Manisnya Bisnis Jasa Titipan

PADA zaman yang serba digital ini membawa angin segar bagi sebagian masyarakat untuk me­manfaatkan sarana media so­sial sebagai ajang bisnis sam­pingan yang menguntungkan, salah satu­nya jasa titip barang (jas­tip).

Dunia belanja saat ini tidak hanya diramai kan dengan e-commerce yang sudah lebih dahulu tenar di dunia bisnis online. Ada­nya media sosial juga me­miliki pe­luang yang mengun­tung­kan, de­ngan me­ngan­dalkan kepe­rc­ayaan dan foto me­narik, Anda bisa jadi pembelanja personal atau lebih terkenal dengan istilah personal shopper.

Cara kerjanya pun sangat me­nga­syikkan, Anda hanya me­ng­unjungi beberapa pusat perbe­lan­jaan, pilih item yang ingin dita­warkan, foto, lalu unggah di media sosial dengan memberikan tawaran harga yang sesuai de­ngan barang tersebut. Lalu, Anda pun hanya tinggal menunggu follower memesan barang tersebut.

Kemudian pembeli pun me­ngi­rimkan sejumlah uang untuk Anda belikan barang yang diingin­kan dan terakhir lakukan proses pengi­riman. Banyak keuntungan yang didapatkan dari usaha jastip. Usaha ini pun tidak membu­tuhkan modal yang besar.

Untuk Anda yang hobi belanja, ini salah satu usaha penambah penghasilan yang menggiurkan. Seperti Pipit Widiya Sari yang telah menjalani bisnis jastip sejak 2015. Dia lebih mem fokuskan menawarkan barang rumah tang ga, terutama produk IKEA. Dia menawarkan jasanya melalui akun Instagram @dev_ikea.

Wanita yang akrab disapa Pipit ini tertarik memilih produk IKEA karena desainnya yang tidak pasa­ran dan unik. “Awalnya saya sem­pat memulai lewat item fashion, seperti baju, tapi karena waktu itu teman menitip perala­tan rumah tangga, kenapa enggak saya coba,” ujarnya saat dihubu­ngi di Jakarta.

Dia pun menceritakan, awal­nya membantu teman untuk mem­belikan sofa. Karena lokasi rumah­nya yang jauh dari store se­hingga ia membantu memilihkan ba­rangnya lewat foto yang diung­gah di Instagram. “Kebetulan ru­mah saya dekat store, jadi mobi­li­tas saya untuk berbelanja sangat terjangkau,” ungkapnya.

Jenis barang yang banyak dipe­san pun cukup bervariasi, tapi yang menjadi favorit adalah pera­latan dapur, bed textile, lighting, rugs, home decoration, perleng­kapan makan, dan furnitur. Se­perti sofa, lemari pakaian, ranjang kasur, dan meja makan. Pipit pun meyakini, menawarkan produk home furnish dari IKEA dapat memberikan banyak keuntungan.

Karena produk asal Swedia ini sudah cukup terkenal dan memiliki keunikan serta daya tarik tersendiri sehingga banyak orang tertarik untuk membelinya. Untuk konsu­mennya sendiri, Pipit pun mengaku lebih banyak dari kalangan ibu rumah tangga. Na­mun, ada pula beberapa klien nya yang datang dari perusahaan atau pun restoran.

Dalam hal transaksi pemba­yaran, bisa dilakukan dengan cara transaksi bank. Apabila ada kele­bihan uang atau barang yang diinginkan sudah sold out , uang pun akan dikembalikan. Dari bisnis jasa titip beli barang ini, Pipit pun mengaku tidak begitu banyak ke untungan yang dida­pat.

Dari setiap barang yang dita­war­kan dia hanya mengambil fee Rp5.000 “Mi­salkan saja untuk barang yang harganya di bawah Rp20.000, fee Rp5.000. Jika ba­rang tersebut di atas Rp1 juta, fee-nya antara Rp80.000 sampai Rp100.000. Fee ini juga sudah termasuk biaya packing bubble wrap atau dus,” kata Pipit.

Begitu tertariknya Pipit mela­koni bisnis ini, dia pun mengaku mendapatkan omzet yang cukup besar. “Jika sedang tidak ada sale bisa dapat Rp6 juta sampai Rp7 juta per bulan. Tapi kalau sedang ada sale bisa masuk Rp10 juta sam­pai Rp11 juta per bulan,” ungkap­nya. Jika Pipit lebih mem­fo­kuskan pada jasa titip barang untuk produk rumah tangga IKEA, beda halnya dengan Wida­asri Hardika, pemilik jastip Ayo Titip. Wanita yang akrab disapa Asri ini terinspirasi dari para pe­­laku jastip lainnya yang sudah meraih keun tungan lewat bisnis ini.

“Tertarik karena mendengar sudah banyak komunitas yang salah satu anggotanya berhasil mendapat omzet miliaran rupiah, kenapa enggak coba untuk dij­alani,” ujar­nya. Saat mencoba melakukan bisnis ini, Asri memi­lih untuk lebih fokus jastip fashion .

Karena beberapa barang fas­hion yang terkenal memiliki outlet cukup di kota besar saja se­hi­ngga bisa dijadikan ladang bisnis. Meng ingat orang-orang di wilayah terpencil ter ken dala ak­ses untuk membelinya. “Keba­nyakan orang yang punya uang untuk membeli terkendala jarak dan biasanya mereka tidak ba­nyak tanya, tapi langsung membelinya,” tutur Asri.

Dalam satu hari, dia mengaku bisa melakukan perjalanan mem­beli barang sebanyak 20 ba­rang. Bahkan jumlah itu bisa bertam bah saat musim liburan tiba. Untuk item fashion yang ba­nyak dipesan antara lain, Uniqlo, Pull&Bear, H&M, dan beberapa merek terna­ma lainnya.

“Kalau pelanggan lebih ba­nyak da­tang dari kalangan ibu ru­mah tang­ga dan remaja, khu­susnya ka­langan mahasiswa,” ung­kapnya. Un­tuk transaksi pem­bayaran, Asri me­minta para pe­lang­gannya untuk men­­transfer uang terlebih dahulu. Bi­la barang yang diinginkan tidak ada, dia akan mengembalikan uangnya.

Dia pun memberikan jaminan untuk barang yang ditawarkan benarbenar asli. “Semua barang asli karena saya membelinya di gerai resmi langsung. Untuk mem­buk­tikan asli atau tidak, bisa cek di bagian barcode-nya,” tam­bah Asri.

Asri pun mengaku sa ngat se­nang men jalani bisnis ini karena se­suai dengan ho binya berbe­lanja. “Bisnis ini banyak tan­ta­ngannya, terlebih lagi saat diskon. Kita harus cepat mendapatkan ba rang yang diinginkan, sebelum direbut orang,” tuturnya. (okz)

()

Baca Juga

Rekomendasi