Memastikan Anak-anak di Pesisir Desa Bagan Percut Tidak Buta Huruf

Memastikan Anak-anak di Pesisir Desa Bagan Percut Tidak Buta Huruf
Relawan Rumah Edukasi Anak Pesisir (Redaksi) sedang Ice Breaking bersama anak-anak sebelum memulai pelajaran di pondok tepi sungai di Dusun 18, Desa Bagan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (22/5) (Analisadaily/Cristison Sondang Pane)

Analisadaily.com, Percut Seituan - Tiga puluhan anak-anak berjalan dan saling mendahului saat para relawan Rumah Edukasi Anak Pesisir memanggil mereka untuk masuk ke ruang belajar di tepi sungai di Dusun 18, Desa Bagan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Tanpa harus mendengar aba-aba, anak-anak langsung mengambil meja belajar lipat dan memilih tempat duduk yang beralaskan papan. Saat yang sama para relawan mendirikan papan tulis dan menyiapkan alat-alat tulis.

Anak-anak seketika hening mendengarkan dan melihat seorang relawan bernama Atika Hasibuan menuliskan soal Matematika untuk dijawab. Atika kemudian bertanya, siapa yang bisa menyelesaikan pertanyaan ini? Satu, dua hingga tiga anak mengajukan diri. Soal pun terjawab.

Setelah itu, tenaga pengajar lain, Fitri, terlihat sibuk membagikan buku-buku bacaan kepada peserta didiknya. Buku itu macam-macam, mulai komik, kebudayaan, sejarah nusantara, buku legenda rakyat Indonesia hingga Vietnam.

Atika Hasibuan (tengah) sedang menjelaskan mata pelajaran kepada murid-muridnya saat kelas belajar berlansung di pondok tepi sungai di Dusun 18, Desa Bagan Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Kamis (22/5).
“Kelas kita hanya dua jam. Selama kelas kita mengajak anak-anak belajar berhitung, seni, berkreasi dan membaca,” ucap Atika di sela-sela proses belajar pada Kamis (22/5) siang.

Mahasiswa semester tiga ini menceritakan anak-anak di Bagan Percut memang sudah banyak mengakses pendidikan formal, namun dia melihat itu tidak cukup. Pasalnya, tidak sedikit juga anak-anak di daerah ini yang belum sepenuhnya bersekolah.

Kata dia, tujuan Rumah Edukasi Anak Pesisir (Redaksi) ini didirikan untuk meningkatkan literasi dan kemampuan membaca anak-anak, khususnya di pesisir. Menurut dia, perbedaan antara anak yang sudah bisa membaca dengan yang belum masih besar.

Relawan Rumah Edukasi Anak Pesisir (Redaksi), Atika Hasibuan, menunjukkan sebuah buku cerita kepada siswa-siswinya saat belajar di atas perahu, Kamis (22/5).
“Banyak anak-anak masih rendah tingkat membacanya. Ada yang sama sekali belum bisa membaca. Ada juga yang putus sekolah. Salah satu penyebabnya adalah mereka lebih memilih untuk bekerja mencari ikan bersama orang tuanya daripada membaca atau belajar. Rata-rata di sini anak nelayan,” tutur perempuan berusia 20 tahun itu.

Menurut data Profil Anak yang diterbitkan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2022 menunjukkan jumlah kasus buta aksara di kabupaten Deli Serdang sebanyak 995 kasus, termasuk 95 di Kecamatan Percut Sei Tuan. Sebanyak 145 kasus laki-laki buta huruf dan 850 kasus buta huruf pada perempuan.

Tidak mudah bagi Atika dan Fitri melakukan perubahan secara signifikan meskipun sudah menjalankan aksi kemanusiaan ini sejak tiga tahun lalu. Atika mengakui ada tantangan yang mereka hadapi, terutama dari sisi sumber daya relawan.

Menurut mahasiswa jurusan Kesehatan itu mereka masih kekurangan tenaga pengajar yang secara sukarela berbagai ilmu dan pengalaman untuk anak-anak. Sehingga, dia bersama Fitri dan Nur Azizah terkadang kesulitan mengajar.

Relawan Rumah Edukasi Anak Pesisir (Redaksi), Fitri (kiri) Atika Hasibuan (tengah) dan Nur Azizah (kanan) menunjukkan buku-buku ajar mereka setelah belajar di atas perahu usai, Kamis (22/5).
“Di sini tidak ada pemuda yang mau bergabung bersama kami sebagai relawan tanpa dibayar. Jadi dengan jumlah anak yang banyak, kadang hadir sampai 100 orang membuat kami kewalahan. Sementara kita hanya empat orang saja yang aktif,” ucap Atika, yang merupakan warga Bagan Percut.

Dia pun berharap kedepannya semakin banyak pemuda ikut serta bergabung bersama di Rumah Edukasi Anak Pesisir menjadi relawan dan peduli pendidikan anak pesisir.

Tidak itu saja, Atika, Fitri dan Azizah ingin sungguh-sungguh mengajari anak-anak di Pesisir agar mencintai buku, rajin membaca dan berani bermimpi.

“Di sini masih ada anak-anak yang berpikir tidak mampu karena ayahnya nelayan sehingga secara ekonomi pendapatan masih rendah. Jadi kami ingin berusaha membuatnya bisa pandai membaca dan tidak buta huruf,” ucap Fitri, sembari menyebut bahwa sebagian buku mereka peroleh dari Perpustakaan Indonesia.

Salah seorang warga, Farida (38), menitipkan dua anaknya untuk terus ikut belajar bersama teman-temannya supaya semakin rajin dan ilmunya bertambah. Dia juga mengakui ada banyak perubahan, tidak hanya pada anaknya, tapi juga anak lainnya, terutama kerajinan membaca.

“Dengan adanya rumah ini, anak yang ikut belajar nilainya di sekolah ada perubahan atau jauh lebih bagus. Niat belajarnya juga meningkat,” kata Farida, yang rumahnya tidak jauh dari lokasi belajar.

Meningkatkan minat baca terhadap anak-anak di Bagan Percut, Rumah Edukasi Anak Pesisir tidak hanya di rumah edukasi, tetapi sesekali mengajak anak-anak naik perahu ke tepi laut untuk membaca di atas kapal.

“Menurut saya, metode ini dapat membuat hati anak-anak tenang dan segar,” pungkas Fitri.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi