FESTIVAL Qingming atau Cheng Beng adalah ritual tahunan etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan ziarah kubur sesuai dengan ajaran Khong Hu Cu.
Festival tradisional Tiongkok dilaksanakan pada hari ke-104 setelah titik balik Matahari di musim dingin (atau hari ke-15 pada hari persamaan panjang siang dan malam di musim semi), pada umumnya dirayakan pada 5 April atau 4 April pada tahun kabisat. Sebelum zaman Dinasti Qin, ziarah makam hanya monopoli dan hak para bangsawan. Namun setelah Qin Shi-huang mempersatukan Tiongkok dan mengabolisi para bangsawan, rakyat kecil kemudian meniru tradisi ziarah makam ini setiap Ceng Beng.
Zaman dahulu, terutama bagi orang-orang yang berduit dan berharta, nyekar itu tidak hanya diadakan sekali setahun, tapi bisa berkali-kali (bahkan dua kali sebulan). Dan acara ini dibuat penuh dengan kemewahan dan benar-benar mempertontonkan kekayaan.
Kaum sanak keluarga ditandu berkeliling, diiringi dayang-dayang dan pengawal yang berjumlah banyak, makanan yang dibawa itu pasti yang enak-enak dan bunga yang disiapkan juga yang mahal dan harum-harum.
Suatu hari, Kaisar Tang Xuanzong melihat semuanya ini seperti pemborosan massal saja. Dia pun menitahkan agar semua membatasi diri dan hanya mengadakan acara nyekar ini sekali setahun.
Dan d ia menetapkan hari Ceng Beng (limabelas hari setelah Chunhun, atau hari di mana matahari tiba di katulistiwa) sebagai hari baik untuk ini.
Selain karena Ceng Beng adalah hari baik (arti kata Ceng Beng, atau Qing Ming, adalah “cerah dan terang”), hari ini dipilih karena banyak petani sudah selesai panen dan punya waktu senggang untuk mengunjungi makam leluhur. Jadilah Ceng Beng bukan hanya kegiatan orang kaya, tapi kegiatan untuk semua lapisan orang.
Mendekati hari perayaan Ceng Beng yang biasanya jatuh pada 5 April nanti, warga keturunan Tionghoa mulai ziarah membersihkan makam dan sembahyang untuk menghormati para leluhurnya.
Setiap tahun keluarga sengaja datang untuk memberikan penghormatan kepada leluhur orang tua.
Dalam sembahyang itu, peziarah membakar beberapa dupa, sembari memberikan penghormatan di depan makam, di depannya nampak beberapa jenis buah-buahan dan kertas sembahyang yang tersusun rapi di atas makam.
Tidak ada aturan yang menyebutkan bahwa orang Tionghoa yang merayakan Ceng Beng harus yang beragama Buddha atau Kong Hu Cu. Siapa pun boleh saja melakukan sembahyang kubur karena tujuannya adalah untuk menghormati jasa-jasa orangtua dan leluhur.
Selain untuk menghormati jasa orangtua dan leluhur, kita juga bisa kembali berkumpul dengan keluarga dan saudara jauh ketika Ceng Beng. (bbs/wkp/es)