Ilustrasi Gaza rawan pangan. (ANTARA/Anadolu/py)
Analisadaily.com, Jenewa - Kantor Urusan Kemanusiaan Pererikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) mengumumkan bahwa Israel telah menyetujui masuknya sekitar 100 truk bantuan ke Jalur Gaza, jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan hanya sembilan truk yang diizinkan sehari sebelumnya.
“Kami telah mengajukan permintaan dan menerima persetujuan lebih banyak truk untuk masuk hari ini, jauh lebih banyak dibanding kemarin,” kata Juru Bicara OCHA Jens Laerke kepada wartawan di Jenewa, Selasa (21/5).
“Kami berharap, dengan persetujuan ini, sebagian besar, semoga seluruhnya, dapat melintasi perbatasan hari ini dan menuju titik distribusi di dalam wilayah Gaza,” ujarnya.
Saat diminta angka pasti, Laerke menyebut jumlahnya sekitar 100 truk.
Pengumuman ini disampaikan sehari setelah hanya sembilan truk bantuan yang diizinkan masuk melalui penyeberangan Kerem Shalom pada Senin -- angka yang terus dikritik oleh OCHA dan berbagai organisasi kemanusiaan karena jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mendesak masyarakat Gaza.
Dari sembilan truk yang diizinkan pada Senin, Laerke mengatakan hanya lima yang benar-benar berhasil masuk ke Gaza karena kendala logistik di titik perbatasan.
“Dari sembilan truk tersebut, hanya lima yang berhasil masuk ... sisanya gagal karena alasan logistik,” jelasnya, seraya menambahkan bahwa proses penyeberangan sangat kompleks.
“Seperti yang Anda ketahui, ada beberapa tahap dalam penyeberangan ini, termasuk proses pemindahan dan pengemasan ulang dari satu truk ke truk lain sebelum dapat melanjutkan perjalanan.”
Bahkan lima truk yang berhasil masuk pada Senin pun belum sepenuhnya diizinkan untuk mendistribusikan bantuan karena masih dalam pengawasan otoritas Israel.
“Truk-truk tersebut masih berada di bawah pengawasan tingkat akhir otoritas Israel, dan kami masih memerlukan izin untuk mengambilnya,” ujar Laerke.
Namun, pada Selasa pagi, situasi mulai berubah. “Pagi ini, kami telah mendapatkan izin untuk mengambil kelima truk tersebut. Itu yang bisa saya konfirmasi saat ini. Kami juga telah menerima izin untuk mengambil truk-truk lain yang kemungkinan masuk hari ini,” katanya menambahkan.
OCHA dan organisasi kemanusiaan lainnya secara konsisten menyerukan akses kemanusiaan yang aman, berkelanjutan, dan dalam skala besar ke Gaza, di mana pasokan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar sangat terbatas.
Kepala OCHA Tom Fletcher sebelumnya pada Selasa memperingatkan dalam wawancara dengan program Radio 4 BBC bahwa sekitar 14.000 bayi di Gaza dapat meregang nyawa dalam waktu 24 jam ke depan jika truk bantuan tidak segera mencapai komunitas di wilayah tersebut.
Fletcher menjelaskan bahwa ribuan truk bantuan yang berisi "makanan bayi dan nutrisi" telah siap dikirim, namun tertahan akibat pembatasan dari Israel.
Dalam pengarahan PBB yang sama, juru bicara Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Louise Wateridge menggambarkan ketimpangan besar antara kebutuhan mendesak di Gaza dan bantuan yang tertahan hanya beberapa jam perjalanan jauhnya.
Berbicara secara daring dari Amman, Yordania, ia mengatakan: “Di sini tersedia makanan untuk sekitar 200.000 orang selama sebulan penuh. Ada obat-obatan untuk menjaga operasional sembilan pusat kesehatan UNRWA dan 38 titik medis lainnya -- cukup untuk merawat 1,6 juta orang. Tersedia pula paket kebersihan untuk 200.000 keluarga, selimut, serta perlengkapan belajar untuk 375.000 anak.”
Sementara itu, rekaman video dari koleganya di Gaza menunjukkan bahwa gudang-gudang UNRWA di dalam wilayah tersebut kini kosong.
Wateridge menambahkan bahwa UNRWA memiliki stok bantuan bukan hanya di Amman, tetapi juga di titik-titik logistik lainnya termasuk di Mesir.
“Situasinya sungguh tidak masuk akal. Ini mengerikan, dan terus terang, tidak bisa dimaafkan. Semua bantuan ini hanya berjarak tiga jam dari Gaza. Seharusnya bisa tiba sore ini,” tegasnya.
Sejak Oktober 2023, militer Israel terus melancarkan serangan brutal di Gaza dan menolak seruan internasional untuk gencatan senjata.
Serangan tersebut telah menewaskan hampir 53.500 warga Palestina, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
(ANT/CSP)