Oleh: Pardison Yurlius, SKM
Pencemaran udara dapat disebabkan peristiwa alamiah, juga bisa disebabkan karena ulah manusia lewat kegiatan industri dan teknologi. Kegiatan-kegiatan tersebut menghasilkan partikel yang banyak macam dan jenisnya, tergantung jenis dan macam industri dan teknologiny. Partikel debu umumnya mencemari udara, serta merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia.
Umumnya udara yang tercemar akan menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan pneumoconiosis. Saat menarik napas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran partikel atau debu yang masuk ke paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari lima mikron akan tertahan di saluran pernapasan bagian atas.
Sedangkan partikel berukuran tiga sampai lima mikron akan tertahan di saluran pernapasan bagian tengah. Partikel yang berukuran lebih kecil, satu sampai tiga mikron, akan masuk ke dalam kantung udara para-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari satu mikron, akan ikut keluar saat napas dihembuskan. Saat musim kemarau seperti sekarang, jumlah partikel debu yang tersebar dan memapar paru-paru kita lebih banyak daripada di musim hujan. Hal ini akan menyebabkan pneumoconiosis lebih banyak dibanding di musim hujan. biasanya jenis batuk yang diderita pasien saat musim kemarau dan musim hujan berbeda.
Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis, dan Beriliosis.
Silikosis
Silikosis disebabkan pencemaran debu silika bebas berupa SiO2, yang masuk ke paru-paru dan mengendap. Debu ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, mengelas, dan lain-lain), penambangan bijih besi, timah putih, dan batu bara. Debu silika yang masuk ke paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Gejala penyakit Silikosis akan segera tampak apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah yang cukup banyak. Silikosis tingkat sedang, sesak nafas terliha, dan pemeriksaan foto toraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Pada ventrikel jantuk kanan akan mengalami hyper throphy pada tingkat lanjut.
Belum ada obat spesifik, maka menghindari penyakit ini dengan menggunakan masker adalah prevensi yang baik. Penyakit Silikosis akan semakin buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja, dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pamantauan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu-waktu diperlukan.
Asbestosis
Penyakit Asbestosis, adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya. Selain batuk rejan, pada stadium lanjut ujung jari penderitanya akan tampak membesar atau melebar.
Bisinosis
Pneumoconiosis lainnya adalah Bisinosis, yaitu penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan atau pergudangan kapas serta pabrik, atau pekerjaan lain yang menggunakan kapas atau tekstil seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi, dan lain sebagainya. Inkubasi penyakit Bisinosis cukup lama, yaitu 5 tahun.
Tanda awal penyakit Bisinosis berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin pekerja yang menderita penyakit Bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak napas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke saluran pernapasan juga merupakan gejala awal Bisinosis.
Antrakosis
Penyakit saluran pernapasan yang diakibatkan oleh debu batubara adalah Antrakosis, dan pneumoconiosis jenis ini biasanya dijumpai pada pekerja tambang batubara atau pekerja yang banyak melibatkan penggunanaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker), dan juga pada kapal laut bertenaga batu bara, serta pekerja boiler pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap berbahan batubara. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit Antrakosis juga sering disertai dengan penyakit Silicosis. Bila hal ini terjadi, maka penyakitnya disebut Silicoantrakosis. Penyakit Antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit Antrakosis murni, penyakit Silikoantrakosis, dan penyakit Tuberkolosilikoantrakosis.
Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut Beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis, dan pneumonitis, yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit Beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium dan tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Selain itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat), dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit Beriliosis yang tertunda atau delayed berrilyosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu yang tercemar oleh logam tersebut.
Jadi, lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerjaan yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus-menerus.
Satu hal yang menjadi permasalahan banyak sekali industri sekarang, zona-zonanya tidak ditentukan oleh pemerintah bahkan mendekati zona pemukiman dan area institusi pendidikan. Juga banyak sekali pembangunan dan renovasi sekolah tidak ditutup sementara, padahal debu dari bahan-bahan bangunan yang digunakan sangat berbahaya bagi para peserta didik. Khusus di institusi pendidikan yang sedang dalam pembangunan, sebaiknya guru dan peserta didik menggunakan masker ketika sedang melakukan kegiatan belajar-mengajar sebagai bentuk pencegahan.
(Penulis adalah dosen Akademi Keperawatan di Jakarta)