
Analisadaily.com, Shanghai - Beberapa mahasiswa terlihat berlalu lalang ketika kaki menginjakan Fudan University Shanghai, Tiongkok. Beberapa dari mereka ada yang membentuk lingkaran dan duduk secara bergrup di bawah rindangnya pohon-pohon di Fudan University. Ada yang berjalan kaki dan ada pula yang bersepeda menuju gerbang keluar kampus.
Hari itu, Sabtu (2/8/2025), cuaca di Shanghai sedikit mendung. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 14.15. Setibanya di depan salah satu gedung utama di Fudan, kami diterima seorang pria memakai batik. Wajahnya sangat khas wajah orang Indonesia. Ia adalah Panggih Prabowo atau lebih sering dipanggil Panji.
“Selamat datang di Fudan University,” ujarnya sambil menyalam satu persatu-satu rombongan jurnalis dari Indonesia yang dibawa Konsulat Jenderal Tiongkok di Medan.
Panji bercerita bahwa banyak suka duka yang ia rasakan selama berkuliah di Shanghai, Tiongkok. “Dukanya itu jauh dari orangtua. Apalagi kalau Ramadan atau Lebaran,” ujarnya.
Meski begitu, lelaki kelahiran 11 September 1995 ini mengungkapkan selama kuliah di Tiongkok, ia lebih banyak suka nya. Apalagi ini sudah tahun kelima ia kuliah di Tiongkok. Panji merupakan lulusan S2 dari Shanghai International Studies University. Dua tahun ia berhasil menyelesaikan S2 nya. Saat ini Panji sedang menyelesaikan kuliah S3 nya di Fudan University Shanghai dengan jurusan Hubungan Internasional.
“Saya lulus S2 itu tahun 2018. Kemudian ini dapat beasiswa lagi dari ASEAN-China Young Leaders Scholarship (ACYLS) untuk S3,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan beberapa alasan kenapa pelajar di Indonesia harus berkuliah di Tiongkok. Pertama pola pikir masyarakat Indonesia khususnya pola pikir pelajar Indonesia terhadap Tiongkok harus diubah. Soal agama kata Panji, bukan halangan besar bagi seorang muslim untuk belajar dan kuliah di Tiongkok, apalagi Shanghai yang menjadi tempat ia menimba ilmu.
Di Tiongkok, pemerintahnya mewajibkan bahwa setiap kampus harus memiliki kantin halal sebagai bentuk menghargai kepada yang muslim. Begitu juga dengan warga nya yang muslim, di Shanghai cukup banyak muslimnya. “Kalau di dekat kampus itu banyak makanan yang halal. Masjid juga 15 menit naik sepeda ada,” ujar pria yang berprofesi sebagai dosen tersebut.
Panji menjadi dosen sejak 2022 di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Ia sebagai dosen berstatus PNS. 2018 ia merupakan seorang banker. Saat ini ia cuti sebagai ASN demi menyelesaikan studi S3 nya.
Alasan kedua kata Panji yang harus diubah pola pikir dari para pelajar Indonesia adalah bahwa saat ini di Tiongkok sudah ada jurusan bidang Artificial Intelligence (AI). Tiongkok begitu cepat berubah dalam hal perkembangan teknologi maupun pendidikan.
“Jadi sekarang itu teknologi dan pendidikan mulai bergeser China. Mereka sudah leading untuk teknologi,” ucapnya.
Alasan ketiga bahwa dalam percaturan politik dunia, Tiongkok juga sudah berpengaruh. Mereka setiap tahun selalu memperbaiki kualitas jurusan dan pendidikan. “Jadi jurusan AI itu kurikulumnya udah dibentuk beberapa tahun yang lalu. Di Indonesia kurikulumnya aja belum dibentuk,” ujarnya.
Hal itu kata Panji bisa dimanfaatkan pelajar-pelajar Indonesia. Peluang beasiswa di Tiongkok juga cukup banyak. “Artinya banyak kesempatan anak-anak Indonesia untuk bisa belajar di sini,” pesannya sambil menyatakan bahwa di dalam kelas saat belajar juga tidak ada upaya-upaya pemerintah Tiongkok untuk mengadvokasi paham-paham komunis.
Ia berharap ke depan semakin banyak lagi pelajar di Indonesia yang bisa kuliah di Tiongkok khususnya di Fudan University. Saat ini jumlah pelajar Indonesia yang kuliah di Tiongkok memang tidak terlalu banyak. Besar harapannya ke depan banyak lagi pelajar Indonesia yang kuliah di Tiongkok.
Seperti diketahui bahwa Fudan University adalah salah satu universitas paling bergengsi dan tertua di Tiongkok, yang terletak di Shanghai.
Didirikan pada 1905 dengan nama awal Fudan Public School oleh Ma Xiangbo, seorang yang lahir di Indonesia. Fudan menjadi universitas yang memainkan peran penting dalam perkembangan pendidikan modern di Tiongkok.
Setelah pendirian Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, Fudan mengalami restrukturisasi besar dan menjadi universitas nasional di bawah pengawasan langsung Kementerian Pendidikan Tiongkok.
Pada tahun 2000, Fudan University bergabung dengan Shanghai Medical University, yang semakin memperkuat posisinya sebagai universitas penelitian komprehensif dengan kekuatan di bidang ilmu pengetahuan alam, sosial, kedokteran, dan humaniora.
Fudan memiliki empat kampus utama di Shanghai. Universitas ini dikenal karena lingkungan akademik yang kuat dan kontribusinya dalam riset internasional. Banyak alumni Fudan telah menjadi tokoh penting di bidang politik, akademik, dan bisnis di Tiongkok maupun internasional. Bahkan lulusan dari Fudan dinilai bisa mendapat kerja yang baik di Tiongkok maupun di negara-negara luar.