Ilustrasi. (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Disfungsi ereksi atau impotensi sering dikaitkan dengan masalah seksual yang dialami pria berusia di atas 40 tahun. Namun, kini kondisi ini juga mulai dialami oleh pria yang lebih muda.
Spesialis andrologi dari Eka Hospital BSD, dr. Christian Christoper Sunnu, Sp.And, mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian, sekitar 14 persen pria di bawah usia 40 tahun sudah mengalami disfungsi ereksi. Ia menjelaskan bahwa gaya hidup yang tidak sehat menjadi penyebab utama munculnya masalah ini.
“Sebagian besar pasien saya, sekitar 75 persen yang berkonsultasi, berusia antara 20 hingga 30 tahun. Hal ini cukup mengejutkan karena tidak sesuai dengan teori yang saya pelajari, di mana disfungsi ereksi umumnya terjadi pada pria berusia 40 tahun ke atas,” ungkap dr. Sunnu dalam acara media gathering di Tangerang Selatan, belum lama ini. “Salah satu faktor penyebabnya adalah stres akibat persaingan yang semakin ketat. Dulu anak muda cenderung lebih santai, namun sekarang mereka menghadapi tekanan besar. Selain itu, pola makan yang buruk, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, merokok hingga 12 batang sehari, kurang berolahraga, serta tidur larut malam turut berkontribusi,” tambahnya. dr. Sunnu juga menyebutkan bahwa banyak orang tidak menyadari mereka mengalami disfungsi ereksi. Menurutnya, disfungsi ereksi sering disalahpahami sebagai ketidakmampuan penis untuk ereksi, padahal masalah ini jauh lebih kompleks. “Disfungsi ereksi (DE) memiliki tingkatan tertentu. Level satu, ereksi menyerupai tahu Jepang yang lembek. Level dua, seperti pisang yang sudah dikupas. Level tiga, seperti pisang yang belum dikupas. Sementara level empat, ereksi terjadi tetapi hanya sebentar saat penetrasi sebelum melemah kembali,” jelas dr. Sunnu. dr. Sunnu mengimbau para pria, terutama generasi muda, untuk mulai memperbaiki pola hidup mereka. Ia menekankan pentingnya menghindari makanan yang dapat memicu terjadinya impotensi. “Makanan yang kurang baik termasuk makanan olahan, junk food, dan makanan instan seperti sosis dan nugget. Konsumsi jenis makanan ini sebaiknya dibatasi, misalnya hanya sekali sebulan. Minuman manis juga perlu dihindari karena dapat meningkatkan kadar gula darah, begitu pula alkohol yang dapat merusak fungsi hati, serta kebiasaan merokok,” terangnya. “Sebaliknya, makanan yang baik untuk dikonsumsi meliputi buah-buahan, sayuran yang kaya antioksidan, serta makanan tinggi protein seperti seafood,” tambahnya.(SIA/BR)