Ubah Pelajaran Matematika yang Sulit dan Menakutkan Jadi Menyenangkan

Ubah Pelajaran Matematika yang Sulit dan Menakutkan Jadi Menyenangkan
Ubah Pelajaran Matematika yang Sulit dan Menakutkan Jadi Menyenangkan (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Kabanjahe - Dalam ruangan kelas yang hangat dan penuh dengan semangat, Totaria Simbolon, S.Pd., M.Pd, berbicara dengan keyakinan tentang bagaimana matematika, sering kali dianggap sulit dan menakutkan, bisa diubah menjadi pelajaran yang menyenangkan dan relevan bagi anak-anak. Sebagai pengawas sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Karo, serta fasilitator daerah (Fasda) Perubahan Tanoto Foundation, Totaria telah mendedikasikan hidupnya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dan kontekstual.

"Matematika itu bukan sekadar angka atau rumus yang rumit, tetapi keterampilan hidup yang bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya dengan senyum yang penuh keyakinan.

Menurutnya, kunci untuk membuat anak-anak senang dengan matematika adalah membiasakan mereka mengaplikasikannya dalam situasi yang dekat dengan kehidupan nyata. Ia memberikan contoh bagaimana pelajaran matematika bisa masuk ke dalam berbagai mata pelajaran lain.

"Misalnya dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN), keberagaman budaya bisa disajikan dalam bentuk grafik atau diagram. Dengan begitu, anak-anak terbiasa dengan matematika tanpa merasa tertekan," bilangnya.

Selama bertahun-tahun berkarier sebagai guru, hingga akhirnya menjadi pengawas sekolah, Totaria mengakui tantangan terbesar bagi banyak guru matematika adalah bagaimana menjelaskan konsep yang abstrak dengan cara yang mudah dimengerti. Terlalu sering, matematika diajarkan secara terpisah dari konteks kehidupan nyata, sehingga menimbulkan kecemasan pada siswa.

Totaria percaya bahwa peran guru sangat menentukan dalam membentuk persepsi siswa tentang matematika. Guru yang kreatif dan kontekstual dapat mengubah ketakutan menjadi minat.

"Misalnya, kita bisa mengajak anak-anak membuat grafik dari ukuran sepatu mereka di kelas, atau menggunakan alat seperti Excel untuk memvisualisasikan data. Anak-anak suka teknologi, jadi mengapa tidak kita manfaatkan itu untuk membuat matematika lebih menarik?" katanya.

Pendekatan seperti ini, menurutnya, akan menghilangkan persepsi bahwa matematika hanya tentang menghitung dan rumus. Dengan menghadirkan matematika dalam situasi nyata, seperti pergi ke pasar dan menghitung uang belanja, anak-anak akan merasa lebih dekat dan tertarik pada pelajaran ini.

"Kalau sudah menyenangkan, anak-anak akan belajar tanpa merasa terbebani. Minat mereka tumbuh, dan mereka mulai paham konsep-konsep matematika tanpa rasa takut," tegasnya.

Totaria sendiri adalah lulusan sarjana pertanian dari Universitas Sumatera Utara yang kemudian jatuh cinta pada dunia pendidikan, khususnya dalam mengajar matematika. Ia telah mengabdi sebagai guru sejak tahun 2000, dan baru-baru ini menyelesaikan gelar magisternya dari Universitas Nomensen pada Mei 2024. "Saya belum punya rencana untuk melanjutkan ke jenjang S3, tapi siapa tahu ke depannya," ujarnya sambil tersenyum.

Di tengah kesibukannya sebagai pengawas dan fasilitator daerah, Totaria tetap berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah-sekolah yang ia pantau. Ia berharap semakin banyak guru yang bisa mengadopsi pendekatan kontekstual dalam mengajar matematika, sehingga anak-anak Indonesia tidak lagi takut pada pelajaran ini, melainkan menikmatinya.

Melalui pekerjaannya dengan Tanoto Foundation dan program PINTAR, Totaria berkontribusi pada upaya peningkatan literasi dan numerasi siswa di Indonesia, sebuah tantangan yang masih besar bagi dunia pendidikan di negeri ini. Meski hasil yang diraih belum maksimal, Totaria tetap optimis bahwa dengan pendekatan yang tepat, anak-anak Indonesia akan semakin cerdas dan percaya diri menghadapi tantangan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

"Matematika adalah tentang kehidupan," katanya mengakhiri.

"Dan tugas kita sebagai guru adalah membawa kehidupan itu ke dalam kelas, membuat anak-anak merasa terhubung dan tertarik untuk belajar," pungkasnya.

Media & Communications Coordinator Tanoto Foundation Mutazar mengungkapkan, pada tahun 2023, sebuah pelatihan berbasis proyek yang disebut 'Fasda Perubahan' diperkenalkan. Program yang memberikan dana hibah kepada Fasda ini dimaksudkan untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka dengan meningkatkan keterampilan dan kapasitas Fasda dalam manajemen proyek.

"Program Fasda Perubahan terdiri dari pelatihan manajemen proyek dan sesi pendampingan. Fasda diminta untuk mengidentifikasi kebutuhan di komunitas mereka untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan bagaimana mereka dapat menciptakan solusi inovatif untuk berkontribusi pada penyelesaian masalah dengan menggunakan dana hibah," terangnya.

Ditamabahkannya, hal ini sejalan dengan esensi Kurikulum Merdeka yang mendorong inovasi dalam pengajaran dan pembelajaran, Fasda Perubahan merupakan jalan penting bagi Tanoto Foundation dalam mendukung kebijakan nasional.

Tujuan akhir dari pelaksanaan program ini untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka melalui program pendampingan yang lebih baik untuk meningkatkan hasil literasi dan numerasi.

"Memperkuat kapasitas fasilitator kabupaten sebagai champion lokal sehingga mereka dapat menyebarluaskan praktik-praktik baik dalam pengajaran dan pembelajaran untuk membantu meningkatkan kompetensi siswa di bidang literasi dan numerasi, dan juga mendorong solusi inovatif untuk meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi yang sesuai dengan konteks lokal," tutup Mutazar.

(DEL)

Baca Juga

Rekomendasi