Oleh:Samsuddin, S.pd.I.
Tahun 2015 baru usai dan kita berada di pintu gerbang 2016. Banyak peristiwa yang kita alami selama berada di tahun 2015 baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Dari semua kejadian lantas kita mengambil pelajaran agar langkah ke depan lebih baik dan lebih bermanfaat. Kebanyakan kita acap kali menjadikan indikator dunia sebagai patokan mengukur kemanfaatan atau keberuntungan. Seorang muslim meyakini finis kehidupan dunia bukan pada saat menghembuskan nafas terakhir, sesungguhnya setelah manusia dilahirkan tidak ada finis kehidupan yang ada hanyalah berpindah pada fase kehidupan yang baru: fase alam barzah dan fase kehidupan akhirat. Di kehidupan akhirat untuk selanjutnya manusia akan kekal berada dalam surga atau dalam neraka.
Mengingat bahwa kita akan menjalani kehidupan abadi, yang suasana di kehidupan itu jauh berbeda dengan suasana kehidupan dunia. Di sana masing-masing orang mempertanggung jawabkan perbuatannya, tidak seoranpun akan menjadi penolong bagi yang lain, seorang ibu akan lari dari anaknya, seorang suami tidak peduli pada istrinya dan sebaliknya, tidak ada lagi manfaat kekerabatan, kekuasaan, harta, anak dan pangkat. Dan manusia tidak akan menjawab kecuali yang memang dilakukannya. Masing-masing akan menjawab dengan sebenar-benarnya karena saat itu tidak lagi mulut seseorang yang menjawab melainkan tangan akan menjawab dan kaki akan menjawab, "Pada hari itu kami kunci mulut mereka, tangan mereka berbicara dan kaki mereka menjadi saksi atas apa yang merek lakukan". (QS:Yasin:65)
Benar-benar pada hari itu manusia hanya memikirkan dirinya sendiri. Sediktipun tidak memperdulikan orang lain. Karena begitu besarnya konsentarsi orang pada urusannya sehingga saat manusia dikumpulkan di padang mahsyar, manusia yang dimaksudkan adalah manusia yang hidup sejak zaman nabi Adam as sampai manusia zaman Rasul Saw yang mereka semua itu dibangkit dalam keadaan telanjang. Meski dalam keadaan seperti itu tak seorangpun peduli kepada yang lainnya. Maka dalam konteks inilah pembicaraan umur dan kemanfaatnya menjadi hal yang sangat penting. Terlebih pada saat dikumpulkan di padang mahsyar kitapun akan ditanya tentang umur kita untuk apa dimanfaatkan
Amal sholeh dan umur panjang
Surat Al A'shr ayat 1-5 merupakan dalil yang jamak digunakan untuk mengingatkan manusia tentang berharganya waktu. Demi masa/demi detik sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali yang memanfaatkannya dengan maksimal. Siapakah mereka yang memanfaatkannya secara maksimal? Mereka yang memanfaatkan waktu secara maksimal adalah mereka orang yang beriman, orang yang beramal sholeh, orang nasehat menasehati dalam kebenaran, itulah mereka orang yang umurnya bermanfaat, yang waktunya tidak terbuang percuma, yang waktunya dipenuhi amal sholeh.
Dan sungguh amal sholeh itu meliputi berbagai macam aktifitas. Amal sholeh tidak hanya ada di dalam masjid, di madrasah atau di atas sajadah. Di manapun anda berada selama masih di bumi Allah dan anda masih bernafas maka anda dapat beramal sholeh. Dalam konteks inilah amal sholeh dan umur panjang yang merupakan harapan banyak orang, yang sering dipanjatkan orang beriman dalam do'a-do'anya menemukan relevansinya. Artinya amal sholeh ini dapat menjadi sebab umur seseorang bertambah panjang. Karena substansi umur panjang bukan saat seseorang mencapai usia puluhan tahun atau lebih. Maka saat dari waktu-ke waktu umur seseorang bertambah pada hakikatnya jatah hidupnya di muka bumi berkurang.
Menurut Komaruddin Hidayat (Komaruddin Hidayat, Psikologi kematain;2009) konsep panjang umur berkaitan dengan produktivitas maka kita tidak saja dituntut melakukan kerja keras (hard work), melainkan juga bekerja secara efektif (smart work). Masih menurut Komaruddin Hidayat aspek intelektualitas, profesionalitas, moralitas dan spritulitas adalah pilar penyangga dan penyambung mata rantai umur panjang manusia untuk hidup abadi baik di mata sejarah maupun di mata Allah SWT.
Dengan begitu orang yang beramal sholeh melakukan sesuatu yang bernilai jangka panjang dalam konteks sosial dan keagmaan maka orang tersebut adalah orang yang beroleh anugrah umur panjang.
Tambah umur dekat dengan alam kubur
Jika defenisi umur adalah rentang waktu dari mulai detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun yang kita lalui maka sesungguhnya umur manusia tak ubahnya seperti lilin yang sedang dibakar, pelan dan sedikit demi sedikti akan berkurang, lama kelamaan habis. Manusiapun demikian adanya, bertambahnya usia kita mengurangi jatah hidup di muka bumi dan pertanda kita kian dekat dengan alam kubur. Lantas apa masalahnya kalau sudah dekat dengan alam kubur? Tentu masalah besar jika kita orang yang bertaqwa. Mengapa hanya menjadi masalah bagi orang yang bertaqwa? Karena orang bertaqwalah yang meyakini keberadaan alam kubur dan aspek-aspeknya? Masalah alam kubur merupakan masalah gaib yang bukan wilayah kerja akal. Akal hanya menjangkau objek yang konkrit. Masalah alam kubur hanya akan menadi pelajaran berharga bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang yang yakin terhadap hal yang ghaib QS:2:3, "Kitab itu (Al Qur'an) tidak ada keraguan di dalamnya petunjuk bagi orang yang bertaqwa. (yaitu) Orang yang yakin kepada yang ghaib". Secara spesifik Al Qur'an menyinggung masalah alam kubur di dalam surat Al Mu'min:46," kepada mereka ditampakkan neraka pada waktu pagi dan petang, dan pada hari kiamat (dikatan kepada malaikat)," masukanlah fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang keras".
Al Hafidz Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, "Arwah fir'aun dan pengikutnya dihadapkan ke neraka setiap pagi dan petang terus-menerus hingga datang hari kiamat. Ketika hari kiamat datang barulah arwah dan jasad mereka sama-sama merasakan api neraka, beliau juga berkata," ayat ini adalah landasan kuat bagi ahlusunnah tentang adanya azab kubur.
Penutup
Jika pemahaman panjang umur dipahami menurut hakekatnya maka saat pergantian tahun seseorang tidak latah, larut dalam pesta yang sarat mubajir dan kesia-siaan. Karena tidak ada keberuntungan apapun yang dibawa oleh pergantian waktu (tanggal, hari, minggu, bulan, tahun). Akan lebih bijak sekiranya pergantian tahun disikapi biasa saja, kalaupun ada hal penting yang harus dilakukan maka hal itu adalah muhasabah diri, karena saat pergantian tahun baru usia kita bertambah saat bersamaan jatah hidup berkurang, maka setelah tahun lama berlalu dan tahun baru datang artinya kita semakin dekat dengan alam kubur dan satu-satunya obat agar tetap berumur panjang adalah mengerjakan amal sholeh. Sebagaimana konsep umur panjang menurut Komaruddin Hidayat adalah saat manusia melakukan hal yang produktif dan hal yang cerdas yang dilandasi pilar intelektualitas, profesionalitas, moralitas dan spritualitas dan itulah amal sholeh, "Setiap orang akan menjadi buku cerita setelah mati. Maka tuliskanlah dan tinggalkanlah sebuah cerita yang bagus agar memberikan hiburan inspirasi yang indah bagi para ahli waris dan pembacanya".***