Kolaborasi Lewat Kosabangsa, Dorong Pertanian Ramah Lingkungan di Perbatasan RI–Timor Leste (Analisa/Istimewa)
Universitas Timor (Unimor) bersama Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar melaksanakan program Kolaborasi Sosial Membangun Bangsa (Kosabangsa) dengan fokus pada pengembangan pertanian ramah lingkungan dan pengelolaan limbah pertanian serta peternakan secara berkelanjutan. Program ini telah berlangsung sejak Agustus 2025 di Desa Oenbit, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, wilayah perbatasan Indonesia–Timor Leste. Kegiatan melibatkan dosen, mahasiswa, dan masyarakat tani setempat.
Program Kosabangsa menjadi contoh nyata sinergi antarperguruan tinggi dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya ketahanan pangan, ekonomi hijau, dan aksi terhadap perubahan iklim. Kedua universitas berkomitmen menghadirkan inovasi sosial berbasis sains dan teknologi untuk memberdayakan petani di kawasan tropis kering.
Fokus pada Teknologi Kompos biochar Blok
Dalam kegiatan Kosabangsa, tim gabungan Unimor dan Unmas memperkenalkan teknologi kompos biochar blok sebagai solusi ramah lingkungan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia. Kompos biochar blok ini memiliki keunggulan efisiensi penyimpanan, kemudahan aplikasi, dan nilai jual tinggi di pasar lokal.
fermentasi kompos biochar blok di lokasi pelaksanaan kegiatan
Tim Pelaksana dari Unimor antara lain Eduardus Yosef Neonbeni, S.P., M.P., Faustinus Kadha, S.P., M.Si., Marselinus Banu, S.Pt., M.Pt., Dr. Ture Simamora, S.Pt., M.Si., Wolfhardus Vinansius Feka, S.Pt., M.Pt., dan Jefrianus Neonnub, S.Pt., M.Pt.. Ketua Tim Pelaksana, Eduardus Yosef Neonbeni, S.P., M.P., menjelaskan bahwa program ini tidak hanya fokus pada teknologi, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat.
“Kami ingin mengubah cara pandang petani terhadap limbah ternak. Dengan pelatihan ini, mereka tidak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga mendapatkan peluang ekonomi baru dari produk kompos bernilai jual,” ujarnya.
Sementara itu, Tim Pendamping dari Unmas Denpasar terdiri dari Dr. I Made Wahyu Wijaya, ST., Prof. Dr. Ir. Ni Gst Ag. Gde Eka Martiningsih, M.Si., dan Dr. Putu Eka Pasmidi Ariati, S.P., M.P.. Ketua Tim Pendamping, Dr. I Made Wahyu Wijaya, ST., menambahkan bahwa program ini merupakan implementasi tridarma perguruan tinggi yang berpihak pada masyarakat.
“Sinergi dua kampus ini menunjukkan bahwa kolaborasi lintas wilayah bisa melahirkan solusi konkret bagi isu lingkungan dan ketahanan pangan. Kami berharap kegiatan ini menjadi model keberhasilan Kosabangsa di Indonesia Timur,” jelasnya.
Partisipasi Masyarakat dan Mahasiswa
Program ini melibatkan Kelompok Tani Kartika Group dan PKK Desa Oenbit, serta lima mahasiswa Unimor yang ikut melaksanakan pelatihan dan praktik lapangan. Para petani dilatih membuat kompos biochar blok, menguji kualitasnya, dan menerapkannya pada lahan pertanian setempat. Pendekatan partisipatif ini juga menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa sebagai bagian dari mata kuliah.
Kepala Desa Oenbit, Herman Efriyanto Tanouf, mengapresiasi kegiatan ini.
“Program ini membuka wawasan baru bagi petani kami. Dulu kotoran sapi dianggap limbah, sekarang menjadi sumber pendapatan tambahan. Kami berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut,” ujarnya.
Dukung SDGs dan Asta Cita Nasional
Melalui Kosabangsa, Unimor dan Unmas berupaya mendukung pencapaian SDGs, terutama poin 2 (Zero Hunger), poin 8 (Decent Work and Economic Growth), dan poin 13 (Climate Action). Program ini juga sejalan dengan arah pembangunan nasional dalam Asta Cita Pemerintah, khususnya agenda transformasi ekonomi hijau dan penguatan ketahanan pangan.
Kegiatan Kosabangsa di TTU diharapkan menjadi inspirasi bagi kampus lain di Indonesia untuk memperluas jejaring kolaborasi, mendorong inovasi hijau, dan memperkuat daya saing masyarakat desa menuju kemandirian dan kesejahteraan berkelanjutan.
Dengan keberhasilan program Kosabangsa di Desa Oenbit, Unimor dan Unmas Denpasar tidak hanya menghadirkan inovasi pertanian ramah lingkungan, tetapi juga membuktikan bahwa kolaborasi antarperguruan tinggi dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Program ini diharapkan terus berlanjut dan menjadi model bagi inisiatif serupa di wilayah lain, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk mengembangkan solusi inovatif berbasis sains demi kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan