Koordinator Residen PBB di Indonesia Gita Sabharwal pada Konferensi Pers Hari Perempuan Internasional 2025 di Jakarta, Kamis (6/3/2025). (ANTARA/Kuntum Riswan.)
Analisadaily.com, Jakarta - Survei global Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) “We the Women” pada 2024 menunjukkan mayoritas perempuan Indonesia optimistis terhadap masa depan mereka.
“Tiga perempat responden di Indonesia percaya bahwa dalam lima tahun ke depan, kondisi mereka akan lebih baik,” kata Koordinator Residen PBB di Indonesia, Gita Sabharwal pada Konferensi Pers Hari Perempuan Internasional 2025 di Jakarta, Kamis (6/3).
Survei juga menyatakan dua pertiga responden menyatakan bahwa mereka memiliki kendali atas masa depan mereka. Selain itu, perempuan Indonesia juga menempatkan pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan layak sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang paling penting bagi mereka.
Gita menyampaikan pembangunan yang dilakukan PBB berpusat pada SDGs, di mana kesetaraan gender menjadi salah satu pilar utama. Indonesia disebutnya menunjukkan kemajuan yang lebih baik dibanding banyak negara di Asia Pasifik dalam pencapaian SDGs, meskipun di beberapa bidang masih diperlukan percepatan, termasuk dalam kesetaraan gender.
“Tahun ini, kita menyerukan momentum lintas generasi untuk kesetaraan gender, sebuah komitmen nyata untuk mewujudkan hak, kesetaraan, dan pemberdayaan bagi semua perempuan dan anak perempuan, sebagaimana tercermin dalam Asta Cita dan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional),” ucapnya dilansir dari Antara.
Oleh karena itu, PBB di Indonesia bekerja sama dengan pemerintah untuk mempercepat pencapaian SDGs dengan berbagai program yang secara khusus mendukung perempuan. Secara khusus terdapat lima bidang utama kerja sama antara PBB dengan pemerintah Indonesia.
Pertama, mendorong kesetaraan melalui teknologi. Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO), UN Women, dan Dana Anak PBB (UNICEF) mendukung pemerintah dalam menyusun regulasi AI serta memastikan perempuan dan anak dapat berpartisipasi secara aman dan bermakna dalam ruang digital.
“Kedua, pemberdayaan ekonomi perempuan adalah tulang punggung perekonomian Indonesia, di mana enam dari sepuluh usaha mikro, kecil, dan menengah dimiliki serta dijalankan oleh perempuan,” tuturnya.
Bidang kerja sama ketiga adalah mendukung peran perempuan dalam solusi berkelanjutan. Sebagai contoh, dalam program yang dipimpin Program Pembangunan PBB (UNDP), sebanyak 22 pembangkit listrik tenaga surya di daerah terpencil telah dipasang dan setengah dari operator lokal yang dilatih untuk mengelolanya adalah perempuan.
Kemudian pada bidang kerja sama keempat, PBB, melalui sejumlah badannya dan lembaga lain, bekerja sama dengan pemerintah untuk memperkuat layanan dan mekanisme pencegahan kekerasan terhadap perempuan.
Kelima, meningkatkan partisipasi perempuan dalam misi perdamaian dengan menjadi pasukan penjaga perdamaian PBB. Saat ini, hampir 600 perempuan tergabung dalam kontingen penjaga perdamaian dan angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang.
“Keberhasilan PBB terletak pada kemitraan yang kita bangun bersama pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta. Dengan memperkuat kemitraan ini, kita dapat mewujudkan kesetaraan gender, sejalan dengan semangat Hari Perempuan Internasional,” ucap Gita
(ANT/CSP)