
Prof. Dr. Nurman Achmad, S.Sos., M.Soc. Sc.,CIQaR. (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Dr. Nurman Achmad, M.Soc. Sc, CIQaR dikukuhkan sebagai Profesor Ilmu Prilaku Sosial di Universitas Sumatera Utara (USU) atas risetnya tentang pentingnya memberlakukan otonomi untuk para lanjut usia (lansia). Otonomi adalah hak individu untuk membuat pilihan dan keputusan mereka sendiri, terutama yang relevan dalam konteksnya.
Prof. Nurman Achmad dalam risetnya menganalisis bahwa pendekatan etika komunikasi untuk mendapatkan persetujuan dan memberikan pilihan kepada para lansia terkait bagaimana mereka akan hidup adalah aspek yang penting untuk keberlanjutan lansia itu sendiri. "Hak atas otonomi adalah konsep fundamental yang menekankan pentingnya melestarikan kemampuan individu untuk membuat keputusan tentang kehidupan dan perawatan mereka sendiri. Membuat dia bahagia dan menemukan kebahagian yang diinginkan," tegasnya. Prof. Nurman Achmad menjelaskan, peningkatan jumlah penduduk lansia menimbulkan konsekuensi yang kompleks. Berbagai tantangan yang diakibatkan penuaan penduduk telah mencakup hampir setiap aspek kehidupan. Menyikapi hal tersebut, dibutuhkan suatu program pembangunan kelanjutusiaan yang mampu mengayomi kehidupan lansia di Indonesia. "Sebagai manusia kita sangat ingin sekali hidup bahagia. Begitu juga dengan lansia. Suatu tujuan hidup yang ingin dicapai di akhir masa hidupnya. Meskipun konsep hidup bahagia tidak universal. Kebahagiaan adalah sebuah konsep yang tidak tunggal, melainkan luaran dari berbagai faktor yang saling berinteraksi, di antaranya kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial, dan rasa memiliki makna hidup," ujarnya. Prof. Nurman mengatakan, dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh konsepsi ideal tempat tinggal lansia setelah usia lanjut menjadi tiga pola, tinggal bersama anak-anaknya yang telah menikah, lansia tinggal di rumah sendiri dan lansia tinggal bersama anak-anaknya yang telah dewasa namun belum menikah. Lansia yang tinggal bersama anak-anaknya, imbuhnya, adalah konsep yang ideal, namun banyak mengalami kendala psikologis co-resident. Dalam satu rumah hanya ada satu pemimpin. Disaat kekuasaannya dibatasi, disitulah kebahagiaan itu harus diperjuangkan. "Tindakan yang ideal menurut kita, belum tentu ideal menurut lansia. Karena lansia masih memiliki keinginan untuk mencari kebahagiaan hidupnya," katanya. Masyarakat yang memiliki orangtua di rumah, mungkin menghadapi sedikit kesulitan, karena terkadang apa yang kita perbuat selalu salah. Dalam beberapa artikel ilmiah bercerita fenomena seorang anak dalam menjaga dan merawat orangtua. "Lansia bagaikan perselin yang harus penuh hati-hati dalam menjaganya. Ketersinggungan hampir sering terjadi yang melatarbelakangi lansia memilih tinggal di panti atau tinggal sendiri," urainya. Dalam penelitiannya, Prof. Nurman mengatakan, lansia yang merasa bahagia akan cenderung memiliki kesehatan fisik yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak bahagia. Dalam konteks perawatan lansia, kebahagiaan menjadi indikator utama kualitas hidup yang harus diperhatikan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Masing-masing pihak berperan sangat penting dalam pencapaian lansia yang bahagia dengan mengedepankan otonomi lansia. Guru Besar Tetap Penelitian terkait pentingnya etika komunikasi dengan pendekatan otonomi lansia itu, mengantarkan Dr. Nurman Achmad, S.Sos., M.Soc. Sc.,CIQaR, meraih guru besar tetap di Universitas Sumatera Utara (USU). Dikukuhkan Rektor USU Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si., Nurman Achmad resmi bergelar Profesor untuk bidang Ilmu Prilaku Sosial. Prof. Nurman Achmad sendiri lahir di Tanjung Pinang (Kepulauan Riau) 18 Nopember, merupakan anak ke 7 dari 8 bersaudara pasangan berbahagia Alm. H. Ahmad H. Yassin dan Almh. Hj. Multazam. Ia menikah dengan Masithah Dewi Ginting, S.Sos.,M.Soc.Sc dan dikaruniai 4 orang anak laki-laki: Muhammad Ikhwanul Ihsan, S.Sos.,M.A, Alm. Muhammad Raihan, Alm. Muhammad Farhan dan Muhammad Amirul Akhtar. Prof. Nurman menghabiskan masa kecil di Tanjung Pinang, mengenyam Pendidikan di SD N.04, SMPN 2 Tanjung Pinang dan SMAN 1 Tanjung Pinang sampai tahun 1988. Selanjutnya ia melanjutkan studi di Antropologi Sosial Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMDK. Kemudian melanjutkan studi S2 Antropologi- Sosiologi di Fakulti Sains Kemasyarakatan Universiti Sains Malaysia, Penang dengan dana bantuan USM. Sepulangnya dari Universiti Sains Malaysia langsung melaksanakan kewajiban beasiswa Ikatan Dinas di Universitas Sumatera Utara yang didapat semasa akhir semester di S1 Antropologi Sosial. Melanjutkan sekolah S3 tahun 2014 di Program Doktor Studi Pembangunan dan selesai dengan predikat summa cum laude. Sebagai akademisi Antropologi Sosial, ia tertarik dengan spesifik kajian Antropologi Kesehatan dan Kajian Lansia, beberapa tulisannya telah diterbitkan di jurnal nasional dan internasional yang terindeks scopus. Organisasi yang diikuti Assosiasi Antropologi Indonesia (AAI), American Anthropological Association (AAA) dan menjadi Wakil Sekretaris Umum Assosiasi Dosen Pengabdi Indonesia (ADPI). Di sela kesibukannya mengajar, ia juga aktif dalam kegiatan sosial lansia dan saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) USU.(BR)