Oksigen Terlarut Rendah, Penyebab Ikan Mati di Danau Toba

Oksigen Terlarut Rendah, Penyebab Ikan Mati di Danau Toba
Oksigen Terlarut Rendah, Penyebab Ikan Mati di Danau Toba (Analisadaily/istimewa)

Analisadaily.com, Medan – Kematian mendadak ikan di perairan Danau Toba beberapa waktu lalu disebabkan oleh rendahnya kadar oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO). Rendahnya DO antara lain dipicu oleh naiknya sedimen lumpur dari dasar danau akibat angin kencang dan gelombang tinggi.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir, Edison Pasaribu, menjelaskan bahwa ketika air Danau Toba berubah keruh, kadar DO tercatat hanya 3,9 miligram per liter (mg/l). Tiga hari kemudian, kadar tersebut turun menjadi 1,8 mg/l, sebelum akhirnya kembali naik ke angka 3,8 mg/l pada hari kelima.

“Saat ini tidak ada lagi ikan yang mati dan warna air sudah kembali normal. Kadar DO sudah berada di kisaran normal, yaitu antara 5 hingga 7 mg/l. Angin pun sudah tidak kencang lagi di wilayah perairan Danau Toba, khususnya di Samosir,” ujar Edison saat dihubungi Analisadaily.com, Jumat (1/8/2025), melalui sambungan WhatsApp.

Sebagai informasi, oksigen terlarut (DO) mengacu pada jumlah oksigen yang tersedia di dalam air dan dibutuhkan oleh organisme perairan untuk bernapas serta menjalankan proses metabolisme. Bila kadar DO terlalu rendah, ikan akan mengalami kesulitan bernapas, yang berujung pada kematian.

Edison menambahkan bahwa fenomena ini terjadi akibat angin kencang dan ombak besar yang biasa muncul setiap lima tahun sekali. Hal tersebut menyebabkan sedimen lumpur dari dasar danau terangkat ke permukaan dan memengaruhi kadar oksigen dalam air. Peristiwa serupa juga pernah terjadi lima tahun lalu, umumnya saat musim kemarau panjang disertai angin kencang.

“Kematian ikan hanya terjadi di Desa Tanjung Bunga, milik petani keramba jaring apung. Padahal banyak keramba di perairan Danau Toba, tapi yang terdampak hanya satu lokasi. Untuk jumlah pasti ikan yang mati, itu wewenang Dinas Ketapang dan Pertanian Samosir,” tambah Edison.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Samosir, Tumiur Gultom, membenarkan bahwa jumlah ikan yang mati di Desa Tanjung Bunga, Kecamatan Pangururan, mencapai 352 ton dalam kondisi ikan mati dan kembung. Ikan tersebut merupakan milik 37 kepala keluarga yang mengelola 677 petakan keramba jaring apung (KJA).

“Benar, ikan yang mati itu milik petani KJA di Desa Tanjung Bunga. Jumlahnya mencapai 352 ton,” kata Tumiur saat dikonfirmasi Analisadaily.com, Jumat (1/8/2025).

Sebelumnya, Analisadaily.com melaporkan bahwa kematian ikan budidaya di Danau Toba masih menjadi misteri. Sampel air telah diambil oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Sumatera Utara untuk diuji di laboratorium, namun hasilnya belum diumumkan.

Kepala UPTD Kualitas Air Danau Toba DLHK Sumut, Abner Tarigan, mengatakan bahwa dugaan sementara mengarah pada faktor alam, seperti fenomena upwelling yang dipicu oleh ombak besar dan pendangkalan perairan. “Kematian ikan kemungkinan besar akibat faktor alam,” ujar Abner, Rabu (30/7/2025), di Medan. (mul)

(NAI/NAI)

Baca Juga

Rekomendasi