Menilik Jalan Dairi, Pusat Dagangan Durian di Sidikalang

Menilik Jalan Dairi, Pusat Dagangan Durian di Sidikalang
Menilik Jalan Dairi, Pusat Dagangan Durian di Sidikalang (Analisadaily/Sarifuddin Siregar)

Analisadaily.com, Sidikalang - Jalan Dairi persimpangan Jalan Pekan di Kelurahan Sidikalang, Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi, kini menjadi sentra perdagangan buah durian.

Pantauan wartawan, puluhan pedagang menjajakan buah berduri beraroma harum dan rasa istimewa kepada konsumen. Mereka berasal dari berbagai desa.

Rudy Saing (38) warga Desa Nanggar Boang, Desa Sigambir-Gambir, Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Rabu (17/12) mengatakan, dirinya sudah bertahun-tahun membuka lapak di lokasi tersebut.

“Setiap musim durian, saya buka lapak di sini. Jualan di sini. Makanya, banyak konsumen percaya kualitas durian kita,” kata Rudy.

Sebagian buah tersebut adalah hasil pohon sendiri dan sebagian lagi dibeli dari petani di kampung.

Diterangkan, musim durian berlangsung sejak Nopember hingga Februari. Paling nikmat, kalau jelang akhir tahun dan Natal. Biasanya, lapak dibuka pagi hingga pukul 22.00 Wib.

“Perantau pada pulang, hargapun lumayan. Pokoknya, rasa tidak mengecewakan,” kata Rudy.

Dijelaskan, harga ke konsumen dijajakan antara Rp35 ribu hingga 50 ribu untuk ukurah super. Ada juga 3 buah dibanderol Rp50 ribu. Jika isi kantong sangat terbatas, harga Rp5000 juga tersedia.

“Jadi, semua kalangan bisa beli. Tergantung dompet,” ujar Rudy.

Ditambahkan, khususnya kalau makan di tempat, bila mengkal atau busuk, diganti. Sebab, hal sedemikian bukan kesengajaan.

Diungkapkan, dia merasakan seni berjualan. Apalagi, masyarakat sekitar, mendukung.

Setelah pukul 18.00 Wib hingga malam, pedagang mengobral harga. Yang penting, modal sudah balik dan dapat untung. Selebihnya, banting harga biar cepat pulang. Tersenyum kala buah tinggal sedikit.

Dijelaskan, durian lokal dimaksud memiliki rasa bervariasi. Mulai dari pahit lada hingga manis. Warna daging, beraneka dari putih sampai kuning keemasan.

Menurutnya, sekitar 30 orang menyuguhkan buah dimaksud setiap hari di sana. Semuanya sportif dan ramah.

“Kurang lebih 30 orang jualan berjejer rapi setiap hari. Makanya, pemandangan di tepi jalan sangat menarik dan mudal dikenali,”kata Rudy.

Pihaknya berusaha menjaga kebersihan. Sampah berupa kulit dan biji dikumpul dalam keranjang. Kemudian dibawa ke kampung buat kompos.

Sentia boru Simbolon, pedagang asal Ujung Parira, Desa Sumbul Karo, Kecamatan Tigalingga, mengatakan, sudah 2 tahun beraktivitas di area tersebut.

“Kendalanya, hujan. Kalau diguyur, kemungkinan, pembeli sepi,” kata Sentia.

(SSR/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi