Oleh: Faisal Pardede
FIRMAN Parera dan balap motor merupakan cerita yang seakan tak ada habisnya. Begitu banyak cerita dan prestasi yang ditorehkan pembalap Sumut yang kini mulai berkarir menjadi pelatih.
Pria yang punya tubuh relatif kurus ini memang istimewa. Penampilan sehari-harinya dengan kehebatannya saat beraksi di lintasan balap, memang suatu hal yang sangat kontras.
Dalam keseharian, Firman merupakan sosok yang kalem alias tidak banyak bicara, kalaupun bicara sekali sekali saja dan selalu dengan nada yang lembut.
Namun, jika melihat Firman sedang berlomba, mungkin ada bisa tidak percaya itu adalah dia. Ia adalah pembalap yang sulit ditaklukkan dan jarang gagal dalam berbagai event lomba yang diikutinya. Ia tergolong pembalap terhadap lintasan aspal, baginya ada moto jika sedang berlomba yakni tidak kenal istilah angkat gas, walau sedang di tikungan.
Berkat kehebatannya itu, Firman mendapat sejumlah julukan, dan salah satu julukan yang paling terkenal dan lengket pada dirinya “Boogie”, sehingga MC di arena balap selau menyebutkan nama Firman “Boogie” Parera jika ia sedang beraksi melahap tikungan dengan tanpa ampun, dan tanpa kenal istilah angkat gas.
Sebab itu, mungkin terlalu panjang prestasi pembalap yang satu ini untuk dituliskan, sejak ia mengenal balap saat ia masih duduk di bangku SMP pada tahun 1997.
Ada kisah yang menarik mengenai dirinya, Firman sempat dilarang orangtuanya menekuni karir balapnya, sehingga ia sempat sembunyi-sembunyi selama dua tahun mengikuti balap. Namun, karena balap memang sudah menjadi hobi sang anak, akhirnya orang tuanya (Ibrahim dan Rosita) mengizinkan Firman menekuni karir.
Firman kemudian hijrah ke Medan. Dengan kemampuannya yang sangat potensial membuat banyak klub balap di Medan tertarik, salah satu yang merekrutnya bergabung adalah tim Suzuki Deli Top One FDR NHK Medan. Di arena balap Sumut nama Firman adalah nama yang begitu disegani dan selalu naik podium juara.
Prestasi puncak paling membanggakan yang ditunjukkan Firman adalah keberhasilannya meraih medali perunggu pada PON Palembang.
Firman kini mulai beralih karir menjadi pelatih dan mendapat kepercayaan dari Pengprov IMI Sumut untuk menjadi pelatih tim balap Sumut. Dalam menangani tim balap Sumut, ia berkolaborasi dengan mantan pembalap Sumut H Syabra Buana yang bertindak sebagai manajer teknik, sedangkan manajer tim ke PON XIX ini dipercayakan kepada Afri Aulia.
Firman berjanji menurunkan semua pengalaman selama menekuni balap kepada tim balap PON Sumut yang kini diperkuat M Irvansyah Lubis (perorangan 125cc dan beregu), Adrian Aritonang (beregu) dan Zefri Hadi (perorangan 150cc).
“Boogie” menggenjot stamina atau daya tahan, adik-adik binaannya dengan berlatih sebanyak 90 putaran lintasan dalam tiap sesi latihan. “Porsi kami minimal 90 putaran setiap latihan di sirkuit IMI di Jalan Pancing, tujuannya memang meningkatkan daya tahan,” ungkap Firman.
Demikian pula dalam meningkakan mental pembalap, Firman mendongkrak nyali pembalap yang ditanganinya agar tidak mengenal istilah takut ketika turun berlomba. “Tak perlu ada istilah takut kalau mau juara. Pokoknya, kalau bisa tidak ada istilah angkat gas, walau di tikungan,” kata Firman tentang kiat yang menjadi salah satu kunci keberhasilannya.
Firman mengaku, semangat para pembalap Sumut untuk mempersembahkan medali saat ini sangat tinggi, tekad untuk mempersembahkan untuk medali emas pada PON XIX ini seakan tidak bisa ditawar-tawar lagi. “Tentu saja kami berharap doa dari penggemar balap Sumut untuk keberhasilan kami,” sebutnya.
Motivasi yang telah diberikan Ketua Pengprov IMI Sumut, Ijeck agar pembalap Sumut percaya diri dalam berlomba nantinya semakin menambah motivasi para pembalap. Tak hanya itu, Ketua Pengprov IMI Sumut pun sudah menjanjikan bonus Rp 50 juta bagi pembalap yang nantinya membawa pulang medali emas dari arena balap PON XIX/ 2016 yang akan berlangsung di Sirkuit Bukit Puesar, Tasikmalaya, Jawa Barat pada 25 September.
Kita lihat saja, mudah-mudahan misi membawa pulang medali emas balap motor terwujud dalam PON XIX kali ini. (*)