Wajah Baru Nusakambangan: Warga Binaan Berdaya dengan Limbah FABA (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Nusakambangan - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Cilacap, kini bertransformasi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi. Melalui program kolaborasi antara Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) dan PT PLN (Persero), para warga binaan kini mampu mengolah limbah sisa pembakaran batu bara, atau FABA (Fly Ash dan Bottom Ash), menjadi produk konstruksi bernilai jual tinggi.
Pengelolaan limbah FABA ini menjadi bagian dari workshop yang memanfaatkan lahan tidur di Pulau Nusakambangan. Di sana, warga binaan dibekali keterampilan untuk memproduksi batako, paving block, roaster, dan buis beton. Program ini bertujuan membekali mereka dengan keahlian nyata agar siap kembali ke masyarakat dan menjalani kehidupan produktif.
Kevin Ruben Rafael, salah seorang warga binaan Lapas Terbuka Nusakambangan, mengungkapkan rasa syukurnya atas program ini. "Ini sangat membantu kami sebagai warga binaan, karena menambah ilmu pengetahuan. Nanti, ketika kami keluar, ilmu ini bisa bermanfaat bagi kehidupan kami di masyarakat," ujar Kevin, Rabu (10/9).
Hal serupa juga disampaikan oleh Listianto, warga binaan Lapas Nirbaya, yang merasa program ini memberinya harapan baru. "Alhamdulillah, sekarang saya bisa mengikuti program ini. Saya ingin mandiri, saya ingin kembali ke masyarakat dengan menjadi yang lebih baik lagi," tuturnya.
Menteri Imipas, Agus Andrianto, menyampaikan apresiasinya kepada PLN. "Program ini merupakan model pelatihan kerja yang sedang kami galakkan untuk mempersiapkan warga binaan agar siap kembali ke masyarakat," kata Agus saat meninjau langsung workshop tersebut.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa pemanfaatan FABA ini tidak hanya menciptakan peluang ekonomi sirkuler, tetapi juga memberikan solusi bagi lingkungan.
"Kami bangga, warga binaan Lapas Nusakambangan berhasil memanfaatkan limbah menjadi komoditas produktif," ucapnya.
Saat ini, workshop FABA di Nusakambangan telah dilengkapi dua unit mesin yang mampu memproduksi hingga 2 juta paving block dan 1 juta batako setiap tahun. Jika berjalan optimal, workshop ini berpotensi menghasilkan omzet hingga Rp5,4 miliar per tahun.
Darmawan optimis jumlah 30 warga binaan yang saat ini sudah terampil akan terus bertambah. Ia juga memuji etos kerja dan kedisiplinan para warga binaan yang menghasilkan produk berkualitas premium.
"Ke depan, Nusakambangan akan menjadi percontohan nasional bagaimana sebuah lapas dapat berkembang menjadi episentrum kegiatan ekonomi sekaligus pusat pemberdayaan masyarakat," pungkas Darmawan.
(JW/RZD)