Chinguetti Jejak Peradaban Islam di Sahara

TERLETAK di tengah Gurun Sahara tepatnya negara Mauritania, terdapat sebuah kota tua bernama Chinguetti. Kesan pertama yang akan terekam  ketika menginjakkan kaki di kota ini adalah kuno dan seakan tak terjamah waktu.

Kota Chinguetti didirikan pada abad ke-13 dan merupakan salah satu rute yang dilalui oleh pedagang-pedagang Arab dan Afrika di Gurun Sahara kala itu.

Banyak pelancong tertarik datang ke kota kecil ini lantaran mengagumi kemegahan bangunannya. Pelancong juga takjub akan keberadaan perpustakaan-perpustakaan kuno yang masih berdiri kokoh di sana sampai sekarang.

Tak hanya pedagang, dahulu Chinguetti juga menjadi tempat transit para peziarah Muslim dalam melakukan perjalanan ibadah ke Mekkah. Karena itu, tak heran jika di kota ini banyak ditemukan masjid serta jejak peninggalan Islam lainnya.

Di Chinguetti terdapat setidaknya lima  perpustakaan kuno yang menyimpan sekitar 1.300 naskah Al-Quran tua serta teks-teks peradaban Islam dan Timur Tengah berusia ratusan tahun.

Yang hebatnya, kondisi perpustakaan-perpustakaan tersebut beserta seluruh isinya tak pernah berubah dan masih begitu otentik seperti pada masanya.

Siapapun yang datang ke Chinguetti diperkenankan berkunjung ke perpustakaan secara gratis. Bagi para pemilik perpustakaan di kota itu, perpustakaan adalah sebuah simbol status yang tinggi dan tak layak dijadikan sumber pendapatan.

Di Afrika ada beberapa kota yang nasibnya malang bagaikan kota hantu.  

Birao, Republik Afrika Tengah

Baru beberapa tahun yang lalu Birao merupakan ibukota Vakagea, pemerintahan di Republik Afrika Tengah. Akan tetapi kekerasan dan penghancuran dari para pemberontak beradu dengan pasukan militer pemerintah membawa kota ini hampir rata dengan tanah.

Grand-Bassam, Côte d’Ivoire

Grand-Bassam merupakan ibukota dari Pantai Gading saat masih dibawah Kekuasaan Prancis.

Namun pemerintah kemudian mengabaikan kota ini pada tahun 1896 dan perlahan-lahan kehidupan disini ditinggalkan.

Pada tahun 1960, saat Pantai Gading mendapat kemerdekaannya dari Prancis, Grand-Bassam sudah mendapat julukan kota hantu. Namun walupun begitu terkadang ada saja turis yang berkunjung ke kota ini.

Chinguetti, Mauritania

Walaupun tidak sepenuhnya dibuang, kota ini merupakan kota kecil yang cukup menarik karena arsitektur Saharanya.

Dibangun pada abad ke-13 di Utara Mauritania, kota ini sudah merupakan langganan pengunjung yang ingin mempelajari tentang arsitektur Chinguetti.

Terletak di dataran tinggi Adrar – Timur Atar, Chinguetti merupakan pusat transit bagi pejalan di Sahara.

Namun cuaca yang tidak dapat diprediksi serta masalah-masalah perbatasan membuat sebagian bangunan di sebelah barat mulai ditinggalkan.

Ini membuat seakan-akan kita berada di kota hantu. Beberapa usaha telah dilakukan pemerintah Mauritania dan beberapa LSM untuk menarik turis kembali mengunjungi keindahan Chinguetti.

Kolmanskop, Namibia

Kolmanskop adalah kota hantu yang terletak di dekat kota pelabuhan Luderitz, Nambia.

Dan mungkin ini kota terbuang yang paling populer di Afrika. Kota ini sebelumnya seperti kota-kota biasa, namun kasus berlian yang membuat orang-orang gelap mata membuat kota ini mulai ditinggalkan setelah tahun 1908.

Sebelumnya, kota ini dibangun dengan fasilitas lengkap. Diilhami dengan gaya arsitektur Jerman, kota ini dilengkapi dengan rumah sakit, ruangan pertunjukan, pembangkit listrik, sekolah, kasino, pabri es krim dan lain-lain. Namun semua itu tinggal kenangan setelah masalah berlian.

Paoua, Republik Afrika Tengah

Kota ini menjadi kota yang terbuang karena pertempuran sengit antar daerah antara tahun 1005 dan 2008. Banyak kekerasan yang terjadi saat itu, seperti pembunuhan, kerusuhan, pembakaran dan tindak kekerasan lainnya oleh geng-geng bersenjata kepada warga sipil.

Perlu diketahui ini adalah kota kelahiran dari Ange-Felix Patasse, presiden Republik Afrika Tengah. (bbs/dm/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi