Fair Shot: Pelatihan dan Peluang Kerja Bagi Penyandang Disabilitas di London

Fair Shot: Pelatihan dan Peluang Kerja Bagi Penyandang Disabilitas di London
Fair Shot: Pelatihan dan Peluang Kerja Bagi Penyandang Disabilitas di London (Analisadaily/REUTERS)

Analisadaily.com, London - Suara desis uap yang menghangatkan susu, bunyi klakson mesin espresso, serta hiruk pikuk pelanggan yang datang dan pergi, menjadikan Fair Shot kedai kopi di London ini tidak berbeda dengan kedai kopi lainnya. Namun, ada yang istimewa dari tempat ini. Fair Shot bukan hanya sekedar kedai kopi, tetapi juga merupakan pusat pelatihan bagi para pemuda dengan disabilitas belajar.

Di Inggris, hanya 4,8% orang dengan disabilitas belajar yang memiliki pekerjaan berbayar pada tahun 2022-2023, menurut survei tahunan layanan sosial dewasa pemerintah. Bianca Tavella, pendiri dan CEO Fair Shot, meyakini angka ini terlalu rendah dan ada cara untuk memperbaikinya.
"Ini adalah pencapaian besar bagi saya mendapatkan pekerjaan berbayar," kata Aya Bider, 23 tahun, seorang lulusan program pelatihan Fair Shot yang kini bekerja di departemen penjualan sebuah merek di pembuat barang mewah LVMH setelah sebelumnya ditolak oleh banyak perusahaan.

"Saya akan merasa sedih jika saya tidak bekerja. Saya akan hanya duduk di rumah seperti lemon, menonton TV," tambahnya.

Tavella, yang dibesarkan bersama teman autis, merancang program ini untuk memberikan kesempatan bagi mereka yang memiliki disabilitas belajar atau gangguan perkembangan neuro untuk mengembangkan potensi mereka melalui pelatihan yang tidak hanya ditujukan untuk mereka, tetapi juga untuk pemberi kerja.

Fair Shot telah mencatat banyak kisah sukses, salah satunya adalah seorang siswa non-verbal yang orang tuanya tidak percaya anaknya bisa bekerja. Namun, dua tahun terakhir, siswa tersebut bekerja sebagai barista di kedai kopi lain. "Dia seperti tidak terpengaruh oleh apa pun. Dia hanya ingin bekerja," ujar Tavella. Para siswa Fair Shot mungkin memiliki autisme, gangguan pemrosesan pendengaran, kesulitan motorik, Down syndrome, atau kondisi yang belum terdiagnosis. Program ini melatih 15 orang setiap tahun untuk siap bekerja di dunia profesional.

Sebanyak 19 pemberi kerja telah bergabung untuk menawarkan pekerjaan bagi para siswa. Proses seleksi untuk menjadi mitra Fair Shot memerlukan lebih dari 40 langkah dan dapat memakan waktu satu tahun atau lebih, di mana seorang konsultan Fair Shot membantu melatih staf lini depan untuk mempersiapkan mereka menerima karyawan baru.

"Ini memang sulit, tetapi saya rasa jika niatnya benar, maka semuanya akan sangat mungkin dilakukan," kata Tavella.

Mitra Fair Shot meliputi restoran seperti The Ivy, kedai kopi, ruang kerja bersama, hingga perusahaan besar seperti Goldman Sachs. Umpan balik dari para pemberi kerja terkait karyawan baru mereka sangat positif. "Motivasi mereka dan bagaimana mereka benar-benar ingin bekerja membedakan mereka dari karyawan lain di pekerjaan lainnya," tambah Tavella.

Salah satu manajer kedai kopi bahkan mengatakan, "Lulusan kami lebih baik dari karyawan lain. Kopinya lebih enak dari karyawan lainnya, pekerjaannya di kasir lebih baik, cara dia datang kerja, selalu positif, etos kerjanya luar biasa."

Fair Shot telah membuka pintu peluang bagi banyak individu yang sebelumnya terpinggirkan, memberi mereka kesempatan untuk berkontribusi di dunia kerja, sekaligus mengubah pandangan masyarakat terhadap potensi penyandang disabilitas.

(DEL)

Baca Juga

Rekomendasi