Kabid P2P Sumut Novita Saragih memaparkan kasus TBC di Sumut (Analisadaily/Zulnaidi)
Analisadaily.com, Medan - Pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis (TBC) diharapkan bisa masuk dalam kurikulum sekolah. Dengan begitu, sosialisasi tentang TBC sudah mulai dilakukan sejak dini.
Di lain pihak, sekolah juga merupakan ranahnya berkumpul banyak orang, sehingga, kemungkinan bisa saja ada yang tertular. Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan TBC bagi anak sekolah.
Demikian salah satu poin rencana tindak lanjut (RTL) dari pertemuan Penguatan Jejaring Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dan Lintas Sektor yang diselenggarakan SR Yayasan Mentari Meraki Asa (YMMA) di Hotel Hermes Palace, Medan, Senin (2/12).
Hadir perwakilan organisasi diantaranya, KMP Aisyiyah Sumut, UMSU FM 1, Dinkes Sumut, Dinkes Medan, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sumatera Utara, USAID Bebas TB, USAID Integritas (ILP), PESAT (Pejuang Sehat Bermanfaat), Menara Agung Pengharapan (MAP), Forwakes Sumut, Bappellitbang Sumut, Tanoto Foundation, Dinas Tenaga Kerja Sumut, Fakultas Kedokteran USU, Baznas Sumut, dan Lazismu, serta YMMA SSR Kota Medan.
Kris Nainggolan dari paralegal yang juga supporter TB mengungkap, tahun ini dia menangani kasus seorang pelajar SMK yang tertular TB Resisten Obat (RO). Oleh pihak sekolah, dia diberi solusi istirahat satu tahun berobat kemudian melanjutkan sekolah atau pindah ke sekolah lain. “Padahal anak itu semester akhir menunggu ujian nasional,” katanya.
Anak itu kemudian melapor ke aplikasi Lapor TB yang bisa didownload di Playstore. Dia menyampaikan keluhan. Dari aplikasi itu, diteruskan ke paralegal TB di Medan.
“Kita datangi sekolahnya untuk mediasi. Pihak sekolah kekeh dengan solusinya. Kita kemudian minta bantuan dinas kesehatan dan dinas pendidikan. Akhirnya dipertemukan dengan pihak sekolah. Pihak sekolah mengikuti saran dinas kesehatan untuk melanjutkan pendidikan anak tersebut. Caranya, anak itu sekolah daring hingga akhirnya berhasil menyelesaikan sekolahnya. Sekarang anak itu masih dalam proses perobatan TB RO,” ungkap Kris.
Sejumlah peserta foto bersama dalam pertemuan yang diselenggarakan SR Yayasan Mentari Meraki Asa (YMMA) (Zulnaidi)
Dia sangat setuju jika pengetahuan TB masuk dalam kurikulum sekolah. Selain itu juga perlu pemeriksaan TB bagi pelajar. “Ini salah satu cara untuk mempercepat eliminasi TB,” tambahnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Novita Rohdearni Saragih SKM MSc menjelaskan, tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis.
Gejala utama TBC paru, katanya, adalah batuk. Gejala tambahan dapat berupa berat badan turun tanpa penyebab, berat badan tidak naik dan nafsu makan turun, demam yang tidak diketahui penyebabnya, badan lemas, lesu, berkeringat malam hari tanpa kegiatan, dan sesak napas tanpa nyeri dada.
Penularan TBC terjadi melalui udara. Sumber penularan adalah percikan dahak pasien yang dahaknya mengandung kuman TBC. Di sini perlu, penyuluhan dan edukasi mengenai TBC, berperilaku hidup bersih dan sehat, ada edukasi etika batuk.
Kemudian perlunya vaksinasi BCG bagi bayi baru lahir, pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada kontak serumah semua usia, ODHIV, dan faktor risiko lain, peningkatan kualitas rumah pasien, perumahan, dan permukiman, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TBC di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan ruang publik.
Menurutnya, TPT ini, masih sangat sulit, karena susah mengajak orang yang sehat untuk mengonsumsi obat agar dia tidak menderita TB. Soalnya, sebelumnya dia adalah salah satu orang yang kontak erat dengan pasien TB.
SR Manager Sri Maharani Arfiani Yayasan Mentari Meraki Asa (YMMA) Sumut sebelumnya menyebutkan, YMMA sebagai bagian dari Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dalam memperkuat implementasi eliminasi TBC Komunitas juga menjalankan strategi penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah provinsi sebagai bagian dari strategi pemungkin.
Penguatan komitmen pemerintah provinsi, katanya, tidak bisa hanya dilakukan secara parsial oleh Sub Recipient (SR Provinsi) YMMA semata. Diperlukan dukungan dari mitra dan para pemangku kepentingan di tingkat provinsi yang lain melalui kolaborasi dan kerja sama yang erat.
Para pemangku kepentingan ini termasuk di dalamnya adalah OMS yang bekerja untuk penyakit lain (HIV dan juga Malaria) juga OMS lintas sektor yang di wilayah setempat bekerja mendukung pemerintah daerah, juga organisasi penyintas (OPT).
Diskusi berlangsung mendapat antusias dari sejumlah peserta. Semua mendukung percepatan elimisasi TB di tahun 2028. Bahkan Bappellitbang Sumut berjanji mereka akan membuat rencana aksi daerah (RAD) tentang percepatan eliminasi TBC di Sumut.
(NAI/RZD)