GESID Gencarkan Edukasi Gizi di Sekolah. (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Prevalensi anemia pada remaja putri yang mencapai 30-32% dan ibu hamil sebesar 37% berdasarkan data Riskesdas Kementerian Kesehatan menjadi tantangan serius bagi Indonesia. Untuk menekan angka ini sekaligus mengurangi prevalensi stunting, Gerakan Sehat Indonesia (GESID) diinisiasi dengan melibatkan remaja dan mahasiswa sebagai agen perubahan.
Salah satu kegiatan GESID dilaksanakan pada 3 Agustus 2024 di SMP Methodist 1 Medan. Program ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran kesehatan gizi melalui kampanye pendidikan yang menyasar siswa SMP dan SMA di 10 daerah di Indonesia. Para siswa dilatih menjadi key influencer kesehatan gizi atau Duta GESID, dengan pendampingan dari Duta GESID Volunteer yang berasal dari kalangan mahasiswa.
Tuti Hura, seorang mahasiswa Universitas Sumatera Utara sekaligus Duta GESID Volunteer, berbagi pengalamannya dalam kegiatan tersebut.
“Saya bisa mengenal masyarakat lebih luas dan mengabdikan ilmu yang saya miliki untuk memberikan dampak bagi mereka. Kegiatan ini adalah implementasi nyata tri dharma perguruan tinggi, terutama pengabdian masyarakat,” ungkap Tuti dalam wawancara beberapa waktu lalu.
Program GESID mengadopsi pendekatan peer-to-peer education, yang dinilai efektif untuk menyampaikan pesan gizi seimbang kepada remaja. Salah satu fokus utama edukasi adalah mengubah kebiasaan buruk, seperti jarang sarapan dan konsumsi makanan cepat saji. Berdasarkan survei Global School-based Student Health Survey (GSHS), hampir 49,7% pelajar jarang atau tidak pernah sarapan, yang dapat memengaruhi kondisi kesehatan jangka panjang.
Melalui pendekatan inovatif ini, GESID diharapkan dapat menekan angka anemia dan stunting di Indonesia sekaligus mempersiapkan generasi muda yang lebih sehat dan produktif dalam menghadapi bonus demografi pada tahun 2045.
(SIA/REL/BR)