Sehari Cuma Perbaiki Lima Raket

Oleh: Adelina Savitri Lubis

KERAP didatangi pejabat, dokter bahkan seorang profesor di kampus USU menjadi pelanggan tetapnya. Wong Yaw Long (63) dan Anni Li Min (55) sangat paham tentang dunia raket. Lucunya mereka berdua tak suka olahraga tenis pun badminton.

Dua puluh delapan tahun menekuni pekerjaan memperbaiki raket, pasangan suami isteri ini tetap konsisten dengan pekerjaannya. Kata Wong, kuncinya menjaga mutu dan kualitas. Sebetulnya tak ada yang istimewa dengan pekerjaan yang mereka lakoni sejak 1987 ini. Skill (kemampuan) yang dimiliki keduanya pun diperoleh secara otodidak.

“Pekerjaan ini terlihat mudah, tapi membutuhkan kesabaran yang luar biasa,” ungkapnya kepada Analisa, Kamis (17/9).

Saat ditemui di tokonya di Jalan GuangZhou, Medan, Wong sedang merakit benang pada sebuah raket yang sedang diperbaikinya. Raket diletakkan di atas peralatan sederhana perbaikan raket. Tangannya sigap menjalin benang, memasukkan benang ke dalam lubang raket (mata raket), satu persatu. Kemudian benang raket ditahan oleh alat penjepit benang. Satu dijepit di bagiang atas, satu lagi dijepit di bagian bawah. Ujung benang dikaitkan pada bagian alat lain. Maksudnya untuk menjaga keketatan benang dan menjaga kualitas benang, jangan sampai pecah. Wong melakukannya per baris. Setidaknya ada 72 lubang di setiap raket. Secara sederhana prinsip pekerjaannya mirip dengan membuat ulos batak. Setiap benang dipilin dan dijalin sehelai demi sehelai.

Namun belakangan ini Wong mengaku usaha jasanya sedang sepi. Biasanya dalam sehari, Wong bisa memperbaiki 10-14 raket. 

“Tapi hari ini baru lima raket yang saya pegang,” keluhnya.

Lemahnya rupiah disebut-sebutnya menjadi penyebab sepinya pelanggan yang datang. Hal ini berdampak terhadap sepinya kegiatan olahraga tenis dan badminton di Kota Medan. Otomatis berdampak terhadap usaha jasanya. 

“Semakin sering digunakan, raket pun kerap rusak. Jadi sering diperbaiki. Kalau jarang digunakan, semakin kecil resiko menjadi rusak,” bilangnya.

Lemahnya rupiah juga berdampak kepada produk benang raket yang dijualnya. Apalagi produk benang yang dia jual buatan Jepang. Katanya benang-benang raket yang ada di tokonya merupakan sisa stok belanja beberapa bulan lalu. Begitu pun dalam setahun ini, harganya sudah mengalami tiga kali kenaikan. 

“Sampai saat ini saya belum belanja benang raket lagi, karena masih ada sisa benang di toko. Pasti harganya naik lagi, karena itu barang impor,” ucapnya.

Tarif jasa perbaikan raket yang dibandrol Wong terbilang terjangkau. Tak sampai Rp.100.000, hanya Rp. 95.000 saja per raketnya, sudah dengan benang dan balutan raket. Usaha jasa perbaikan raket seperti Wong ini sebetulnya cukup banyak beredar di Kota Medan. 

Namun entah mengapa orang-orang lebih banyak datang ke tokonya. Pelanggannya pun bukan hanya berasal dari Kota Medan dan sekitarnya, pun banyak yang berdatangan dari luar Kota Medan. Sebutlah Sibolga, Padang Sidimpuan, Kabanjahe dan Tarutung.

Begitu pun Wong dan sang isteri merasa was-was terhadap situasi ekonomi negeri yang sangat lemah. Apalagi skill yang dimiliki Wong hanya mampu memperbaiki raket. Paling tidak pekerjaan ini yang membuat dia dan istri bisa bertahan sampai saat ini. Mengingat masa lalu, diceritakan Wong dia mendapat inspirasi dari seseorang. Waktu itu dia melihat seorang bapak-bapak yang bekerja memperbaiki raket di kaki lima. 

“Dia saja bisa berhasil, kenapa saya tidak bisa. Sejak itu saya menekuni pekerjaan ini sungguh-sungguh. Meskipun tak pernah suka olahraga tenis dan badminton, hehehe,” bilangnya.

()

Baca Juga

Rekomendasi