ALOEVERA sangat cocok dikembangkan di daerah tropis seperti Indonesia. Berikut cara teknis budidaya tanaman ini.
Penyediaan Bibit. Spesies tanaman lidah buaya di Kalimantan Barat adalah Aloe vera (L.) Webb. Pengadaan bibit diperoleh hanya dengan memisahkan dan mengumpulkan anakannya yang tumbuh (5-8 batang) di sekeliling tanaman induknya, berukuran kira-kira sebesar ibu jari.
Anakan tersebut kemudian didederkan terlebih dahulu dipesemaian beratap hingga didapatkan bibit yang selanjutnya diseleksi ukurannya untuk mendapatkan yang berukuran seragam dan memenuhi syarat (3-4 minggu dipesemaian, tinggi bibit 10-20 cm).
Pupuk kandang atau kompos biasanya digunakan untuk menyiapkan bedengan pesemaian yang subur. Pemeliharaan semaian dilakukan dengan seksama, di antaranya dengan melakukan penyiraman dan pengendalian hama penyakit dan gulmanya apabila diperlukan.
Petani dapat pula menyiapkan kebun lidah buaya yang khusus untuk sumber anakan. Polibag bisa digunakan untuk menggantikan bedengan pesemaian.
Bibit lidah buaya dapat pula diperoleh dengan menggunakan stek batang. Namun, karena batang tanaman ini pendek, tidak banyak bibit yang dapat dihasilkan dari stek tersebut. Bibit dapat pula diperoleh dari anakan yang tumbuh di sekitar tanaman hasil peremajaan, yakni yang dipotong batangnya setinggi permukaan tanah.
Pembukaan Lahan
Pembukaan lahan dimulai dengan memotong semak-semak (dan pohon-pohon jika ada), menggali perakarannya, dilanjutkan dengan membakar seluruh biomas tersebut (di masa depan disarankan agar petani tidak melakukan pembakaran biomas, melainkan mengomposkannya).
Selanjutnya dibuat jalan kebun disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya terletak di tengah-tengah kebun selebar 2 meter agar gerobak dorong dapat dengan leluasa bergerak mencapai kebun dari jalan utama.
Pembersihan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa biomas pasca pembakaran dan bebatuan yang ada. Sisa-sisa biomas dan bebatuan tersebut disingkirkan dari lahan produksi agar tidak menjadi sumber infeksi jasad pengganggu tanaman atau menjadi gangguan dalam penyiapan lahan selanjutnya.
Selanjutnya dibuat parit keliling, selebar 60-75 cm dan sedalam 100 cm dibuat di sekeliling lahan, berfungsi sebagai batas kebun lidah buaya dan sebagai saluran drainase. Kondisi parit dipertahankan agar dapat memenuhi fungsinya dengan cara diperbaiki bilamana mengalami kerusakan atau pendangkalan.
Selanjutnya penyiapan bidang tanam, yakni tanah dicangkul hingga gembur sebelum dibuat bedengan tanam atau langsung ditanami dengan lidah buaya. Uukurannya disesuaikan dengan jarak tanam lidah buaya, misalnya berukuran lebar 120 cm dan tinggi 30 cm, dengan panjang tergantung pada kondisi lahan.
Setelah pencangkulan selesai, abu bakaran hasil pembukaan lahan atau yang didatangkan dari luar kebun ditabur merata (1.5-2.0 kg m2) di permukaan bedengan.
Di lahan gambut, seperti Kota Pontianak, petani umumnya tidak membuat bedengan tanam. Bedengan tanam akan terbentuk dengan sendirinya bilamana petani membumbun tanamannya atau meninggikan tanah tempat tumbuh tanaman tersebut bilamana batangnya semakin tinggi.
Selanjutnya dibuat lubang tanam sedalam bilah cangkul (20 cm) dipersiapkan dengan jarak tanam tertentu (misalnya jarak antar barisan 1-1.5 m dan jarak dalam barisan 0.8-1.0m). Demikian pula, lubang untuk penyimpanan pupuk dibuat di samping lubang tanam.
Kemudian, bibit dipilih yang paling seragam pertumbuhannya, diambil (berikut tanahnya) dengan hati-hati dari bedengan persemaian atau dilepaskan berikut tanahnya dari polibag pesemaian, kemudian diletakkan di dalam lubang tanam yang telah dipersiapkan, dikubur, dan dipadatkan tanahnya.
Pemupukan harus dilakukan sesuai dengan takaran untuk menunjang pertumbuhan lidah buaya lebih baik.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman mencakup kegiatan penyulaman, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama-penyakit, pengendalian gulma, pembuangan daun busuk, penyobekan, dan pembumbunan tanaman.
Penyulaman tanaman dilakukan menggunakan bibit yang seumur, yang ditinggalkan di pesemaian untuk tujuan ini. Penyulaman dilakukan sesegera mungkin jika ada tanaman yang mati, biasanya 1-3 minggu setelah tanam agar tidak ada tanaman sulaman yang tertinggal pertumbuhannya.
Kelembaban tanah dipertahankan dengan penyiraman jika dianggap perlu (tidak turun hujan). Pemupukan ulang juga perlu dilakukan.
Pengendalian hama penyakit dilakukan sesuai keperluan. Hama yang biasa menyerang lidah buaya di kebun petani adalah ulat daun atau bekicot. Ulat dikendalikan secara kimiawi, sedangkan bekicot dikumpulkan secara manual untuk dibunuh. Penyakit yang umum adalah busuk pangkal batang yang disebabkan oleh cendawan Fusarium sp. Pengendaliannya menggunakan fungisida seperti Dithane M-45 dan Benlate dengan konsentrasi 2 g/liter.
Pada umumnya petani menganggap serangan hama-penyakit tidak berpengaruh banyak pada penurunan hasil daun.
Gulma dikendalikan dengan herbisida yang sesuai atau dicabut oleh petani secara manual sepanjang umur tanaman.
Pembuangan daun yang busuk dilakukan setidaknya bersamaan waktunya dengan pemanenan untuk menjaga kesehatan tanaman. Penyobekan adalah kegiatan pemisahan anakan yang tumbuh di sekitar tanaman sejak tanaman berumur 5-6 bulan agar pertumbuhan tanaman induknya tidak terganggu (kerdil). Penyobekan dilakukan secara hati-hati dengan pisau tajam akar tidak merusak perakaran tanaman induknya. Hasil sobekan dapat dimanfaatkan untuk sumber bibit, didederkan di pesemaian.
Panen
Panen pertama daun lidah buaya dapat dilakukan pada tanaman berumur 8-12 bulan tergantung pada keadaan penampakan daunnya, apakah telah memenuhi persyaratan atau belum. Penampakan daun tersebut dipengaruhi oleh kesuburan tanah: daun berukuran besar jika tanahnya subur, jika kecil kesuburan tanah kurang. Daun yang dipanen adalah 1-2 helai yang paling tua/paling bawah di pohonnya. Kualifikasi mutu daun yang dapat dipanen ini telah mencapai bobot minimal 0.4 kg (memenuhi kelas mutu B). (int)