
Ilustrasi (Pexels)
Aset kripto seperti Bitcoin dan Ethereum semakin populer sebagai alternatif investasi. Bukan hanya untuk trading harian, kini banyak orang mulai menerapkan strategi “nabung kripto” secara rutin, layaknya menabung emas atau reksa dana. Salah satu metode yang banyak digunakan adalah Dollar Cost Averaging (DCA), yaitu membeli aset dalam nominal tetap setiap periode waktu tertentu, tanpa terpengaruh fluktuasi harga.
Aspek
|
Nabung Kripto
|
Nabung Konvensional
|
Volatilitas
|
Tinggi
|
Rendah hingga moderat
|
Imbal Hasil
|
Tidak pasti, bisa tinggi
|
Stabil, tapi kecil
|
Perlindungan
|
Tidak dijamin
|
Dijamin LPS (bank)
|
Minimum Setor
|
Sangat kecil
|
Bervariasi
|
Jangka Waktu
|
Ideal untuk jangka panjang
|
Fleksibel
|
? Jika mulai dari awal 2020, nilai bisa tumbuh menjadi Rp15–20 juta
? Jika mulai dari akhir 2021 (saat harga tinggi), nilainya bisa turun di awal tapi mulai pulih pada 2023–2025
Ini membuktikan bahwa konsistensi dan horizon waktu sangat menentukan hasil akhir dari strategi DCA.
Studi Kasus Global: Strategi DCA di Mata Investor Dunia
? CryptoSlate (2023): eksperimen $5/hari selama 2 tahun menghasilkan keuntungan 40% meski harga fluktuatif.
? BlockchainCenter (2024): return DCA BTC rata-rata 63% per tahun.
? Bitget & Binance (2025): strategi accumulator (mirip DCA versi lanjutan) menghasilkan akuisisi lebih murah hingga 26%.
Studi ini menunjukkan bahwa strategi DCA digunakan luassecara global dan menjadi bagian penting dari strategi portofolio jangka panjang, baik oleh investor individu maupun institusi.
Apakah DCA Bisa Gagal? Ini Penyebab Umumnya
1. Memulai di Harga Puncak
DCA tetap bisa untung meski mulai di harga tinggi, tetapi butuh waktu lebih lama untuk kembali impas.
DCA tetap bisa untung meski mulai di harga tinggi, tetapi butuh waktu lebih lama untuk kembali impas.
2. Tidak Konsisten
Berhenti menabung saat harga turun justru menggagalkan seluruh potensi strategi ini.
Berhenti menabung saat harga turun justru menggagalkan seluruh potensi strategi ini.
3. Salah Pilih Aset
Fokuslah pada aset mapan seperti BTC dan ETH. Hindari altcoin yang belum terbukti.
Fokuslah pada aset mapan seperti BTC dan ETH. Hindari altcoin yang belum terbukti.
4. Kurang Pemahaman
Banyak investor FOMO tanpa memahami tujuan jangka panjang, lalu panik saat portofolionya merah.
Tips Memulai Nabung Kripto yang Efektif
Banyak investor FOMO tanpa memahami tujuan jangka panjang, lalu panik saat portofolionya merah.
? Tetapkan tujuan finansial: jangka pendek atau jangka panjang?
? Gunakan platform yang aman dan teregulasi
? Fokus pada 1–2 aset utama: BTC dan ETH
? Gunakan fitur auto-invest atau atur pengingat bulanan
? Jangan cek harga terlalu sering — biarkan strategi berjalan
Kesimpulan
Menabung kripto dengan strategi DCA bisa menjadi pilihan cerdas bagi Anda yang ingin membangun aset secara bertahap tanpa harus menjadi ahli dalam trading. Dengan risiko yang tetap harus diperhitungkan, strategi ini memberikan peluang pertumbuhan yang menarik, khususnya bagi investor jangka panjang. Disiplin, edukasi, dan pemilihan aset yang tepat menjadi kunci keberhasilan dalam menjalankan strategi ini.
FAQ
1. Apakah menabung kripto cocok untuk pemula?Ya, selama dilakukan dengan nominal kecil dan strategi jangka panjang seperti DCA. 2. Kapan waktu terbaik memulai DCA?
Kapan pun. Karena DCA tidak bergantung pada timing, yang penting adalah konsistensinya. 3. Apakah lebih baik DCA ke Bitcoin atau Ethereum?
Keduanya memiliki rekam jejak yang solid. Bitcoin lebih mapan, Ethereum punya banyak potensi teknologi. 4. Apakah bisa gagal meski pakai DCA?
Bisa, jika tidak disiplin, salah memilih aset, atau memulai saat harga sangat tinggi tanpa komitmen jangka panjang. 5. Apakah ada platform di Indonesia yang cocok untuk DCA?
Ya, seperti Indodax dan exchange legal lainnya yang memungkinkan pembelian rutin secara manual maupun otomatis.(Adv)