Analisadaily.com, Aceh - Tingkat kebisingan begitu terasa saat kaki tercecah di lantai dapur penyedia Jasa Boga (katering) Tira Gemilang Catering (TGC). Suara mesin penanak nasi kapasitas besar, kuali panas yang menggoreng ayam porsi besar, deru gas belasan LPG aneka ukuran tabung yang digunakan bersamaan menyatu dengan teriakan koordinasi kepala dapur TGC. Melalui fitur jam tangan pintar pabrikan Steve Job, aktivitas pagi itu terekam berkisar 84 hingga 100 desibel. Setara dengan tingkat kebisingan saat kita berada dalam teater bioskop saat film diputar menjelang klimaks drama.
Sama seperti pagi biasanya. Pagi itu sekitar pukul 08.00, Jumat 20 September 2024 di bilangan Yos Sudarso, Tanjung Mulia, Medan, Bunda Yani, Bunda Ani, Nita, Santi, Yudi, dan tiga perempuan tenaga tambahan di dapur itu tanpa dikomando sudah melakukan peran dan tugasnya masing-masing. Rumah petak berukuran 6x12 meter persegi yang berjarak hanya tujuh meter dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Deli disulap menjadi dapur. Di tempat sederhana inilah panganan PON XXI Aceh-Sumut tercipta.
Tepat pukul 09.30 WIB, Bunda Yani (sapaan akrab) yang bertugas sebagai kepala dapur sudah harus memastikan 3500 porsi nasi untuk santapan makan siang atlet, volunteer, ofisial, dan pelatih yang bertugas di PON XXI Aceh-Sumut 2024 sudah harus dikemas di kertas bungkusan. Bunda Yani bahkan sudah lupa dan tak menghitung lagi sudah berapa kilogram beras yang ia tanak di pagi itu. Sama halnya dengan Nita dan Santi. Mereka juga sudah tidak menghitung jelas berapa ribu potong ayam yang sudah mereka goreng. Semua bekerja menggunakan "feeling" dan hitung-hitungan sederhana pekerja katering.
"Kita sudah gak hitung jelas, cuma perkiraan saja kalau satu ekor ayam, atau satu kilo ayam itu dapatnya berapa potong? ya sudah kita jumlahkan saja, dan kita disini juga tinggal menggoreng saja dengan api maksimal, biar matangnya juga maksimal, dan tentunya dengan Waktu yang singkat. Maka dari itu kita disini wajib memakai gas LPG, agar kecepatan memasak bisa mengimbangi jumlah target pesanan kami yang melonjak, kalau pakai kayu bakar, pastilah tertinggal. " kata Bunda Yani membuka percakapan.
Pengelola TGC, Kian Trianda mengaku sangat tertantang saat pihaknya diajak oleh Pengurus Besar (PB) PON XXI untuk berpartisipasi menyukseskan gelaran PON untuk pengadaan konsumsi makan siang dan makan malam.
"Kita diajak menjadi sub katering di wilayah Medan, Bulan Juli kemarin diajak, dan langsung test food mereka dari Jakarta suka dengan karakter, olahan bumbu dan rasa makanan kami. Ya sudah kita diajak dan langsung eksekusi pada 23 Agustus hingga 21 September, dan ini sudah memasuki pekan keempat kita menyediakan makanan. Makanan itu per hari harus bisa kita sediakan hingga 3500 porsi meliputi untuk makanan atlet, pelatih, ofisial dan relawan yang bertugas di PON XXI Sumut," kata Rianda.
Ia juga mengatakan, tidak mudah untuk memenuhi standar dari PB PON, selain masalah higienitas, mutu dan rasa, kecepatan dan ketepatan waktu pengantaran merupakan yang utama. Tentunya tidak lah mungkin makanan siang diantar diatas jam 12 siang.
"Standar kerja dari PB PON termasuk tinggi, selain rasa yang enak, higienis, tentunya ada hal yang paling utama untuk diperhatikan, yaitu kecepatan dan ketepatan menu. Tidak mungkin makan siang kita antar diatas jam 12 siang, dan tidak mungkin juga di perjanjian menu ada ayam dan telur, tapi telurnya lupa kita sajikan, pasti ada protes dari panitia nanti. Jadi kita pastikan sebelum jam 12 siang makanan sudah harus sampai di arena pertandingan, bagaimana kita mengakali itu? ya tentunya dengan manajemen dapur yang baik, dan akselerasi yang maksimal saat memasak, tentunya dengan bahan bakar gas LPG di tungku-tungku, dan penanak nasi dapur kami kami, itu sudah hal mutlak," kata nya.
Nantinya setelah selesai keseluruhan makanan tersebut dikemas selanjutnya akan diantarkan ke Gudang Utama makanan PON yang terletak di Kompleks Politeknik Pariwisata, Medan.
Lonjakan konsumsi LPG
Sementara itu, Area Manager Comm, Rel & CSR PT. Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Susanto August Satria saat dihubungi analisadaily melalui layanan pesan singkat Whats-App mengatakan, pihaknya mencatat ada peningkatan konsumsi LPG 3 kilogram di Aceh dan Sumut selama Satgas PON 2024 dibentuk dan berlangsung pada 26 Agustus-22 September 2024.
"Benar dan kita pastikan ada lonjakan konsumsi, khususnya untuk LPG 3 kilogram, kenaikannya sebesar 1,6% atau 2.025 MT per hari menjadi 2.057 MT per hari. Sementara itu, periode yang sama, konsumsi LPG 2024 tumbuh sebesar 4,9% dibandingkan tahun 2023 atau 1.961 MT per hari menjadi 2.057 MT per hari," kata August Satria.
Dikatakannya lebih lanjut, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut juga membentuk Tim Satuan Tugas (Satgas) guna mendukung ketersediaan energi baik untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan juga LPG selama penyelenggaraan PON XXI Aceh-Sumut 2024.
"Kita juga membentuk Satgas yang berfungsi untuk mengawal ketersediaan stok dan keandalan sarana dan fasilitas seperti penyaluran BBM maupun LPG dalam kondisi aman dan berjalan lancar, kita juga memastikan ketersediaan LPG 3 kilogram, maupun LPG non subsidi seperti Bright Gas tersedia di semua pangkalan maupun outlet, dan tentunya mudah diakses masyarakat," katanya.
Kini, gelaran event PON XXI Aceh-Sumut 2024 sudah berlalu, namun ada kenangan, ada peluh para ibu-ibu pekerja jasa boga TGC yang menjadi saksi. Tidak hanya TGC yang berperan, ada juga kemudian juru masak khusus dari Poltekpar Medan yang bertugas untuk memasak makanan untuk tamu VIP PON XXI, ada kemudian CV. Cahaya Kian Prima, CV Sultan Makmur, PT. Hati Food katering, dan ada belasan sub katering lainnya yang ikut berpartisipasi, mereka akhirnya membuktikan dengan gamblang bahwa menjadi pengusaha jasa boga yang masakannya enak saja tidak cukup. Bahwa juga ada kecepatan dan ketepatan waktu, mengakselerasi energi api-api biru di tiap dapur PON XXI Aceh-Sumut 2024. (Qodrat Al-Qadri).