Oleh: dr. Zulham, M.Biomed
Seorang teman mengeluhkan keadaannya yang sering berkeringat ketika tidur, baik siang maupun malam. Dengan menggunakan pendingin ruangan ketika tidur, keringatnya juga mengucur sama banyaknya, basah hingga ke kasur.
Ia juga selalu tidur mendengkur. Bangun tidur, ia merasa tubuh gemuknya itu lelah. Kini ia resah. Setelah berkonsultasi dengan dokter di kotanya, ia diberitahu tentang kemungkinan mengalami sleep apnea.
Gangguan umum dengan berhentinya pernapasan atau pernapasan yang dangkal (apnea) yang terjadi saat tidur disebut sebagai sleep apnea. Jeda dalam pernapasan ketika tidur dapat berlangsung dari beberapa detik hingga menit. Dalam satu jam, jeda pernapasan dapat terjadi 30 kali atau lebih. Biasanya kemudian, pernapasan mulai normal lagi, kadang-kadang disertai dengkuran yang keras atau suara tersedak. Gangguan sleep apnea ini berlangsung lama (kronis) dan mengganggu tidur.
Ketika pernapasan mengalami jeda atau menjadi dangkal, tidur nyenyak berubah menjadi tidur yang dangkal dan tidak nyenyak. Akibatnya, kualitas tidur menjadi rendah meskipun tidur berlangsung satu malam penuh. Sleep apnea membuat lelah di siang hari dan merupakan penyebab utama dari kantuk berlebihan di siang hari.
Sleep apnea seringkali tidak terdiagnosis. Dokter biasanya tidak dapat mendeteksi kondisi gangguan tidur sewaktu penderita menjumpai dokter di kamar praktik. Tidak ada tes darah yang dapat membantu mendiagnosis.
Siapa saja, bahkan anak-anak dapat menderita sleep apnea. Kebanyakan orang yang mengalami sleep apnea tidak tahu bahwa mereka menderita gangguan ini karena berhentinya napas hanya terjadi selama tidur. Orang dengan sleep apnea juga tidak menyadari bahwa tidurnya terganggu. Bahkan, mereka berpikir bahwa mereka tidur nyenyak sepanjang malam.
Istri, teman, orang tua, anak atau anggota keluarga lainnya bisa menjadi saksi bila tanda-tanda sleep apnea berlangsung. Karena itu, informasi dan pengamatan yang benar tentang keadaan saat tidur dari orang-orang terdekat sangat berarti bagi dokter untuk mendiagnosis gangguan tidur ini. Perhatian kepada penderita gangguan tidur ini perlu disosialisasikan karena sleep apnea ditengarai memiliki kaitan dan menjadi sumber kematian mendadak dan masalah penyakit jantung.
Otot Tenggorokan
Rileks dan Mendengkur
Sleep apnea terjadi ketika otot-otot tenggorokan rileks (keadaan lemas), atau otak tidak mengirimkan sinyal yang tepat untuk otot-otot yang mengontrol pernapasan. Gangguan ini didapati lebih sering pada orang gemuk meskipun dapat menyerang siapa saja. Anak-anak atau orang dewasa dengan masalah amandel yang membesar juga mungkin mengalami sumbatan jalan napas ketika tidur.
Ketika otot-otot tenggorokan rileks, saluran napas tersumbat atau tertutup saat menghirup udara saat tidur. Napas menjadi dangkal atau ada jeda pernapasan. Ketika bernapas, udara yang melewati daerah saluran napas yang tersumbat akan menimbulkan bunyi dengkuran yang keras. Dengusan, tersedak, atau suara terengah-engah dapat terjadi saat tidur.
Akibat lain dari sumbatan jalan napas adalah tubuh tidak mendapatkan oksigen yang memadai. Kadar oksigen dalam darah segera menurun. Otak yang merasa tidak mampu bernapas dengan segera membangunkan penderita dari tidurnya sehingga saluran napas membuka kembali. Bangun dari tidur ini biasanya berlangsung begitu singkat sehinga tidak diingat oleh penderita. Henti napas juga memungkinkan penderita terbangun dari tidur disertai dengan sesak napas atau sukar untuk tidur kembali. Gangguan ini memengaruhi kemampuan untuk mencapai tidur yang nyenyak, dan membuat mengantuk selama jam bangun.
Ciri-ciri Sleep Apnea
Kunjungi dan berkonsultasilah dengan dokter jika tanda dan gejala sleep apnea didapati. Ciri atau gejala sleep apnea banyak macamnya antara lain mendengkur keras. Saking kerasnya, dengkuran dapat mengganggu tidur orang lain, bahkan diri sendiri. Banyak orang tidak berpikir bahwa mendengkur adalah tanda sesuatu yang serius, dan tidak semua orang yang memiliki sleep apnea akan mendengkur.
Berbicaralah dengan dokter jika mengalami dengkuran keras terutama dengkuran yang diselingi dengan periode keheningan sebagai tanda telah terjadi jeda pernapasan. Episode berhenti napas saat tidur disaksikan oleh orang lain seperti pasangan, teman, atau anggota keluarga lainnya. Lalu, terbangun dari tidur tiba-tiba yang disertai dengan sesak napas, terengah-engah, atau tersedak. Bangun tidur dengan mulut kering atau sakit tenggorokan juga terjadi.
Ciri-ciri lain adalah sakit kepala pada pagi hari atau kesulitan untuk tetap tidur. Mengantuk berlebihan di siang hari, yang dapat menyebabkan tertidur saat sedang bekerja, saat menonton televisi atau bahkan saat mengemudi juga menjadi ciri lain. Kurangnya tidur membuat penurunan dalam perhatian terhadap sesuatu. Bagi anak-anak yang masih sekolah, prestasi belajar dapat menurun. Tidur yang tidak nyenyak juga mempengaruhi psikologi dengan menunjukkan sifat lekas marah. Banyak pula yang mengalami keringat yang banyak pada malam. Keringat malam biasanya dialami oleh orang dewasa muda, atau berpenyakit jantung, atau penderita hipertensi.
Resiko Berkembangnya
Sleep Apnea
Banyak faktor meningkatkan resiko terjadinya sleep apnea. Orang yang mengalami kelebihan berat badan cenderung mengalami sleep apnea daripada yang berberat badan normal. Tapi, tidak semua orang yang memiliki sleep apnea adalah orang gemuk. Timbunan lemak di sekitar saluran napas bagian atas dan leher dapat menghambat pernapasan. Orang yang berleher tebal mungkin memiliki saluran napas yang relatif sempit.
Konsumsi alkohol atau obat penenang mengendurkan otot-otot tenggorokan dan menjadikannya rileks. Merokok juga memungkinkan terjadinya sleep apnea karena merokok meningkatkan peradangan dan jumlah cairan di saluran napas atas. Kalau ada kesulitan bernapas melalui hidung seperti flu atau hidung sumbat maka akan lebih memungkinkan untuk terjadinya sleep apnea.
Pria paling sering menunjukkan sleep apnea. Walaupun begitu, perempuan juga bisa menderita sleep apnea jika ia mengalami kelebihan berat badan. Menopause juga adalah satu faktor risiko dan mungkin ini terkait dengan pertambahan usia. Sejalan dengan pertambahan usia, orang tua yang memiliki masalah jantung atau pernah stroke juga berisiko tinggi mengalami sleep apnea. Keluarga dengan riwayat sleep apnea juga menjadi pertimbangan seseorang mungkin mengalami hal yang sama.
Sleep Apnea Bisa Berbahaya
Sleep apnea dianggap sebagai kondisi medis yang serius. Komplikasi gangguan tidur ini dapat mencakup hal yang ringan seperti mengantuk hingga masalah yang berat atau kematian. Penurunan mendadak dalam kadar oksigen darah yang terjadi selama sleep apnea menyebabkan peningkatan tekanan darah dan ketegangan dalam sistem pembuluh darah dan jantung. Kurang tidur dan penyakit jantung bisa saling terkait. Namun, yang tidak begitu jelas adalah apakah sleep apnea menyebabkan penyakit jantung atau apakah penyakit jantung menyebabkan sleep apnea. Kasus kematian sewaktu tidur juga sering dikaitkan dengan sleep apnea.
Penderita sleep apnea lebih mungkin untuk memiliki hasil abnormal pada tes fungsi hati yang menceminkan keadaan penyakit hati berlemak non alkohol yaitu keadaan dimana sel-sel hati digantikan oleh sel-sel lemak. Ini mencerminkan rusak dan matinya sel-sel hati yang tercermin dalam pemeriksaan darah untuk menguji fungsi hati.
Terbangun berulang kali karena sleep apnea membuat mustahil untuk mendapatkan tidur yang menyegarkan badan. Siang hari menjadi terasa berat karena mengantuk, kelelahan, lekas marah, dan sulit berkonsentrasi.
Pilihan terapi, turunkan berat badan hingga pembedahan
Sleep apnea harus didiagnosis dan diobati segera. Dokter mengevaluasi hasil rekaman tidur dalam laboratorium tidur dan membuat rekomendasi pengobatan untuk pasien. Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan gangguan napas saat tidur. Tindakan non bedah atau tindakan bedah menjadi pilihan terapi. Perilaku dan tindakan umum seperti penurunan berat badan, berhenti merokok, menghindari alkohol, dan tidur miring pada sisi badan adalah unsur pengobatan non bedah yang konservatif. Jika memiliki alergi hidung, pengobatan untuk alergi akan dilakukan.
Pengobatan sleep apnea ringan memiliki berbagai pilihan, sementara bagi sleep apnea tingkat sedang sedang sampai berat harus ditangani dengan mesin.
Jika Anda menderita sleep apnea moderat hingga yang parah, satu mesin continuous positive airway pressure yang memberikan tekanan udara melalui masker yang ditempatkan di atas hidung saat tidur mungkin diperlukan.
Mesin ini membuat tekanan udara menjadi agak lebih besar dari udara di sekitarnya, dan hanya cukup untuk menjaga saluran napas bagian atas untuk terbuka, mencegah henti pernapasan, dan mendengkur.
Jika sleep apnea tergolong parah, operasi mungkin diperlukan. Sebagai contoh, jika ada amandel yang membesar dan mengganggu pernafasan, satu operasi mengangkat amandel yang membandal diperlukan untuk memperbaiki saluran pernapasan.
(Penulis adalah staf pengajar pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara)