
Analisadaily.com, Medan - Di sela hiruk-pikuk kampus Fakultas Kedokteran USU pada 2007, seorang mahasiswa semester 4 berdiri cukup lama di depan mading kampus. Matanya tertuju pada satu pengumuman: Beasiswa Teladan Tanoto Foundation. Namanya Suwanto, kelahiran 1987, dengan IPK 3,71 saat itu.
“Waktu itu saya lihat, ini beasiswa jauh lebih bagus daripada beasiswa PPA yang sebelumnya saya terima,” kenang Suwanto. Tapi syaratnya tidak mudah, salah satunya harus berhenti dari beasiswa lain yang sedang diterima. Tanpa ragu, Suwanto melepaskan beasiswa PPA-nya.
Baginya, nilai nominal beasiswa Teladan bukan hanya lebih besar, tapi ia percaya Tanoto Foundation bisa membawanya selangkah lebih dekat pada mimpinya—meraih Nobel.
Sejak SD, Suwanto sudah terbiasa ‘nongkrong’ di perpustakaan. “Waktu kelas 2 SD saya sudah baca RPUL, RPAL. Kelas 3, semua buku perpustakaan sekolah saya baca,” katanya sambil tersenyum. Kecintaannya pada membaca membuatnya terbiasa menjadi juara kelas. Saat SMA, terinspirasi dari teman sebangkunya yang ikut Olimpiade Fisika, ia pun bertekad ikut Olimpiade Biologi, bahkan berhasil juara tingkat provinsi.
Ketika memilih kuliah, kondisi keluarga membuatnya realistis. Keinginan kuliah ke luar negeri terbentur biaya. Ia akhirnya memutuskan untuk masuk Fakultas Kedokteran USU, bidang yang sesuai dengan kecintaannya pada ilmu kesehatan.
Sejak semester pertama di USU, Suwanto rajin ke perpustakaan kampus. Di sana, ia menemukan buku-buku tentang cara belajar cepat, cara mengingat dengan mind map, hingga teknik membaca efektif. “Semester satu, IPK saya 3,95,” katanya bangga.
Prestasinya pun terus bersinar. Pada 2008, Suwanto menjadi Mahasiswa Berprestasi tingkat USU, sebuah pencapaian yang memulihkan nama kampus setelah 15 tahun tidak mengirimkan perwakilan ke tingkat nasional.
Titik Balik: Investasi Bodong dan Air Mata
Di tahun yang sama, keluarganya mengalami masa sulit akibat investasi bodong yang membuat keuangan keluarga terguncang. Kondisi inilah yang terbawa hingga ke ruang wawancara seleksi Beasiswa Teladan Tanoto Foundation. “Waktu itu saya sampai nangis-nangis saat wawancara, karena dikorek tentang kondisi keluarga,” ujarnya.
Di tengah kesulitan itu, beasiswa Teladan menjadi penyelamat. “Yang paling membantu tentu secara finansial, tapi lebih dari itu, saya dapat banyak teman dan pelatihan,” katanya.
Demi membantu keluarga, Suwanto sudah mengajar les sejak semester pertama. Ia mengajar anak SMP dan SMA, dari rumah ke rumah, hingga sempat bekerja di lembaga les. Setelah lulus dokter, ia langsung mengajar sebagai dosen honor di USU dari 2010-2014.
Namun idealismenya untuk menjadi peneliti demi cita-cita Nobel sempat berhadapan dengan kenyataan hidup. Ia mengingat momen ketika mendatangi Profesor Aznan Lelo, yang dulu membimbingnya saat lomba dan saat keluarganya dalam kondisi sulit. Ia sempat magang di tempat profesor tersebut sebelum Koas, berharap bisa menjadi dosen peneliti.
Seiring waktu, jalan hidup membawanya ke dunia asuransi. “Di asuransi, karir saya makin bagus,” kata Suwanto. Pada 2014, ia memutuskan fokus penuh di asuransi hingga menjadi kepala cabang. Sejak 2015, ia tidak lagi aktif sebagai dosen.
Hingga hari ini, nilai-nilai yang diperoleh Suwanto dari Beasiswa Teladan tetap menjadi pijakan dalam langkah hidupnya: kerja keras, keinginan belajar tanpa henti, dan semangat memberi dampak bagi sekitar.
Baginya, beasiswa bukan sekadar tentang nilai finansial, tetapi juga tentang memupuk keyakinan bahwa setiap anak bangsa memiliki peluang yang sama untuk tumbuh menjadi pemimpin dan pembelajar, apapun jalan hidup yang dipilih mereka.
“Saya selalu percaya, kalau kita suka belajar, suka membaca, dan berani bermimpi, jalan kita akan selalu terbuka. Beasiswa Teladan adalah salah satu jalan yang membuka banyak pintu dalam hidup saya,” pungkas Suwanto.
Diketahui Tanoto Foundation kembali membuka pendaftaran program beasiswa Teladan angkatan 2026. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Program TELADAN tahun ini juga dapat diikuti oleh mahasiswa pemegang Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K) yang terdaftar sebagai mahasiswa semester satu di 10 perguruan tinggi mitra program TELADAN yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Diponegoro (Undip), IPB University (Institut Pertanian Bogor), Universitas Riau (Unri), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan Universitas Mulawarman (Unmul) yang memiliki prestasi di berbagai bidang, pengalaman organisasi, serta menunjukkan potensi kepemimpinan.
Pendaftaran program TELADAN 2026 dibuka mulai tanggal 1 Juli 2025 hingga 7 September 2025. Bagi yang berminat bisa mendaftarkan diri secara online pada website Tanoto Foundation, atau dapat dilakukan melalui link berikut: bit.ly/JadiTELADAN2026.
(DEL)