Para pendukung mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte menunggu di luar pusat penahanan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda, 12 Maret 2025. (ANTARA/Xinhua/Peng Ziyang)
Analisadaily.com, Manila - Keputusan Filipina untuk menahan mantan presiden Rodrigo Duterte dan memindahkannya ke Den Haag, Belanda, memicu kontroversi dan mendorong para pendukungnya untuk menggelar unjuk rasa di berbagai kota dalam beberapa hari terakhir.
Para pendukung Duterte berkumpul di luar Mahkamah Agung di ibu kota Manila pada Kamis (13/3) sore sambil menyalakan lilin.
Pada malam harinya, mereka menggelar doa bersama di luar rumah Duterte di Davao City, kota metropolitan di Filipina selatan, untuk menyampaikan pesan dukungan bagi mantan presiden tersebut.
Sebelumnya pada Rabu (12/3) malam, lebih dari 100 pendukung berkumpul untuk menggelar doa bersama di Kota San Fernando di Provinsi Pampanga.
Mereka membawa poster dan spanduk bergambar wajah Duterte bertuliskan "Keadilan untuk PRRD (Presiden Rodrigo Roa Duterte)" dan melakukan aksi unjuk rasa dengan konvoi kendaraan bermotor di kota tersebut, menurut laporan media setempat.
Dilansir dari Antara, Sabtu (15/3), Veronica Duterte, putri sang mantan presiden, pada Jumat (14/3) menyerukan kepada rakyat Filipina untuk "menyalakan lilin" dan menunjukkan solidaritas mereka.
"Saya menyerukan kepada Anda, bukan sebagai pendukungnya, tetapi sebagai warga Filipina, untuk membela apa yang benar dan menyalakan lilin, baik Anda berada di Filipina maupun di luar negeri. Mari kita bersatu dalam doa dan bersatu dalam menegakkan hak-hak kita atas kedaulatan ini," tulisnya dalam sebuah unggahan di Instagram.
Portal berita Filipina GMA Network melaporkan bahwa tim hukum Duterte akan mendorong pembebasan sementara Duterte dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC), karena timnya percaya tidak ada alasan untuk menahan Duterte selama persidangan mendatang.
Duterte (79) ditahan pada Selasa (11/3) pagi waktu setempat sekembalinya ke Manila dari luar negeri, menyusul surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh ICC atas "perang melawan narkoba" yang dilancarkannya selama menjabat.
Langkah itu dipertanyakan oleh Duterte.
Dia diserahkan ke dalam tahanan ICC pada Rabu (12/3) setelah diterbangkan dari Manila ke Belanda.
(ANT/CSP)