Abdimas Kolaborasi Internasional USU di Malaysia: Revitalisasi Rumah Besar Raja Bilah

Abdimas Kolaborasi Internasional USU di Malaysia: Revitalisasi Rumah Besar Raja Bilah
Abdimas Kolaborasi Internasional USU di Malaysia: Revitalisasi Rumah Besar Raja Bilah (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Perak - Dua orang dosen dari Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU), yakni Dr. Salmina W. Ginting dan Isnen Fitri, Ph.D., melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (Abdimas) di Papan, Perak, Malaysia. Kegiatan ini merupakan kolaborasi internasional antara USU dengan Faculty of Built Environment Universiti Teknologi MARA (UiTM) dan lembaga swadaya masyarakat Perak Heritage Society (PHS).

Kegiatan utama yang berlangsung pada 29 Juni 2025 ini berfokus pada diskusi rancangan revitalisasi Rumah Besar Raja Bilah, sebuah bangunan bersejarah yang menjadi salah satu peninggalan komunitas Mandailing di Malaysia.

Diskusi dilaksanakan di lokasi bangunan cagar budaya tersebut dan dihadiri oleh berbagai pihak terkait. PHS mengirim Mohd Tajuddin Mohd Tahir dan Nor Hisham bin Zulkiflee. Sementara dari UiTM Cabang Perak hadir Dr. Lim Seng Boon, Dr. Othman Mohd Nor, dan Dr. Wan Nur Rukiah Binti Mohd Arshard.

Pertemuan ini juga dihadiri oleh Fatimah binti Adnan dan Hamizi, yang merupakan keturunan langsung Raja Bilah—tokoh penting pemimpin komunitas Melayu dan Mandailing di Papan, yang berasal dari Sumatera Utara dan memiliki peran besar dalam sejarah komunitas Mandailing di Malaysia.

Kegiatan abdimas ini mengusung tema “Reviving an Interconnected History: A Community Service Program to Reconnect and Preserve Indonesia's Cultural Heritage in Malaysia".

Melalui tema tersebut, tim USU ingin mengangkat kembali jejak sejarah hubungan antara Indonesia dan Malaysia yang telah terjalin erat sejak abad ke-18. Rumah Besar Raja Bilah dipilih sebagai objek utama karena nilai sejarah dan budaya yang melekat padanya.

Selain komunitas Mandailing, diaspora dari Minangkabau dan Aceh juga merupakan bagian penting dalam perjalanan sejarah kota-kota di Malaysia, sehingga pelestarian bangunan warisan seperti ini menjadi upaya penting untuk menjaga keterhubungan sejarah antarbangsa.

Ketua Tim program ini, Dr. Salmina W Ginting, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gagasan dalam upaya revitalisasi bangunan-bangunan yang menjadi warisan budaya Indonesia di Malaysia.

Ia menyampaikan bahwa Rumah Besar Raja Bilah memiliki keunggulan arsitektural, nilai historis, dan identitas lokal yang unik. Namun, kondisi bangunan yang didirikan sejak tahun 1896 itu kini terlihat kurang terawat. Beberapa bagian bangunan mengalami kerusakan dan pelapukan akibat usia.

Salah satu persoalan utama yang mengemuka adalah status kepemilikan bangunan yang masih berada di bawah otoritas pribadi (private ownership) dari keluarga keturunan Raja Bilah. Selain itu, dibahas pula perlunya political will dari pemerintah serta keterlibatan sektor swasta untuk mendukung proses revitalisasi secara menyeluruh.

Dr. Salmina mengungkapkan bahwa tim USU sangat mengapresiasi masukan dan informasi yang disampaikan oleh para peserta diskusi. “Masukan dari berbagai pihak ini sangat bermanfaat untuk menyusun proposal desain revitalisasi Rumah Besar Raja Bilah, agar dapat menghidupkan kembali nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya,” pungkasnya.

(REL/WITA)

Baca Juga

Rekomendasi