Sebaik-baik Umur Adalah yang Diberkati Allah

sebaik-baik-umur-adalah-yang-diberkati-allah

Tak ada seorang pun tahu akan meninggalkan dunia di usia berapa. Itu rahasia Allah Swt. Sebagai hamba, kita mesti memanfaatkan sisa umur di dunia ini dengan sebaik-baiknya, dengan banyak beribadah dan beramal salih. Umur yang sudah dilewati mesti menjadikan seorang muslim semakin kuat imandan ketakwaannya, sehingga ia siap menghadap kehadirat Allah.

Di buku ini, Sayyid ‘Abdullah al-Haddad memberi penjelasan tentang tahap-tahap umur manusia, dari sebelum dilahirkan ke dunia, hidup di dalamnya, kemudian meninggakannya melalui mati dan akhirnya dibangkitkan kembali di alam lain. Dari sana, kita diajak berefleksi dan merenungi kehidupan ini, guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Ulama besar Hadramaut yang juga ahli dakwah dan sufi abad ke-16 ini menguraikan itu semua denga berpedoman pada Alquran dan hadis-hadis Nabi, serta pen­dapat dari para ulama ternama.

Dijelaskan, tahapan kebe­radaan manusia dibagi men­jadi lima bagian. Umur per­tama, adalah masa sejak Allah Swt. menciptakan Adam a.s. dan menyimpankan dzur­riyyah di tulang punggungnya yang penuh keberkahan. Allah per­nah mengeluarkan semua dzurriyyah Adam ini dari tulang punggungnya, setelah Dia menyimpan mereka di sana, pada Hari Mitsaq (hari pe­ngambilan janji sekalian ma­nusia untuk mengakui ke­esaan dan ketuhanan Allah Swt. di Na’man, lembah dekat Padang Arafah) sebagaimana firman Allah dalam Al-A’raf [7]: 172).

Setelah itu, dituliskan-Nya bagi mereka suatu catatan, lalu disimpan-Nya pada Hajarul-aswad. Maka, jamaah haji ketika mencium Hajar Aswad membaca: “Ya Allah, ya Tuhanku! Ini demi memenuhi keimananku dan menunaikan janjiku kepada-Mu, serta lebih meyakini Kibab-Mu!”. Ini menunjukkan dzurriyyah Adam itu sudah memiliki wujud dan pendengaran, tapi mereka berada di tingkatan wujud yang lain, bukan tingkatan wujud seperti yang tampak di dunia ini (hlm 37-38). Di tahapan ini, kita diingatkan akan janji manusia untuk mengakui keesaan dan ketuhanan Allah bahkan sejak sebelum dilahirkan.

Tahapan umur kedua dimulai sejak manusia dilahirkan dari perut ibunya, hingga ia mati meninggalkan dunia ini. Ini tahapan pertengahan dari semua umur, di dalamnya berlaku taklif: kewajiban menunaikan perintah dan meninggalkan larangan Allah, yang mengakibatkan adanya pahala, hukuman, kebahagiaan kekal di sisi Allah atau azab yang abadi dan terjauhkan dari Allah Azza wa Jalla. Tahap umur kedua dibagi menjadi beberapa tahapan. Dari masa dalam kandungan, sesudah dilahirkan, tahapan umur muda, dewasa, tua, lanjut usia, hingga masa penutup atau kematian.

Sebaik-baik umur ialah yang diberkati Allah, umur yang dihabiskan untuk mengerjakan amalan saleh dan kebajikan. Umur yang panjang tak berarti baik, pun yang pendek tak berarti tak baik. Ada kalanya, Allah Swt memberi berkat-Nya pada umur yang pendek bagi sebagian hamba-Nya yang terpilih, sehingga amalannya lebih banyak kebaikannya dan lebih terasa manfaatnya daripada orang-orang yang dipanjangkan umurnya (hlm 81). Kita diberi contoh seperti Imam Syafi’i, Imam Ghazali, Imam Nawawi, Khalifah Umar bin Abdul Aziz, orang-orang alim yang umurnya tidak dipanjangkan Allah, namun benar-benar membawa keberkahan.

Kematian bisa datang kapan saja. Di sini, kita dianjurkan untuk senantiasa mengingat akan mati. Adapun “memanjangkan hara­pan” dan melupakan mati adalah perkara yang dibenci dan dilarang. Kata Imam Ghazali, “Ketahuilah, bah­wasanya maut itu tidak men­jemput Anda pada waktu dan keadaan yang tertentu, akan tetapi maut pasti men­jemput Anda pada waktu yang tidak diketahui. Maka, menye­diakan diri untuk maut adalah lebih utama daripada menye­diakan diri untuk dunia” (hlm 85).

Tahapan umur ketiga dimu­lai saat manusia mening­galkan alam dunia ini hingga ia dibang­kitkan dari kubur. Di sini, dipaparkan berbagai tahapan mulai dari musnah­nya tubuh dan tetapnya ruh di alam barzah, perihal perta­nyaan di alam kubur, siksa kubur, hingga manfaat doa, sedekah, dan bacaan Al Quran bagi orang mati. Penjelasan di tahapan alam kubur semakin menya­darkan kita agar semakin giat membekali diri dengan iman, ketakwaan, dan amal salih selama hidup di dunia.

Kemudian, tahapan umur keempat dimulai sejak kebangkitan manusia dari kuburnya untuk menghadap pengadilan Allah, hingga saat masuknya ahli surga ke dalam surga dan ahli neraka ke dalam neraka. Terakhir, tahapan umur kelima yang dimulai saat masuknya ahli surga ke surga dan ahli neraka ke neraka, selama-lamanya. Umur ini, jelas penulis, merupakan umur paling nikmat bagi penghuni surga. Sebaliknya, ini menjadi umur paling besar penderitaannya bagi penghuni neraka (hlm 168).

Merenungi tahapan-tahapan perjalanan manusia akan semakin membuka mata hati kita akan apa yang sebenarnya mesti diutamakan dalam hidup ini. Kita semakin disadarkan bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, satu tahap dari rangkaian perjalanan panjang manusia, di mana rida, ampunan, dan keberkahan Allah Swt adalah tujuan akhirnya. Wallahu a’lam.

Peresensi: Al-Mahfud, lulusan STAIN Kudus. Menulis artikel dan resensi buku di berbagai media.

()

Baca Juga

Rekomendasi