Bioferduk: Ketika Ilmu Kampus Bertemu Kearifan Lokal untuk Peternakan Mandiri

Bioferduk: Ketika Ilmu Kampus Bertemu Kearifan Lokal untuk Peternakan Mandiri
Bioferduk: Ketika Ilmu Kampus Bertemu Kearifan Lokal untuk Peternakan Mandiri (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Serdang Bedagai - Program pengabdian bertajuk Integrasi Techno-Pakan Fitobiotik untuk Ayam Kampung dan Kambing resmi digulirkan di Desa Sukajadi, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara.

Kegiatan ini berada dalam skema Pemberdayaan Masyarakat oleh BEM dan menempatkan desa sebagai pusat inovasi peternakan rakyat yang berkelanjutan. Program diketuai oleh Tampe Tuah Malem Ginting dari Institut Bisnis dan Komputer Indonesia (IBK Indonesia). Di bawah kepemimpinannya, tim dosen dan mahasiswa menargetkan penguatan kapasitas kelompok ternak bukan hanya dari sisi teknis budidaya, tetapi juga pengelolaan usaha agar lebih mandiri, adaptif, dan berorientasi pasar.

Hasil asesmen lapangan menunjukkan sejumlah tantangan klasik: belum adanya perencanaan usaha tertulis, pemasaran yang masih bergantung pada jalur tradisional, dan praktik kesehatan ternak yang cenderung rutin memakai antibiotik sejak fase awal pemeliharaan. Kondisi ini menekan mutu produk dan menahan ruang tumbuh bagi peternak kecil.

Sebagai jawaban, tim menghadirkan BIOFERDUK inovasi pakan tambahan berbasis fermentasi herbal yang dikembangkan oleh peneliti agribisnis dan peternakan Universitas Diponegoro, telah berstatus paten sederhana. Pendekatan ini sejalan dengan agenda One Health yang mengaitkan kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan, serta mendorong praktik pakan bebas residu.

Rangkaian kerja di kelompok ayam kampung dimulai dari sosialisasi dan pengenalan program, dilanjutkan pelatihan penerapan fitobiotik di kandang. Setelah itu, tim menata fondasi manajemen melalui pelatihan pencatatan dengan logbook serta penyusunan SOP kerja, lalu mengangkat daya saing produk lewat pendampingan desain kemasan, pemasaran digital, dan penguatan merek.

Seluruh proses dipungkasi dengan evaluasi berkala untuk memantau capaian dan menyiapkan replikasi di kelompok lain. Pada kelompok kambing, pendekatannya serupa namun disesuaikan: ada pemetaan lahan Hijauan Pakan Ternak (HPT) dan pelatihan fermentasi ruminansia.

Penguatan pencatatan kesehatan ternak ditekankan agar keputusan teknis sehari-hari seperti komposisi pakan, kebersihan kandang, hingga langkah pencegahan penyakit berbasis data lapangan. Tahap akhir berfokus pada strategi penggemukan dan penguatan usaha agar rantai nilai kambing lokal semakin kokoh.

Mahasiswa BEM berperan aktif mendampingi proses di kandang dan di meja pencatatan: membantu pencampuran pakan, memonitor perkembangan produksi, mengisi formulir monitoring, sekaligus menyusun materi visual pendukung. Pendampingan rutin ini memastikan transfer teknologi berjalan mulus dan aspek kewirausahaan tumbuh bersama-sama.

Secara keseluruhan, program di Sukajadi diarahkan untuk melahirkan kemandirian: dari praktik budidaya yang lebih sehat dan efisien, ke tata kelola usaha yang tertib, hingga terbentuknya unit usaha kolektif berbasis BIOFERDUK di tingkat kelompok. Dengan pijakan One Health dan semangat ekonomi hijau, inisiatif ini turut menguatkan agenda kemandirian pangan nasional yang ditekankan dalam Asta Cita.

Di sisi hulu, kemitraan kampus–masyarakat yang solid menjadi kunci keberlanjutan. IBK Indonesia menempatkan dosen dan mahasiswa sebagai motor pendampingan, sementara kelompok ternak menyediakan ruang praktik dan komitmen untuk berubah.

Kolaborasi ini diharapkan melahirkan ekosistem inovasi desa yang terus berputar membangun dari kandang, menguat ke pasar, dan kembali menyejahterakan keluarga peternak.

(DEL)

Baca Juga

Rekomendasi