
Analisadaily.com, Medan - Yayasan Konservasi Pesisir Indonesia (YAKOPI), sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang fokus pada konservasi kawasan pesisir dan pemberdayaan masyarakat, memperingati Hari Mangrove Sedunia 2025 yang jatuh pada tanggal 26 Juli dengan menggelar serangkaian kegiatan di 4 provinsi, Sumatera Utara, Aceh, Riau dan Kepulauan Riau.
Eling Tuhono selaku Direktur YAKOPI mengungkapkan, rangkaian kegiatan dimulai dengan mengadakan lomba kreatif dengan tema "Net Zero Emissions, Green Commitment” pada tanggal 13-26 Juli 2025 di empat provinsi yakni Sumatera Utara, Aceh, Riau dan Kepulauan Riau.
Secara lebih spesifik, Rifqi Ulfa selaku Reporting and Communication Manager dalam keterangannya, Jumat 25/7/2025) menjelaskan bahwa lomba kreatif ini mencakup lomba menggambar, mewarnai, membuat karya tulis, desain grafis, dan fotografi, dimana pesertanya mencapai ratusan orang dari berbagai jenjang pendidikan.
Khusus lomba mewarnai tingkat SD diikuti sebanyak 201 peserta dari empat wilayah. Di Aceh Singkil, kegiatan ini diikuti sebanyak 50 peserta UPTD SPF SD Negeri Pulau Balai, SD Teluk Nibung, Pulau Baguk, dan SDN 1 Teluk Nibung. Sedangkan di Nias, Sumatera Utara, terdapat 50 peserta dari SD Negeri 071117 Hiliamaetaniha, SD Negeri Botohilisaloo, SD Negeri Botohili Silambo, dan SD Negeri Lagundri.
Kemudian di Simeulue, kegiatan ini diikuti 50 peserta dari SD Negeri 5 Simeulue Timur, SD Negeri 4 dan SD Negeri 13 Simeulue Timur dan di Kepulauan Riau, lomba diikuti 51 peserta dari SD Negeri 007 Singkep Barat, SD Negeri 002 Kuale Raye dan SD Negeri 008 Tinjul.
Sementara lomba menggambar tingkat SMP diikuti 129 peserta dari tiga wilayah yakni Aceh dengan 34 peserta dari SMP Negeri 15 Langsa, Langkat dengan 52 peserta yang diikuti oleh SMP Negeri 3 Satu Atap Gebang dan Riau dengan 43 peserta dari SMP Negeri 2 Bantan, SMP Negeri 4 Bantan dan SMP Negeri 8 Bantan.
"Selain lomba mewarnai dan menggambar, saat ini juga tengah berlangsung lomba karya tulis ilmiah (LKTI), desain infografis, dan fotografi yang diikuti oleh peserta dari seluruh Indonesia. Total hadiah yang disediakan untuk berbagai perlombaan tersebut mencapai puluhan juta rupiah," jelas Ulfa.
Lebih lanjut, menyambut Hari Mangrove Sedunia 2025, YAKOPI berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Batubara mengadakan Mangrove Culture Festival I 2025 yang berlangsung di Pantai Sejarah, Kabupaten Batubara. Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan Penandatanganan Kerjasama antara YAKOPI dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batubara.
"Puncak acara perayaan hari mangrove sedunia 2025, diselenggarakan pada tanggal 19–20 Juli 2025 di Pantai Sejarah, Sumatera Utara. Festival ini merupakan festival mangrove perdana baik untuk YAKOPI maupun Pemerintahan Kabupaten Batubara. Kegiatan utama Mangrove Culture Festival meliputi penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara YAKOPI dan Pemkab Batubara, penanaman mangrove, pentas seni budaya, dan pameran UMKM lokal yang mengangkat potensi ekonomi masyarakat pesisir," jelas Eling selaku Direktur YAKOPI.
Dalam acara tersebut aneka produk unggulan YAKOPI seperti kerupuk ikan tongkol, basreng udang, kopi gula nypa, dan VCO dipamerkan sebagai hasil pemberdayaan ekonomi berbasis konservasi.
Meriahnya acara ini mendapat antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Tercatat lebih dari 10.000 peserta yang datang dari berbagai kalangan hadir dan menyemarakkan festival itu. Seluruh perayaan ini menjadi momentum yang menggugah kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya menjaga hutan mangrove sebagai benteng alami dari perubahan iklim dan sumber penghidupan bagi masyarakat pesisir.
Bupati Batu Bara, H. Baharudin Siagian, SH MSi menyampaikan apresiasinya kepada seluruh penyelenggara dan masyarakat yang telah berpartisipasi. Ia berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi agenda tahunan yang terus berlanjut di tahun-tahun mendatang.

Untuk lebih mengenalkan pentingnya keberadaan hutan mangrove bagi masyarakat pesisir dan program yang telah dilaksanakan, YAKOPI juga melakukan kunjungan langsung ke lokasi penanaman di Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat.
Muhammad Habib selaku Program Manager wilayah Aceh-Sumatera Utara mengatakan, langkah restorasi dilakukan dengan menanam pohon bakau pada area seluas 23 hektare di beberapa lokasi terpisah di Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat.
"Penanaman bakau di kawasan mangrove ini sangat penting karena lebih dari 90 persen mata pencaharian penduduk bersumber dari tambak udang. Ekosistem mangrove sangat dibutuhkan karena dapat meningkatkan kualitas air untuk mengairi tambak udang," jelasnya.
Restorasi ini dilakukan terhadap lahan-lahan kritis di muara Sungai Bluru yang melintasi Desa Pasar Rawa. Muara Sungai Bluru sendiri dikenal sebagai lokasi tempat berkembangnya ekosistem mangrove.
Habib mengatakan, selama tiga tahun terakhir, YAKOPI bersama masyarakat Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, yang tergabung dalam Kelompok Tani Hijau (KTH) Maju Bersama melakukan penanaman pohon bakau di area seluas 23 hektare. Adapun pohon bakau yang ditanam adalah jenis jenis Rhizophora stylosa.
"Penanaman pohon bakau ini ternyata mendorong hadirnya tanaman lain yakni Avicennia spp atau yang dikenal pohon api-api dan Sonneratia (Pedada). Kehadiran ketiga tanaman ini mendukung keberadaan ekosistem hutan mangrove dikawasan tersebut," ujar Habib.
Eling Tuhono selaku Direktur YAKOPI juga menyampaikan, dalam jangka panjang YAKOPI menargetkan dapat melakukan restorasi dan konservasi terhadap lahan mangrove di provinsi Sumatera Utara, Aceh, Riau dan Kepulauan Riau sebagai upaya untuk mendukung kesejahteraan masyarakat.
"Program ini fokus pada dua hal utama: perlindungan terhadap kawasan mangrove yang masih utuh, dan pemulihan area yang telah rusak atau terdegradasi, dengan melibatkan masyarakat sebagai pengelola langsung," jelasnya.
Ekosistem mangrove sendiri berperan penting sebagai habitat ikan dan kepiting, khususnya untuk bertelur. Di samping itu, hutan mangrove juga menjadi lokasi tinggal bagi aneka burung.
Kasto Wahyudi selaku Ketua KTH Maju Bersama mengungkapkan bahwa banyak jenis ikan, kepiting dan burung yang berkembang biak di hutan mangrove Desa Pasar Rawa.
"Seperti ikan kakap merah, senangin, baramundi atau kakap putih, sembilang, baronang, ikan tomok, ikan belanak, kepiting, udang tiger, udang galah, udang kertas, udang kapur, burung bangau, camar, balam dan jalak," jelasnya.
Eling berharap melalui kegiatan ini masyarakat dapat memeroleh informasi menyeluruh tentang pentingnya menjaga ekosistem mangrove, tidak hanya dari segi ekonomis namun juga kelestarian lingkungan.
"Pohon bakau bersama dengan pohon api-api dan pedada sangat penting untuk mencegah terjadinya abrasi atau proses pengikisan tanah pada daerah pesisir pantai yang diakibatkan oleh ombak dan arus laut yang sifatnya merusak. Bahkan hutan mangrove juga dapat mencegah atau meminimalisir dampak dari gelombang tsunami. Dan yang tidak kalah penting, hutan mangrove menjadi tempat berkembang biak aneka jenis ikan, kepiting, udang, burung dan satwa lainnya, yang berarti kita turut menjadi kelestarian lingkungan. Dan inilah yang menjadi tujuan utama dari YAKOPI melakukan restorasi dan konservasi terhadap ekosistem mangrove," jelasnya.
Gula NipahYAKOPI juga melakukan pemberdayaan masyarakat. Seperti yang dilakukan di Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat.
YAKOPI bekerjasama dengan warga setempat berinovasi membuat gula merah dengan bahan baku dari tanaman nipah.
Rijalul Halimi selaku Community and Social Business Manager YAKOPI mengatakan, potensi gula nipah di Desa Pasar Rawa sangat besar, mengigat tanaman ini tumbuh subur di muara sungai berair payau ini.
"YAKOPI sendiri telah mengembangkan gula nipah ini sejak tahun 2021. Saat itu kita mengedukasi beberapa warga sekitar untuk mengembangkan gula nipah. Namun yang betul-betul serius saat itu hanya Pak Sakiman yang saat ini menjadi ketua Kelompok Gula Nipah. Secara bertahap, produksi gula nipah kita kembangkan," jelasnya.
Rijalul Halimi mengungkapkan, gula nipah memiliki rasa manis dan asin. Paduan rasa manis dan asin inilah yang menimbulkan sensasi unik.
"Gula nipah juga sudah diteliti dan kandungannya lebih sehat dari gula lainnya. Kandungan karbohidratnya lebih rendah, hanya 44,8 persen. Berbeda dengan gula lain yang kandungan karbohidratnya lebih dari 80 persen. Belum lagi kandungan lainnya," jelasnya.
Besarnya potensi pengembangan gula dari tanaman nipah ini yang mendorong YAKOPI untuk melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat setempat. Harapannya, gula nipah mampu meningkatkan taraf hidup pendapatan masyarakat yang akhirnya juga membuat mereka bisa lebih sejahtera hidupnya.
"Hal ini yang menjadi salah satu tujuan dari kehadiran YAKOPI yakni mengajak masyarakat untuk memaksimalkan potensi yang ada disekitar tanpa harus merusak lingkungan," jelasnya.
(NAI/NAI)