Akibat Dualisme Yayasan, Mahasiswa UDA Menjerit: Kami Terlantar di Kampus Sendiri

Akibat Dualisme Yayasan, Mahasiswa UDA Menjerit: Kami Terlantar di Kampus Sendiri
Akibat Dualisme Yayasan, Mahasiswa UDA Menjerit: Kami Terlantar di Kampus Sendiri (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Konflik dualisme kepengurusan yayasan di Universitas Darma Agung (UDA) kian memanas dan berdampak langsung pada proses perkuliahan.

Mahasiswa UDA menyampaikan keresahan mendalam, bahkan mengaku harus melalui perdebatan sengit setiap hari hanya untuk bisa masuk ke lingkungan kampus mereka sendiri.

Puncaknya terjadi pada Senin (6/10) pagi, sekitar pukul 07.45 WIB, ketika akses utama kampus ditutup total. Penutupan ini menyebabkan sejumlah dosen, pegawai, dan mahasiswa terlantar.

"Seperti hari ini kami sempat tidak diizinkan masuk ke lingkungan kampus kami sendiri. Kami sangat sedih, selalu harus melalui proses debat dan ketegangan baru bisa masuk kampus," kata sejumlah mahasiswa kepada wartawan, Senin (6/10).

Mahasiswa menyebut, penutupan akses masuk kampus diduga atas perintah inisial HNK, sesuai pengakuan petugas keamanan.

Setelah melalui dialog dan ketegangan yang melelahkan, akses masuk kampus akhirnya dibuka kembali sekitar pukul 09.30 WIB.

Para mahasiswa menegaskan bahwa konflik yayasan yang berkepanjangan ini membuat mereka menderita dan mengganggu proses mengajar, akreditasi, penerimaan mahasiswa baru, hingga wisuda.

Mereka menuntut semua elemen yang terlibat seperti Kemendikristek, pengadilan, dan Menkumham segera menyelesaikan persoalan dualisme yayasan UDA secara arif, bijaksana, dan tidak berpihak.

Secara khusus, mahasiswa dan alumni kompak mendesak seluruh ahli waris yayasan UDA untuk segera turun tangan menyelesaikan konflik.

"Lewat pernyataan ini Kami seluruh mahasiswa minta para ahli waris yayasan UDA turun tangan jangan hanya berdiam diri menonton konflik ini terus bergulir. Mohon para ahli waris agar punya hati agar konflik ini segera berakhir. Kami sangat menderita dengan konflik ini,” tegas perwakilan mahasiswa.

Selain itu, mahasiswa dan alumni juga menyayangkan dan meminta para dosen UDA tidak melakukan manuver atau memanfaatkan dualisme ini.

Mereka menilai manuver dosen hanya memperparah kisruh yang seharusnya diselesaikan secara elegan.

Seorang alumni, Alexander Gulo, mengungkapkan kekecewaannya.

"Kasian sekali adik-adik mahasiswa. Karena keserakahan mahasiswa yang jadi korban," ujarnya, seraya berharap penentuan pengurus yayasan dan rektor harus sesuai mekanisme yang berlaku tanpa intervensi.

Mahasiswa memohon kepada pihak-pihak yang berwenang untuk melihat penderitaan mereka dan mengingatkan agar persoalan yayasan tidak lagi berimbas pada penutupan akses masuk kampus di masa mendatang.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi