
Psikolog Ingatkan Orangtua Harus Batasi Anak Berinternet (analisadalily/zulnaidi)
Analisadaily.com, Medan - Psikolog Sumatera Utara, Irna Minauli SPSi MPsi Psikolog mengaku prihatin dengan penggunaan internet di kalangan anak-anak. Situasinya sudah sangat parah. Hal ini akan berdampak buruk bagi anak-anak terutama dalam kasus cyber bullying.
“Banyak orangtua yang tidak sadar bahwa dampaknya akan sangat parah bagi anak yang menjadi korban cyber bullying,” kata Irna Minauli di acara yang digelar di Aiho Hotel, Medan, Minggu (23/2/2025).
Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena orangtua tidak memprotect anaknya bermain internet secara aman. “Makanya penting buat orangtua mengetahui apa saja yang dilakukan anaknya dalam berselancar di internet. Jadi, orangtua tidak boleh gaptek (gagap teknologi),” jelas Irna Minauli.
Kesalahan terbesar lagi, katanya, anak sudah sejak dini sudah terpapar internet dan gadget. Harusnya, sesuai asosiasi dokter anak Amerika menyatakan, bahwa anak 0-2 tahun sama sekali tidak boleh terpapar internet. Kalau usia 3-7 tahun hanya 20 menit. Untuk anak kelas 6 paling lama hanya dua jam.
“Nah, sekarang anak itu sudah kebablasan. Jadi, orangtunya dengan bodohnya menggunakan handphone sebagai sarana parenting. Bagi anak itu seolah-olah mainan, padahal ini sangat berbahaya,” tambah Irna Minauli lagi.
Dia menganalogikan, kenapa orangtua takut mengajari anaknya masak menggunakan pisau, padahal berinternet lebih besar risikonya. Jadi, kesalahan terbesar adalah orangtua sejak awal sudah memberikan HP kepada anak. Anak menjadi terbiasa dan kecanduan. Kalau kecanduan sudah susah.
Ini akan berdampak besar bagi psikis, fisik dan sosial. Bisa dlihat anak anak lebih suka bermain HP daripada berkumpul dengan teman temannya. Tanpa sadar kemungkinan ada predator di luar sana yang bisa membahayakan anak.
Untuk itu, perlu adanya pembatasan. Jangan terlalu membebaskan anak bermain HP. Bahkan orangtua saja, menurutnya, maksimal dalam satu hari menggunakan HP sekira tiga jam bermain HP.
“Kita sendiri yang membatasi. Misalnya, kita membaca e book, walaupun judulnya bagus, tapi ada juga notifikasi yang bisa mengganggu dan bisa menunda-nunda pekerjaan,” jelasnya.
Di beberapa negara, katanya, sudah jalan pembatasan akses internet bagi anak. Di Indonesia, hal ini masih berproses. “Jadi, acara hari ini sangat bagus untuk memberikan edukasi bagi orangtua dan anak tentang internet,” ucapnya.
Manager Program PKPA, Pandi menyebutkan, kegiatan ini lebih meningkatkan kewaspadaan bagi orangtua terkait keamanan berinternet terutama bagi anak-anak. Soalnya sebagian orangtua tidak peduli anak-anaknya bermain internet.
“Padahal peran orangtua itu sangat penting untuk mengawal anak-anak dalam bermain internet. Kita berikan wawasan kepada orangtua bagaimana menemani anak-anak dalam berselancar di internet. Kemudian, anak juga belajar bagaimana aman dalam berselancar di dunia maya,” sebutnya.
Dia mengharapkan, walaupun di realitasnya sebagai orangtuan, namun tetap harus berteman dengan anak di media sosial. Dengan begitu, orangtua tahu aktivitas anaknya di dunia maya.
Kegiatan ini, katanya, dalam rangka Safer Internet Day atau Hari Internet Aman sedunia yang di tahun ini jatuh pada 11 Februari 2025. Ini momentum untuk merefleksikan bersama sejauh mana penggunaan internet yang masif oleh masyarakat adalah penggunaan internet yang aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan dan eskploitasi.
“Kami mengapresiasi dalam kegiatan ini semua iden dan dirancang oleh anak-anak,” katanya. (NAI/NAI)