Indonesia Emas 2045. (Analisadaily/Istimewa)
Oleh: Kurnia Utami Pasi, Elisabet Siahaan.
DALAM upaya mewujudkan visi ambisius Indonesia Emas 2045, kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi fondasi yang sangat penting. Keunggulan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh kekayaan alam yang dimiliki atau kemajuan infrastrukturnya, tetapi juga oleh kemampuan manusia untuk terus berkembang, berinovasi, dan bersaing secara kompetitif di tingkat global. Peningkatan kualitas SDM menjadi kunci utama agar Indonesia dapat menghadapi tantangan global dan memanfaatkan peluang di era yang penuh dinamika ini. Komitmen pemerintah yang tinggi terhadap peningkatan kualitas SDM terlihat dari RAPBN pada tahun 2025 terbesar di alokasikan untuk pendidikan. Dengan SDM yang unggul, bangsa ini akan mampu menciptakan terobosan baru, mempertahankan daya saing, serta membawa kemajuan yang berkelanjutan dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat.
Perusahaan berperan dalam pembangunan karakter SDM yang berkualitas melalui program pelatihan dan pengembangan untuk meningkatkan kinerja karyawan dan daya saing perusahaan. Perlu diperhatikan juga, saat ini, pelatihan tidak bisa hanya berfokus pada peningkatan keterampilan teknis, tetapi juga diharapkan bisa membantu karyawan mengembangkan kemampuan beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan yang terjadi. Selain itu, di era digital yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat dan perubahan pasar yang dinamis, organisasi di seluruh dunia menghadapi tantangan dan peluang baru dalam mengelola SDM.
Pengembangan SDM yang tepat sangat penting bagi perusahaan untuk menciptakan karyawan yang berkualitas, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada pencapaian Indonesia Emas 2045. Untuk mencapai hal ini, metode pengembangan SDM yang dapat diterapkan oleh perusahaan seperti berinvestasi dalam program pelatihan berkelanjutan, seperti pengadaan seminar,
workshop, dan sertifikasi. Hal ini berguna agar karyawan memiliki keterampilan yang relevan dengan perkembangan industri dan teknologi.
Mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, manajemen waktu, dan kecerdasan emosional karyawan. Ini adalah
soft skill yang membantu karyawan beradaptasi dengan baik dalam lingkungan kerja yang dinamis. Selain
soft skill karyawan, lingkungan kerja yang mendukung pembelajaran terus-menerus bisa mendorong. Yang mana pada hal ini karyawan yang lebih berpengalaman membimbing karyawan yang lebih junior. Hal ini membantu transfer pengetahuan dan budaya perusahaan yang lebih efektif. Perusahaan juga harus mulai mengutamakan kesejahteraan yang meliputi kesehatan mental, fisik, dan finansial yang dapat meningkatkan kepuasan kerja dan produktivitas karyawan.
Salah satu metode yang terbukti efektif dalam pengembangan pelatihan karyawan adalah model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Model ini membantu perusahaan merancang program pelatihan yang terstruktur dan dapat diukur keberhasilannya. Implementasi model ADDIE dapat meningkatkan kualitas karyawan di perusahaan dengan tahapan:
1. Analisis (
Analysis)
Tahap pertama dalam model ADDIE adalah analisis, di mana perusahaan harus memahami kebutuhan pelatihan yang tepat. Perusahaan akan melakukan evaluasi terhadap kekuatan dan kelemahan yang ada di dalam tim kerja. Analisis ini melibatkan wawancara, survei, dan evaluasi kinerja untuk mengidentifikasi keterampilan apa yang perlu dikembangkan agar perusahaan dapat memastikan bahwa program pelatihan yang dikembangkan relevan dengan kebutuhan karyawan dan tujuan perusahaan.
2. Desain (
Design)
Pada tahap ini, perusahaan merancang rencana pelatihan yang mencakup struktur materi, metode pembelajaran, dan alat yang akan digunakan. Desain program pelatihan harus memperhitungkan berbagai aspek, seperti durasi, metode pengajaran (misalnya, tatap muka, e-learning, atau blended learning), fasilitator serta evaluasi untuk mengukur kemajuan peserta.
3. Pengembangan (
Development)
Tahap ketiga adalah pengembangan, disini materi pelatihan mulai dibuat. Perusahaan harus memastikan bahwa semua materi, modul, dan bahan ajar disusun dengan jelas, menarik, dan sesuai dengan tingkat pemahaman peserta. Disarankan untuk menggunakan teknologi seperti video interaktif, simulasi, dan permainan (gamifikasi) agar meningkatkan efektivitas pengajaran.
4. Implementasi (
Implementation)
Setelah tahap pengembangan selesai, dilanjutkan oleh implementasi. Disinilah pelatihan akan dilaksanakan. Perusahaan dapat memilih untuk mengadakan pelatihan secara langsung, dalam bentuk
workshop, atau secara daring menggunakan platform
e-learning. Perusahaan harus memastikan tiap karyawan memiliki akses yang sama ke materi pelatihan. Selama tahapan ini, fasilitator perlu memantau keterlibatan peserta dan memberikan umpan balik untuk memastikan karyawan memahami materi pelatihan dengan optimal.
5. Evaluasi (
Evaluation)
Tahap terakhir dari model ADDIE adalah evaluasi, di mana perusahaan menilai efektivitas program pelatihan. Evaluasi dapat dilakukan dengan mengumpulkan umpan balik dari peserta, mengamati peningkatan kinerja karyawan serta melakukan tes sebelum dan sesudah pelatihan. Penilaian ini membantu perusahaan mengetahui sejauh mana pelatihan berhasil dalam mencapai tujuannya dan apakah ada bagian yang perlu diperbaiki.
Melalui penerapan model ADDIE ini, perusahaan dapat menciptakan karyawan yang berkualitas agar perusahaan bisa bertahan dab berdasa saing hingga berkembang menjadi pemain utama di industri masing-masing. Implementasi model ADDIE juga mampu mendukung upaya Indonesia untuk mencapai Indonesia Emas yang dapat menciptakan fondasi yang kuat bagi perekonomian nasional. Pengembangan SDM yang berbasis pada kebutuhan pasar dan teknologi akan menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang memiliki daya saing tinggi di tingkat global, serta masyarakat yang sejahtera dan berdaya saing.
Penulis adalah mahasiswa dan dosen Magister Ilmu Manajemen FEB USU.
(BR)