedulian Bank Jago terhadap berbagai tantangan kepemimpinan anak muda, termasuk masalah keuangan.
"Kami berharap dengan dukungan Bank Jago, kegiatan-kegiatan AIESEC UPN “Veteran” Yogyakarta dapat meningkatkan kepedulian dan kesadaran generasi muda untuk menciptakan dampak positif di masyarakat melalui pengelolaan keuangan yang lebih baik," ujar Fahish.
AIESEC UPN “Veteran” Yogyakarta merupakan bagian dari AIESEC Indonesia dan AIESEC Global. AIESEC adalah organisasi kepemudaan internasional terbesar di dunia yang anggotanya tersebar di lebih dari 110 negara, termasuk Indonesia.
Organisasi nirlaba independen ini terbentuk pada 1984 sebagai wadah kaum muda untuk mengeksplorasi dan mengembangkan potensi kepemimpinan mereka melalui program-program yang mendukung Sustainable Development Goals (SDG).