Wacana Lima Hari Sekolah, Bendahara FPKS Sumut Dukung Gubsu

Wacana Lima Hari Sekolah, Bendahara FPKS Sumut Dukung Gubsu
Wacana Lima Hari Sekolah Bendahara FPKS Sumut Dukung Gubsu (Analisadaily/zulnaidi)

Analisadaily.com, Medan - Bendahara Fraksi PKS DPRD Sumatera Utara, Ahmad Hadian SPdI MAP, menyatakan dukungan wacana Gubsu Bobby Nasution menerapkan sistem sekolah lima hari untuk jenjang SMA dan SMK. Wacana ini, menurutnya, bertujuan mulia: mengurangi kenakalan remaja dengan memberi ruang lebih bagi siswa untuk bersama keluarga.

Namun, Ahmad Hadian menekankan pentingnya kajian menyeluruh sebelum kebijakan ini diterapkan secara luas. “Sebagai wacana, ini sangat positif. Tapi harus dikaji secara komprehensif, baik dari aspek kurikulum, sosial, maupun kesiapan infrastruktur pendidikan di Sumatera Utara,” ujar Hadian di DPRD Sumut, Jumat (23/5/2025).

Menurutnya, salah satu tantangan utama dalam penerapan sekolah lima hari adalah penyesuaian beban kurikulum. Saat ini, guru yang telah tersertifikasi diwajibkan mengajar minimal 24 jam per minggu. Dengan pengurangan satu hari belajar, otomatis diperlukan pengaturan ulang jadwal pelajaran agar tidak mengurangi substansi pembelajaran.

“Sekolah-sekolah Islam Terpadu sudah terbiasa menerapkan sistem ini, mereka mengganti waktu belajar yang hilang dengan sistem full day hingga sore hari. Tapi apakah hal ini bisa diterapkan juga di sekolah negeri? Ini perlu kajian lebih dalam,” katanya.

Aspek Sosial

Ahmad Hadian juga menyoroti sisi sosial dari kebijakan ini. Meskipun tujuan utamanya adalah memberikan waktu berkualitas bersama keluarga di akhir pekan, ia mengingatkan bahwa tidak semua orang tua bisa hadir mendampingi anak-anak pada hari Sabtu.

“Kalau orang tuanya ASN mungkin Sabtu libur, tapi bagi yang bekerja di sektor informal atau swasta, Sabtu tetap hari kerja. Justru anak-anak bisa saja dibiarkan tanpa pengawasan, yang malah membuka peluang bagi mereka melakukan hal-hal yang tidak diinginkan,” jelasnya.

Pembinaan Karakter

Lebih lanjut, Ahmad Hadian menekankan bahwa pendidikan bukan hanya soal penyampaian materi, tapi juga pembentukan karakter. Oleh karena itu, perlu ada pembiasaan nilai-nilai moral dan sikap positif sejak dini, yang dimulai dari keteladanan guru.

“Guru harus menjadi teladan, dan ini butuh pembinaan yang serius. Selain itu, orang tua juga perlu dilibatkan agar apa yang ditanamkan di sekolah bisa dilanjutkan di rumah. Jangan sampai ada kesenjangan persepsi antara sekolah dan keluarga,” katanya.

Sebagai contoh, ia menyebut sekolah Islam terpadu yang terkadang tetap memanfaatkan hari Sabtu untuk kegiatan pembinaan moral, namun dilakukan dalam suasana yang lebih santai tanpa seragam dan jadwal ketat.

Ahmad Hadian berharap wacana ini bisa menjadi momentum bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikan secara menyeluruh. “Tujuan akhir kita adalah melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter dan bermoral baik. Apapun kebijakan yang diambil, semoga semuanya untuk kebaikan anak-anak kita dan peningkatan kualitas pendidikan di Sumatera Utara,” pungkasnya

(NAI/NAI)

Baca Juga

Rekomendasi