Pasukan Israel terlihat di dekat perbatasan selatan Israel dengan Gaza pada 20 Maret 2025. (JINI via Xinhua)
Analisadaily.com, New York - Badan-badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tengah berupaya mendapatkan jaminan keselamatan dari Israel, karena eskalasi konflik, disertai dengan pemblokiran bantuan, telah secara signifikan menghambat pengiriman bantuan ke Gaza
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Jumat (21/3) mengungkapkan PBB tengah mencari jaminan konkret mengenai keselamatan staf dan operasional di Gaza menyusul tewasnya enam personelnya dan beberapa lainnya terluka pekan ini, termasuk dalam serangan yang menargetkan target yang jelas-jelas merupakan kompleks PBB.
"Kami menuntut jawaban atas nama para personel tersebut dan bagi mereka yang melanjutkan pekerjaan," kata Tom Fletcher, wakil sekretaris jenderal untuk urusan kemanusiaan PBB, pada Rabu (19/3).
OCHA mengungkapkan bahwa penutupan perlintasan perbatasan Gaza selama 20 hari untuk memblokir masuknya bantuan berdampak sangat buruk bagi orang-orang yang sudah mengalami kehancuran dan penderitaan.
Mitra kemanusiaan PBB memperkirakan bahwa lebih dari 120.000 warga Palestina terpaksa kembali mengungsi pekan ini, didorong oleh meningkatnya serangan dan perintah evakuasi baru Israel di seluruh Gaza, kata OCHA. "Itu setara sekitar 6 persen dari populasi yang selamat."
"Setiap hari yang berlalu semakin mengikis kemajuan yang telah dicapai oleh PBB dan mitra kemanusiaan kami selama enam pekan pertama gencatan senjata," menurut kantor PBB tersebut.
"OCHA memperingatkan bahwa operasi kemanusiaan kini sangat terhambat oleh konflik. Warga sipil, termasuk pekerja kemanusiaan, dan aset sipil telah diserang," kata dia dilansir dari Antara, Sabtu (22/3).
OCHA memperingatkan bahwa dengan terus berlanjutnya serangan di seluruh Jalur Gaza, meningkatnya jumlah korban yang mengalami cedera trauma juga semakin menambah tekanan pada sistem perawatan kesehatan yang sudah hancur.
"Hanya dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, tiga puluh lebih hambatan pergerakan baru telah didirikan, sebagian besarnya menyusul pengumuman gencatan senjata Gaza pada pertengahan Januari," kata OCHA.
"Gerbang jalan menyumbang sepertiga dari semua hambatan, dan sebagian besarnya kerap kali ditutup."
Perintah evakuasi baru yang mencakup sejumlah area di Gaza utara dikeluarkan pada Jumat menyusul laporan-laporan terkait peluncuran roket oleh kelompok bersenjata Palestina.
Di Tepi Barat, OCHA mengungkapkan bahwa survei cepat mengenai hambatan-hambatan pergerakan di wilayah yang diduduki tersebut menunjukkan adanya hampir 850 pos pemeriksaan, gerbang, dan penghalang fisik lainnya, jumlah tertinggi yang pernah tercatat dalam seluruh studi yang telah dilakukan selama dua dekade terakhir.
Philippe Lazzarini, komisaris jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Dekat (UNRWA), mengatakan bahwa Jumat kemarin menandai 60 hari sejak Israel memulai operasi militer di Kamp Jenin di Tepi Barat.
Dia menuturkan bahwa operasi militer berskala besar seperti itu tidak bisa menjadi norma baru di Tepi Barat. Tren meningkatnya kekerasan yang dimulai sebelum 7 Oktober 2023 harus dihentikan.
(ANT/CSP)