Oleh: Hotma D.L. Tobing
Dalam kehidupan kita sehari-hari, acap kali kita membutuhkan keheningan, kekhusukan dalam saat sepi. Di pagi hari banyak para karyawan yang datang ke kantor menyendiri di tempat parkir. Karena dalam mobil ada suasana sejuk menikmati hening. Menikmati sepi dan menikmati bahan bacaan bernas. Entah berita baru yang informatif. Entah menikmati musik rohani yang membangkitkan semangat setelah membaca renungan singkat. Demikian pula di saat bekerja, kita selalu menikmati saat rehat untuk mensyukuri nikmat dan karunia yang diberikan olehNya. Dan di kala lain kita menikmati sepi di saat cuti bersama keluarga. Setelah menyepi, kita yakin akan memperoleh semangat baru, ide cemerlang brilian tatkala kembali menggeluti pekerjaan rutin yang hadir tiada henti.
Secara etimologi, sepi bermakna hening, adem ayem, tenang, remeh, lengang, enteng, sunyi, senyap (Tesaurus Bahasa Indonesia Wahyu Untara, hal. 507). Dalam buku Kesepian karangan W.E. Hulme, Sumber Ilham Yang Kreatif : dipaparkan bahwa buku ini mempunyai tujuan agung, yaitu mengubah kesepian menjadi suatu daya cipta atau sumber tenaga kreatif dalam hidup kita. Sebab kesepian dapat merupakan suatu kesempatan yang baik untuk menggali nilai yang paling hakiki dalam hidup kita yaitu hubungan yang mendalam dan membahagiakan dengan sesama dan dengan Tuhan. Ketika membahas kesepian, kita akan membahas pula seluruh ruang lingkup kesempatan yang disediakan bagi kita untuk mengisi hidup kita dengan sesuatu yang bernas.
Dalam tulisan Bondan Winarno (Bondan Winarno Seratus Kiat, Jurus Sukses Kaum Bisnis,1987 hal. 28) dikatakan bahwa orang Jahudi bahkan melakukan nyepi tiap hari Sabtu. Sebab menurut kepercayaan mereka, Tuhan beristirahat pada hari ketujuh ketika selesai mencipta semesta. Dalam kata Talmud, Sabbat merupakan traktat yang paling besar. Pada hari itu mereka tidak boleh bepergian, mereka memakai pakaian khusus mereka hanya boleh makan makanan tertentu. Sabbat bahkan telah diadopsi (poleh orang Barat, tentu saja) dalam pengertian umum yang berarti cuti panjang untuk tetirah. Seorang manajer yang terkena stress, lalu pergi tetirah selama 3 bulan di gunung. Sorang guru besar mengambil sabbathical leave untuk merampungkan penulisan bukunya. Orang Perancis juga mengenal konsep reculer, yaitu mundur selangkah untuk melangkah maju. Didalam kehidupan kita juga ada konsep pause, nyepi, sabbath atau reculer ini, retreat. Itulah sebabnya kita melakukan acara “retreat” Karena di acara bersuasana sepi ini, kita merasakan pemulihan.
Hari Raya Nyepi
Hari Raya Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Pada hari ini umat Hindu melakukan amati geni yaitu mengadakan Samadhi pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas segala dosa yang sudah diperbuat selama hidup di dunia dan memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa menjalankan kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang . Hari Raya Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang diyakini saat baik untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa dan dipercayai merupakan hari penyucian para dewa yang berada dipusat samudra yang akan datang kedunia dengan membawa air kehidupan (amarta) untuk kesejahteraan manusia dan umat hindu di dunia (Ahmad Prajoko).
Makna Hari Raya Nyepi
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap) yakni perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Pada Hari Raya Nyepi ini, seluruh umat Hindu di Bali melakukan perenungan diri untuk kembali menjadi manusia manusia yang bersih, suci lahir batin. Itulah sebabnya semua aktifitas di Bali ditiadakan, kecuali rumah sakit sebagai fasilitas umum tetap dibuka.
Ada beberapa upacara yang diadakan sebelum dan sesudah Hari Raya Nyepi yakni
Upacara Melasti. Kira-kira dua atau tiga hari sebelum Hari Raya Nyepi, diadakan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari ini, seluruh perlengkapan sembahyang yang ada di Pura di arak ke tempat tempat yang mengalirkan dan mengandung air seperti laut, danau dan sungai. Karena diyakini laut, danau dan sungai adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa membersihkan dan menyucikan dari segala kotoran yang ada di dalam diri manusia dan alam.
Kemudian Upacara Bhuta Yajna. Sebelum hari Raya Nyepi akan diadakan upacara Bhuta Yajna yaitu upacara yang mempunyai makna pengusiran terhadap roh-roh jahat dengan membuat hiasan atau patung yang berbentuk atau menggambarkan buta kala (raksasa jahat). Di dalam bahasa Bali disebut ogoh-ogoh. Upacara ini dilakukan di setiap rumah, banjar, desa, kecamatan, kabupaten dan provinsi. Umumnya di depan pekarangan, perempatan jalan, alun-alun maupun lapangan. Lalu ogoh-ogoh yang menggambarkan buta kala ini yang diusung dan diarak secara beramai ramai oleh masyarakat dengan membawa obor diiringi tetabuhan dari kampung ke kampung. Upacara ini umumnya dilaksanakan dari petang hari hingga paling lambat pukul dua belas malam. Setelah upacara ini selesai, ogoh-ogoh pun dibakar. Semua ini bermakna bahwa seluruh roh-roh jahat yang ada sudah diusir dan dimusnahkan
Pada saat hari raya Nyepi, seluruh umat Hindu yang ada di Bali diwajibkan melakukan catur brata penyepian. Ada empat catur brata yang menjadi larangan dan harus di jalankan :
1. Amati Geni: Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
2. Amati Karya: Tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani.
3. Amati Lelungan: Tidak berpergian melainkan mawas diri, sejenak merenung diri tentang segala sesuatu yang kita lakukan saat kemarin , hari ini dan akan datang.
4. Amati Lelanguan: Tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusat. Pikiran terhadap Sang Hyang Widhi Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari “Prabata” saat fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya, selama dua puluh empat jam.
Upacara Ngembak Geni
Upacara Hari Ngembak Geni berlangsung setelah Hari Raya Nyepi berakhirnya (brata Nyepi). Pada esok harinya dipergunakan melaksanakan Dharma Shanty, saling berkunjung dan maaf memaafkan sehingga umat hindu khususnya bisa memulai tahun baru Caka dengan hal-hal baru yang positif, baik di lingkungan keluarga maupun di masyarakat. Dengan demikian akan terbina kerukunan dan perdamaian yang abadi.
Pemaparan di atas menyimpulkan bahwa makna Nyepi itu sendiri adalah manusia diajarkan untuk mawas diri, merenung sejenak dengan apa yang telah kita perbuat. Di masa lalu, saat ini dan merencanakan yang lebih baik dimasa yang akan datang dengan tidak lupa selalu bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh sang Pencipta. Menurut tradisi, pada hari Nyepi ini semua orang tinggal di rumah untuk melakukan puasa, meditasi dan bersembahyang, serta menyimpulkan menilai kualitas pribadi diri sendiri.
Di hari ini pula umat Hindu khususnya mengevaluasi dirinya, seberapa jauhkah tingkat pendekatan rohani yang telah dicapai, dan sudahkah lebih mengerti pada hakekat tujuan kehidupan di dunia ini. Seluruh kegiatan upacara upacara tersebut di atas masih terus dilaksanakan, diadakan dan dilestarikan secara turun menurun di seluruh pulau Bali. Adat ini dan menjadi salah satu daya tarik adat budaya yang tidak ternilai harganya baik di mata wisatawan domestik maupun manca negara. Kepada saudaraku saya sampaikan Selamat hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1937.***