Ilustrasi. (Analisadaily/Istimewa)
Oleh: Mira Fitriyanti dan Meirizka Miranda Nasution.*
GENERASI Z yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012 dengan kisaran usia 12 sampai 27 tahun mulai mendominasi dunia kerja, membawa karakteristik unik yang membedakan mereka dari generasi sebelumnya. Generasi Z, yang kini memasuki dunia kerja, dihadapkan pada tantangan untuk mencapai kesuksesan karier sambil tetap menjaga keseimbangan hidup. Meskipun
work-life balance (WLB) adalah hal yang penting, terlalu terfokus pada keseimbangan ini di awal karier bisa menghambat pencapaian
Key Performance Indicators (KPI) yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pekerjaan. Pencapaian KPI yang sering kali terkait dengan produktivitas dan kemampuan untuk beradaptasi, sangat penting untuk membangun reputasi profesional dan membuka peluang karier yang lebih baik. Gen Z perlu fokus pada pencapaian KPI mereka sebagai langkah untuk menunjukkan dedikasi dan komitmen terhadap pekerjaan, yang pada gilirannya bisa membuka jalan untuk promosi dan pengembangan karier lebih lanjut.
Tidak terlalu bergantung pada work-life balance di awal karier, Gen Z tetap perlu menjaga kesejahteraan mereka. Kunci untuk mencapai keseimbangan ini adalah dengan mengelola waktu secara efektif, mengatur prioritas pekerjaan, dan berkomunikasi dengan atasan mengenai ekspektasi dan beban kerja. Ini memungkinkan mereka untuk fokus pada pencapaian KPI tanpa mengabaikan kebutuhan pribadi atau kesehatan mental mereka. Selain itu, mengambil waktu untuk beristirahat dan menjaga keseimbangan fisik dan emosional tetap penting untuk menghindari
burnout dan memastikan kinerja yang optimal dalam jangka panjang. Dengan pendekatan yang bijak, Gen Z dapat meraih sukses tanpa harus mengorbankan kualitas hidup mereka.
Bagi Generasi Z, pencapaian
Key Performance Indicators (KPI) di awal karier menjadi hal yang sangat penting untuk membangun dasar yang kokoh dalam dunia profesional. KPI yang berfungsi untuk mengukur kinerja dan efektivitas seseorang dalam pekerjaan, adalah indikator utama yang menunjukkan seberapa besar kontribusi yang diberikan seorang karyawan terhadap tujuan perusahaan. Oleh karena itu, bagi Gen Z, fokus pada pencapaian KPI bukan hanya tentang memenuhi ekspektasi perusahaan, tetapi juga tentang meningkatkan reputasi pribadi dan menunjukkan kemampuan dalam menghadapi tantangan. Dalam konteks ini, meskipun
work-life balance tetap penting untuk kesehatan mental dan fisik, terlalu mengutamakan hal tersebut bisa menjadi penghalang bagi mereka untuk meraih tujuan karier yang lebih besar, terutama ketika mereka harus menghadapi masa-masa krusial di tempat kerja yang membutuhkan lebih banyak komitmen dan waktu ekstra.
Pentingnya fokus pada KPI bagi Gen Z terletak pada beberapa tujuan dan manfaat yang dapat diperoleh. Pertama, pencapaian KPI yang konsisten dapat membuka peluang untuk promosi dan perkembangan karier. Dengan menunjukkan kinerja yang luar biasa, mereka tidak hanya memajukan diri mereka sendiri tetapi juga berkontribusi pada kemajuan perusahaan. Kedua, keberhasilan dalam mencapai KPI dapat membangun kredibilitas dan kepercayaan dari rekan kerja dan atasan, yang sangat berharga dalam membangun karier jangka panjang. Ketiga, melalui pencapaian KPI, Gen Z dapat mengembangkan keterampilan yang lebih mendalam dan beragam, seperti kepemimpinan, manajemen waktu, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan cepat di dunia kerja.
Namun, untuk mencapainya, Gen Z perlu memanfaatkan waktu dengan bijak dan belajar untuk mengelola tekanan yang datang dengan tuntutan pekerjaan. Dengan cara ini, mereka bisa tetap menjaga keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan tanpa mengabaikan pentingnya pencapaian profesional. Pendekatan ini memungkinkan mereka untuk berkembang dalam karier tanpa kehilangan kualitas hidup yang mendukung kesejahteraan fisik dan mental.
Pencapaian
Key Performance Indicators (KPI) sangat erat kaitannya dengan
manajemen kinerja, yang berfokus pada pengelolaan dan peningkatan kinerja individu atau tim untuk mencapai tujuan organisasi. Bagi Generasi Z, keberhasilan dalam mencapai KPI bukan hanya soal memenuhi target yang ditetapkan, tetapi juga mencerminkan efektivitas mereka dalam menjalankan tugas dengan cara yang sesuai dengan ekspektasi perusahaan. Manajemen kinerja yang baik memberikan arah yang jelas mengenai standar yang harus dicapai dan bagaimana cara terbaik untuk mencapainya. Dengan fokus pada pencapaian KPI, Gen Z dapat menunjukkan kontribusi mereka dalam organisasi dan memperkuat posisi mereka sebagai profesional yang berkompeten.
Proses manajemen kinerja yang terstruktur dapat membantu Gen Z dalam merencanakan dan mengevaluasi progres mereka dalam mencapai KPI. Di bawah pengawasan manajemen, mereka bisa menerima umpan balik yang konstruktif tentang cara meningkatkan kinerja dan menyelaraskan tujuan pribadi mereka dengan kebutuhan perusahaan. Dengan adanya dukungan manajemen, Gen Z bisa belajar untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka, serta membuat perubahan yang diperlukan untuk mencapai target yang lebih tinggi. Ini juga membantu mereka tetap termotivasi, karena mereka tahu bahwa pencapaian KPI yang baik akan diakui dan dihargai.
Namun, meskipun manajemen kinerja sangat berfokus pada hasil dan pencapaian, penting juga untuk memahami bahwa dalam jangka panjang, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh angka-angka atau target yang tercapai. Keseimbangan antara pencapaian KPI dan kesejahteraan karyawan harus tetap diperhatikan dalam konteks manajemen kinerja yang efektif. Bagi Gen Z, memahami bahwa mereka dapat mencapai tujuan mereka tanpa harus mengabaikan aspek kesehatan fisik dan mental adalah bagian dari manajemen kinerja yang bijaksana. Dengan pendekatan yang holistik dan berbasis kinerja yang sehat, baik individu maupun organisasi dapat tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang.
Penulis adalah Mahasiswi Program Magister Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara di bawah bimbingan dosen pengampu Prof.Dr. Elisabet Siahaan, SE.,M.Ec.
(BR)