
Deputi Kementerian UMKN : 64 Persen Pelaku UMKN Perempuan (analisadaily/istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Universitas Sari Mutiara Indonesia (USM Indonesia) menyatakan komitmennya untuk mengambil peran strategis dalam penguatan ekosistem Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta ekonomi kreatif di Indonesia.
Hadir juga dalam dialog tersebut, Kepala BBPOM di Medan Martin Suhendri, Ketua IAI Sumut Agustama, para asisten Deputi Kementerian UMKM, mahasiswa dan dosen USM Indonesia serta lainnya.
Dalam paparannya, Parlindungan menegaskan, USM Indonesia tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik semata, tetapi juga pada pembentukan wirausahawan muda yang inovatif, berintegritas, dan siap bersaing di tengah transformasi digital dan tantangan ekonomi global.
Disebutkannya, USM Indonesia saat ini telah mengembangkan sejumlah pusat studi dan unit penggerak kewirausahaan, seperti Pusat Studi Lingkungan dan Sampah; Pusat Studi Rendah Karbon; Career Development & Alumni Centre serta 12 Unit UMKM mahasiswa aktif.
"Lebih dari 79 mahasiswa telah aktif terlibat dalam program kewirausahaan kampus. Beberapa UMKM mahasiswa yang telah berjalan antara lain Baby Spa, Spa Hamil, Pizza Oe, Rani Florist, CV Moga Pertama Perkasa, hingga Samura Home Care," imbuhnya.
Kolaborasi strategis juga terus dijalin, termasuk pelatihan digitalisasi UMKM berbasis kurikulum Merdeka Belajar, program pengabdian kepada masyarakat, dan kerja sama dengan berbagai pihak seperti KADIN, APINDO, PTPN IV, BPOM, serta pemangku kepentingan lainnya untuk mendukung produk lokal dan perluasan akses pasar.
"Kami menyambut baik arahan ibu dan berharap USM Indonesia dapat menjadi bagian dari ekosistem UMKM binaan Kementerian UMKM," ujar Ketua Yayasan.
USM-Indonesia juga mengajukan harapan agar bisa menjalin pilot project bersama Kementerian dalam program inkubasi wirausaha mahasiswa, serta memperoleh dukungan dalam pembiayaan mikro, literasi ekspor, dan platform digitalisasi UMKM kampus.
"Kami siap bekerja sama, kita sudah siapkan tempatnya," imbuh Parlindungan sembari memperkenalkan alumni USM Indonesia yang sudah bekerja di Jepang melalui video.
Sementara itu, Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian UMKM, Siti Azizah, menegaskan bahwa meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia tidak semata-mata didorong oleh target pembangunan nasional, tetapi karena memang menjadi kebutuhan bangsa.
"Tujuan kita menambah jumlah wirausaha bukan hanya karena RPJMN. Tapi karena kondisi saat ini memang menuntut kita untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja," ujar Siti Azizah.
Menurutnya, pilihan kerja saat ini terbagi menjadi dua jalur utama: sektor pemerintahan dan sektor swasta. Namun, keduanya menghadapi keterbatasan, apalagi di tengah dinamika dan tantangan dunia usaha yang kian kompleks. Oleh karena itu, ia menilai bahwa menjadi wirausaha adalah langkah yang paling tepat.
"Di Sumut sendiri, potensinya luar biasa. Ada 1,2 juta wirausahawan yang bisa didorong untuk tumbuh," katanya.
Ia menjelaskan, profesi wirausaha bukanlah hal biasa. Justru, kata dia, sangat mulia. Bahkan, Presiden RI Prabowo Subianto telah menempatkan penguatan kewirausahaan sebagai bagian dari Asta Cita, arah pembangunan nasional yang mencerminkan visi besar negara.
"Kita terus bergerak untuk mengajak generasi muda, terutama mahasiswa, agar tidak hanya mencari kerja, tapi juga bisa menciptakan pekerjaan bagi orang lain," jelasnya.
Namun begitu, Azizah juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi pelaku usaha, terutama perempuan. Meski 64 persen pelaku UMKM adalah perempuan, akses terhadap layanan keuangan, perizinan, dan teknologi digital masih belum merata.
"Banyak wirausaha perempuan yang masih terkendala izin dari keluarga, akses ke perbankan juga masih rendah. Lembaga keuangan ke depan harus lebih mendukung womenpreneur agar mereka bisa berkembang," tegasnya.
Azizah juga mengingatkan bahwa dunia saat ini membutuhkan sektor care economy, seperti layanan kesehatan, perawatan, dan kepedulian sosial, yang bisa menjadi peluang besar bagi generasi muda.
"Jadi adik-adik semua, dari fakta-fakta yang saya sebutkan tadi, maju terus untuk jadi wirausaha. Memang banyak tantangannya, dari perizinan sampai sertifikasi. Maka, kita perlu kolaborasi dengan kementerian dan lembaga lain, untuk melakukan pembinaan, pengembangan dan pelatihan dalam hal ini. Kita harus berkolaborasi dan saling bantu, sehingga apa yang dibutuhkan calon UMKM bisa terpenuhi," pungkasnya.(nai) (NAI/NAI)