Laa Tahzan Innallaha Ma’ana

Oleh: Islahuddin Panggabean.

Lika-liku perjuangan Hijrah Nabi penuh intrik. Dimana kaum kafir tak rela Nabi sam­pai ke Madinah dengan sela­mat. Sehingga dibentuk tim ekse­kutor untuk membunuh Baginda. Setelah gagal menemukan di rumah (karena Ali bin Abi Tholib yang menggantikan beliau di tempat tidur), tim eksekutor tak menyerah untuk mengejar baginda. Singkat cerita, Baginda yang kala itu ditemani oleh sahabat karibnya Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu bersem­bu­nyi di dalam gua Tsur. Dengan pertolongan Allah, laba-laba mem­buat sarang sehingga tim eksekutor mengira tiada orang di dalamnya. Tetapi tim eksekutor tetap berpatroli sehingga Nabi dan sahabat terbaik­nya itu bersembunyi di dalam gua hingga aman.

Selama di dalam gua, kesetiaan sahabat Abu Bakar pun sungguh teruji. Di dalam gua tersebut ada banyak lubang sarang binatang. Abu Bakar pun merobek bajunya dan menyumpal lobang tersebut. Saat Nabi beristirahat tertidur di pahanya, Abu Bakar melihat ada satu lobang belum tertutup. Maka ia jaga lobang dengan kakinya. Ternyata itu adalah sarang kala­jeng­king. Demi menjaga Nabi, ia tahan dengan kakinya. Akibat­nya, kakinya disengat kala­jeng­­king. Abu Bakar tak berteriak walau kesakitan, ia tahan sakitnya karena tak mau Nabi terbangun dari tidurnya. Tapi airmata menetes dari kelopak matanya dan jatuh di pipi Nabi. Maka Nabi pun terba­ngun dan bertanya kpn ia menangis. Nabi pun mengobati luka sahabat­nya. Dengan izin Allah, melalui ludah­nya ia hapus luka Abu Bakar.

Sebagaimana diceritakan dalam surah at-Taubah ayat 40, ketika berada dalam kondisi terancam nyawa itulah Nabi mengucapkan pada Sahabatnya, “Laa Tahzan InnAllahu ma’ana”. Tepat­nya tatkala Abu Bakar Ash Shiddiq kepa­da Beliau ketika melihat kaki-kaki kaum musyrik, “Jika sekira­nya salah seorang di antara mereka melihat ke bawah kakinya tentu ia akan melihat kita,” Maka Beliau men­jawab, “Janganlah engkau ber­sedih, se­sung­guh­nya Allah bersa­ma kita.” Dengan ucapan tersebut mun­cul­lah ketenangan di benak Abu Bakar.

Ayat ini menunjukkan penting­nya ketenangan dalam menghadapi masalah dan bahwa ia termasuk pelengkap nikmat Allah kepada hamba-Nya terutama di saat-saat menegangkan. Ketena­ngan itu akan diperoleh sesuai sejauh mana pengetahuan seorang hamba terha­dap Tuhannya, keyaki­nan­nya ter­hadap janji-Nya, dan sesuai keima­nan dan keberanian yang ada dalam dirinya.

Menghadapi Masalah

Setiap orang memiliki masalah dalam hidupnya, baik masalah pribadi, rumah tangga, keluarga dan beragam macam lainnya. Siapapun ia. Prinsipnya, setiap jiwa memiliki masalah masing-masing dan meng­ha­dapi masalah haruslah dengan tenang hati. Ada beberapa cara menenangkan Resep mene­nang­kan hati dalam Islam.

Pertama, Berzikir pada Allah. Allah adalah sumber ketenangan. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram” (Qs Ar-Ra’du 28). Dengan berdzi­kir, kita akan merasa bahwa masa­lah yang terjadi adalah atas kehen­dak-Nya. Allah sedang menguji kita dengan masalah tersebut.

Kedua, Sabar dan Sholat. Allah Ta’ala sebagai Pencipta Alam Semesta sudah mengetahui dan karena itu juga telah memper­siapkan metode terbaik dalam menghadapi setiap masalah, yakni dengan sabar dan shalat. Sebagai­mana tercantum dalam firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong­mu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153).

Jika Rasulullah diimpa sebuah ketakutan, maka beliau akan segera melakukan shalat. Suatu waktu beliau berkata kepada Bilal, “Kete­nanganku ada pada shalat.” Aidh al-Qorniy dalam kitabnya Laa Tahzan mengata­kan, “Jika hati terasa me­nye­sak, masa­lah yang dihadapi terasa sangat rumit dan tiup muslihat sangat ba­nyak, maka bersegeralah datang ke tempat shalat, dan shalatlah.” Beriri­ngan dengan shalat, dalam mengha­dapi masalah kita juga harus bersabar. Menurut Aid Al-Qarni sabar adalah kemampuan jiwa untuk senantiasa berlapang dada, berkemauan keras, serta memiliki ketabahan yang besar dalam meng­ha­dapi masalah kehidu­pan.

Ketiga, Berpikiran positif. Posi­tive thinking sangat membantu untuk menenangkan hati yang sedang gelisah saat hadapi masalah. Jangan sampai kita memiliki piki­ran yang negatif tentang masa­lah yang sedang terjadi, apalagi sam­pai menyalahkan atau menu­duh bahwa Allah tidak bertindak adil terhadap diri kita. Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemam­puannya. Bahkan Allah telah ber­janji bahwa ada 2 kemu­dahan dalam setiap kesulitan “Ka­re­na Sesung­guhnya sesudah kesuli­tan itu ada kemu­dahan. Sesung­guhnya sesudah kesulitan itu ada kemu­dahan” (Qs Al-Insyirah 5-6)

Keempat, Berbagi dengan Orang yang mampu Beri Solusi. Terka­dang dalam menghadapi masalah kehi­dupan, manusia bisa berbagi kisah dengan orang-orang mampu memberi solusi terbaik yakni orang yang dekat dengan Allah. Seperti para ulama, ustadz, murobbi dan teman-teman yang sholih. Sebagai­mana yang dicon­toh­kan oleh Nabi kepada Sahabat­nya. Begitupula sebaliknya.

Masalah adalah sebuah kenis­cyaan. Ketenangan adalah jalan menghadapinya. Ketenangan akan timbul tatkala kita menyadari ada Allah yang lebih besar dari masalah yang dianggap besar. Laa Tahzan, Innallaha ma’ana.

Wallahu’alam

()

Baca Juga

Rekomendasi