Ilustrasi pohon karet (Pixabay)
Analisadaily.com, Medan — Volume ekspor karet alam asal Sumatera Utara (Sumut) pada September 2025 tercatat sebesar 22,653 ton, mengalami kenaikan +14,6% (MoM) dibandingkan Agustus 2025 yang mencapai 19,765 ton.
Namun secara tahunan (YoY), kinerja ekspor masih melemah -13,0% dibandingkan dengan September 2024 yang mencapai 26,042 ton.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumatera Utara (Gapkindo Sumut) Edy Irwansyah menjelaskan, secara keseluruhan, ekspor karet Sumut pada September 2025 dikirim ke 24 negara tujuan, dengan 11 di antaranya negara Eropa.
Volume ekspor bulan ini menunjukkan tren yang belum pulih ke kondisi normal, di mana rata-rata ekspor bulanan karet dari provinsi ini dapat mencapai sekitar 42 ribu ton per bulan pada periode stabil sebelum pandemi dan krisis global.
Menurut pelaku industri, stagnasi ekspor disebabkan oleh penurunan permintaan global, terutama dari sektor otomotif di Asia Timur dan Amerika Utara. Aktivitas manufaktur ban di beberapa negara tujuan utama seperti Jepang, Tiongkok, dan Amerika Serikat masih tertekan akibat tingginya biaya logistik dan melemahnya permintaan kendaraan baru.
“Kondisi ini berdampak langsung terhadap serapan ekspor karet alam Sumut, yang selama ini menjadi salah satu pemasok utama bahan baku karet olahan Indonesia,” kata Edy, Jumat (24/10/2025).
Dari sisi pasokan, produksi karet alam di Sumut juga menurun. Bulan September menandai awal musim hujan di sejumlah wilayah perkebunan rakyat, sehingga aktivitas penyadapan berkurang.
Banyak petani karet di daerah seperti Tapanuli, Simalungun, Deliserdang, Langkat, dan Asahan menunda penyadapan pada hari-hari dengan hujan yang mengganggu aktivitas penyadapan. Akibatnya, pasokan bahan baku dari tingkat petani terbatas, memperkuat tren stagnasi volume ekspor.
Meskipun volume ekspor melemah, harga karet global mulai menunjukkan tren penguatan. Rata-rata harga karet SICOM TSR20 di pasar internasional selama September 2025 mencapai 173,63 sen AS per kilogram, dan pada penutupan 23 Oktober 2025 harga tercatat di 173,70 sen AS/kg.
“Kenaikan harga ini dipicu oleh terbatasnya pasokan dari negara produsen utama di Asia Tenggara dan ekspektasi membaiknya konsumsi karet dunia menjelang akhir tahun,” Edy menerangkan.
Sepanjang September 2025, ada 5 negara dengan volume ekspor terbesar berasal dari Jepang (26,98%), diikuti oleh Amerika Serikat (25,55%), Tiongkok (13,79%), India (7,57%), dan Brasil (7,12%).
Kelima negara tersebut menyerap lebih dari 80 persen total ekspor karet alam Sumut, mencerminkan dominasi pasar Asia Timur dan Amerika dalam perdagangan karet dari wilayah ini.
Sementara itu, ekspor ke kawasan Eropa melibatkan 11 negara tujuan, dengan pangsa gabungan sekitar 7,93% dari total ekspor September 2025. Negara-negara tersebut meliputi Spanyol (1,51%), Italia (1,25%), Jerman (0,98%), Luksemburg (0,89%), Yunani (0,89%), Belgia (0,45%), Slovenia (0,45%), Kroasia (0,45%), Prancis (0,36%), Rumania (0,36%), dan Serbia (0,36%).
Ekspor ke kawasan ini relatif stabil, terutama karena beberapa pembeli industri ban dan produk karet teknis di Eropa masih mempertahankan kontrak jangka panjang dengan pemasok Indonesia.
Dipaparkan Edy, dari sisi kebijakan, pasar karet Eropa saat ini masih menunggu kejelasan terkait Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR).
Meskipun Parlemen Eropa sempat mengusulkan penundaan penerapan penuh EUDR, Komisi Eropa menegaskan rencana tetap memberlakukan regulasi ini pada 30 Desember 2025, dengan penundaan enam bulan khusus bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) di kawasan Eropa.
Regulasi ini mewajibkan seluruh produk yang masuk ke pasar Uni Eropa, termasuk karet alam, memiliki jaminan bebas deforestasi dan bukti rantai pasok yang transparan.
“Bagi eksportir karet Sumatera Utara, hal ini menuntut kesiapan sistem ketertelusuran (traceability) yang lebih baik agar ekspor ke Eropa tetap terjaga setelah regulasi diterapkan,” paparnya.
Dengan kombinasi permintaan yang masih lemah, pasokan terbatas akibat cuaca, serta ketidakpastian kebijakan perdagangan Eropa, kinerja ekspor karet Sumut diperkirakan akan tetap moderat hingga akhir 2025.
Namun, stabilnya harga internasional dan membaiknya koordinasi pelaku rantai pasok diharapkan dapat menahan penurunan lebih lanjut dan memberi sinyal pemulihan pada kuartal pertama 2026.
(RZD)