Oleh: Y.M. Bhikkhu Thanavaro Thera, B.A., M.E.d
Namo tassa bhagavato arahato sammasambuddhassa.
DI dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan, salah satu unsurnya adalah Samma Samadhi (meditasi benar). Keberhasilan dalam meditasi juga dipengaruhi oleh obyek yang sesuai. Untuk memilih obyek yang sesuai pertama-tama kita harus mengetahui carita (watak ) dari diri kita sendiri terlebih dahulu. Dengan demikian kemajuan dalam meditasi dapat tercapai. Seorang meditator bila obyek meditasinya tidak sesuai dengan watak dirinya, maka akan sulit untuk mendapatkan kemajuan dalam meditasi. Secara umum carita atau watak digolongkan menjadi enam , berikut ini enam carita atau watak dan obyek meditasi samatha bhavana yang sesuai dengannya.
1. Raga Carita (watak nafsu)
Mereka yang berwatak seperti ini sangat sensitif terhadap nilai-nilai keindahan dan mudah terpengaruh oleh kecantikan wanita atau ketampanan pria, juga akan keindahan musik, literatur, dan lain-lain, yang pada umumnya memuaskan nafsu indera.
Orang seperti ini sangat melekat kepada keindahaan, kerapian dan kenikmatan nafsu.
Orang yang berwatak nafsu atau raga carita bila bermeditasi hendaknya memilih tempat meditasi di tempat yang jauh dari pengaruh-pengaruh nafsu. Obyek yang sesuai adalah 10 Asubha dan Kayagatasati. 10 asubha merupakan sepuluh obyek yang menjijikkan yang berupa mayat, dengan melihat perkembangan mayat, mulai dari mayat masih baru, membengkak, pecah, bernanah, berbelatung, sampai hanya tinggal tengkorak saja. Kayagatasati adalah perenungan terhadap tiga-puluh-dua (32) bagian dari badan jasmani. Kayagatasati merupakan perenungan terhadap badan jasmani dengan memperhatikan badan jasmani ini tidak indah dan tidak menarik yang hanya merupakan kumpulan dari macam-macam unsur yang menjijikkan.
2. Dosa Carita (watak membenci)
Watak membenci atau dosa carita pada umumnya mudah tersinggung oleh masalah-masalah kecil, mudah bosan, kesal, marah, cemburu, iri hati, membenci dan dendam.
Orang yang mempunyai watak seperti ini akan terlihat dalam tingkah lakunya, seperti kalau berbicara suaranya kasar, bila berjalan langkahnya selalu tergesa-gesa, bila melakukan pekerjaan biasanya kasar.
Mereka yang termasuk dalam dosa carita, disarankan memilih lingkungan atau tempat tinggal untuk melaksanakan meditasi yang rapi, indah, teratur dan menyenangkan, bebas dari semua hal yang menimbulkan kejengkelan.
Orang yang memiliki dosa carita bila bermeditasi obyek yang cocok yaitu 4 kasina warna (merah, putih, biru, kuning), dan 4 Brahma vihara (metta, karuna, mudita, upekkha).
3. Moha Carita (watak ketidaktahuan /kebodohan)
Orang yang memiliki moha-carita berarti cenderung bertindak berdasarkan kebodohan batin. Kurang berinisiatif, menggantungkan diri pada opini orang lain, pikirannya ruwet dan tidak tetap.
Orang yang berwatak moha carita ditandai dengan kurangnya kekuatan kecerdasan, yang mana ini harus diimbangi dengan usaha belajar dan mendekati serta meminta penjelasan orang-orang mulia yang berpengetahuan lebih baik. Moha carita adalah watak dari seseorang yang lamban dan selalu merasa ngantuk dan tidak aktif. Mereka yang termasuk moha carita, disarankan memilih lingkungan atau tempat tinggal yang terang, tidak gelap, banyak cahaya, terbuka dan luas, dapat melihat pandangan yang bagus.
Obyek yang cocok untuk orang yang memiliki moha carita adalah Anapanasati (perhatian terhadap pernafasan).
4. Vitaka Carita (watak khawatir)
Orang berwatak khawatir atau vitaka carita pikirannya sering tidak terkendali atau kacau, sering cemas akan kesukaran-kesukaran, mudah sekali merubah prinsip, sehingga berperangai sebagai orang yang tidak punya pendirian tetap. Orang seperti ini sulit dipegang pernyataannya, sebab ia tidak percaya diri serta selalu nampak gelisah, takut dan tidak tenang.
Mereka yang memiliki vitakka carita, pikirannya mudah sekali gelisah, pikirannya bergerak tanpa tujuan yang jelas.
Obyek yang cocok untuk orang yang memiliki vitaka carita adalah Anapanasati (perhatian terhadap pernafasan).
5. Saddha Carita (watak mudah percaya)
Orang yang memiliki saddha carita atau watak mudah percaya sangat mudah diyakinkan , menerima dan percaya tanpa pengertian yang jelas. Segala sesuatu yang didengar walaupun belum jelas asal-usulnya ia akan mudah percaya begitu saja. Sehingga orang yang memiliki saddha carita mudah sekali tertipu.
Orang yang memiliki watak mudah percaya sangat bermanfaat apa bila tinggal dalam lingkungan yang mendorong atau menimbulkan kemampuan berpikir mereka, seyogyanya suka bergaul dengan seseorang yang dapat memberikan petunjuk-petunjuk dan merangsang daya pikirnya dengan cara yang benar.
Orang berwatak mudah percaya atau saddha carita sesuai untuk mengembangkan enam obyek anussati (perenungan), yatu perenungan tentang Buddha, Dhamma, Sangha, Sila, Caga, dan Devata.
6. Buddhi Carita (watak intelek)
Buddhi carita merupakan watak orang yang cerdas dan mempunyai pengetahuan, melaksanakan sesuatu dengan hati-hati.
Kecerdasan tidak selalu menjadi kuntungan, kelebihan darinya dapat menjadi suatu kerugian apabila tidak disertai sikap batin yang pantas atau tidak berdasar pada pengetahuan benar. Kelebihan tersebut justru bisa menyeret kedalam jurang pandangan salah. Orang berwatak seperti ini sulit menerima pandangan orang lain. Dia akan menganggap pandangan dirinyalah yang paling benar.
Obyek yang cocok untuk orang berwatak intelek adalah maranasati (perenungan terhadap kematian), upasamanussati (perenungan tentang ketenangan), aharepatikkulasanna (perenungan terhadap sifat menjijikan dari makanan), catudhatu-vavatthana (analisa tentang empat unsur pembentuk tubuh jasmani).
Walaupun pada umumnya sebagian besar orang memiliki salah satu dari keenam watak tersebut yang paling menonjol, namun sebagian orang ada yang memiliki campuran dari ke enam watak, dimana muncul secara bergiliran sesuai dengan kondisi dan situasi yang mendukungnya . Untuk orang seperti ini obyek meditasi yang cocok adalah 6 kasina (pathavi, apo, tejo, vayo, akasa, aloka) dan 4 Arupa (Akasanancayatana, Vinnanancayatana, Akincannayatana, N'evasanna N'asannayatana).
Tiap individu tentu memiliki carita atau watak yang berbeda-beda, oleh karena itu dengan mengenal adanya carita atau watak yang berbeda-beda di dalam setiap individu diharapkan kita dapat lebih memahami obyek yang sesuai bagi diri kita di dalam meditasi . Dengan demikian kita benar-benar memperoleh kemajuan di dalam praktik meditasi.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.