Memaknai “We Make America Great Again”

memaknai-we-make-america-great-again

Oleh: Dr. Salman Nasution SE.I., MA.

Siapa tidak kenal Amerika Serikat, satu diantara negara super power dalam segala bidang seperti kualitas pendidikan dan kesehatan, kekuatan militer, ekonomi dan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai negara yang kuat tentu harus memiliki pemimpin yang kuat juga dalam mengurusi pemerintahan dalam negeri dan juga luar negeri. Maka kita tidak nafikkan, kebija­kan luar negeri Amerika Serikat (AS) mempengaruhi negara-negara lain.

Setelah menang dalam pemilihan umum presiden AS pada hari Selasa, 8 November 2016, Donald Trump dari partai Republik dengan lawannya politik­nya Hillary Clinton dari partai Demokrat. Pada tanggal 20 Januari 2017, maka sah secara de facto dan de jure, presiden AS yang ke 45 adalah Donald Trump. Sudah cukup lama yang dinantikan oleh pendukung dan politisi partai Republik untuk menang dalam kontestan pemilu. Bahkan para analis dalam dan luar negeri AS sendiripun tidak menyangka kemenangan partai dan calon presidennya. Sebagaimana undang-undang pemilu AS, bahwa sistem yang digunakannya adalah Electoral College.

Adapun slogan kampanye Trump yaitu “We Make America Great Again” kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yaitu “Kita Besarkan Kembali Ame­rika”. Menurut pandangan partai Republik dan Donald Trump, selama kepemimpinan yang diusung oleh par­tai Demokrat, selalu lemah dalam kebijakannya seperti pengontrolan persenjataan yang lemah, terlalu banyak peraturan, pelayanan kesehatan yang kurang baik seperti Obamacare dan lainnya. Sehingga dengan slogan tersebut, permasalahan kebijakan dari partai Demokrat tidak terulang kembali.

Istilah dari slogan tersebut memberikan sinyal yaitu mengembalikan kekuatan AS yang sesungguhnya dimata negara-negara lain. Benar bahwa AS pernah dijajah oleh kerajaan Britania Raya dan dinyatakan merdeka pada tanggal 4 Juli 1776. Pengalaman Jatuh bangunnya AS, seperti The Great Depression tahun 1929 membuat perekonomian jatuh sehingga ber­dam­pak pada tingginya pengangguran dan kemiskinan. Disaat itu, pasar saham Dow Jones dan Wall Street am­bruk yang berdampak besar bagi hampir seluruh perusahaan-perusahan AS.

Pengalaman akan kehebatan AS dan sekutunya dalam perang adalah kemenangan pada perang dunia ke II, setelah Jepang dibombardir di wilayah Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Dan disaat itupula, Indonesia mempersiapkan kemerdekaannya karena kolonial Jepang sudah melemah karena mereka harus pulang ke Jepang untuk memperbaiki negaranya dari puing-puing kehancuran. Kekuatan AS juga terlihat dari ideologi kapitalisme yang dipimpin AS versus komunisme yang dipimpin Uni Soviet. Perang dingin juga tidak terelakan dan garis kemenangan sangat berpihak kepada AS setelah Uni Soviet menjadi negara yang terpecah menjadi 15 negara pada akhir tahun 1991. Namun pertentangan antara negara pecahan Uni Soviet terkhusus Rusia masih berlanjut sampai saat ini.

Ada apa dengan “We Make America Great Again” sehingga membuat kebijakan AS saat ini sangat dikha­watirkan dan dilawan oleh beberapa negara termasuk China sebagai satu diantara penguasa perdagangan dunia. Maka tak heran, saat ini perang dagang sedang berlangsung antara China dan AS dengan perang bea masuk antar barang impor (pajak) diantara keduanya tentu keduanya terimbas dalam perusahaan dalam negeri mereka. Satu diantara perusahaan yang terim­bang dengan perang ini yaitu Harley Davidson di AS. Dan perang kapitalis ini masih berlangsung sampai saat ini. Kita tunggu saja siapa pemenangnya atau imbang. Mudah bagi Amerika untuk menghancurkan negara dari ekonominya, sebagai buktinya kehancuran Lira mata uang Turki yang jatuh terjun bebas ke level 6,24 per dolar AS dan juga Iran dan Korea Utara masih menjadi sangsi ekonomi oleh AS dan sekutunya karena masih dicurigai dalam pengembangan senjata nuklir

Kebijakan Trump lainnya yaitu menutup dan mem­buat pembatasan yang tinggi ditambah dengan alat mesin yang canggih yang tidak mungkin imigran me­­le­watinya. Kehadiran imigran khususnya dari ne­gara-negara “black list” atau daftar hitam yang dianggap mengganggu keamanan AS. Peperangan dan kelaparan berkepanjangan yang terjadi di negara-negara terkhusus di Afrika membuat mereka harus hijrah dari negaranya untuk mendapatkan keamanan dan perekonomian hidup mereka. Siapa yang tak kenal AS dengan ekonomi yang kuat, maka satu diantara negara tujuan para imi­gran adalah AS. Perjuangan yang super keras un­tuk masuk di AS.

Mengenai kebijakan Trump terkait dengan pelara­ngan imigran termasuk para pencari ilmu di negara tersebut terkhusus negara yang berpenduduk mayoritas Muslim (Iran, Libya, Suriah, Sudan, Somalia dan Ya­man). Sehingga beranggapan miring kepada AS kepada negara-negara Muslim lainnya yang sedang belajar dan akan mendaftar di kampus AS. Rasa per­sau­daraan yang tinggi sesama Muslim membuat banyaknya demonstrasi atas kebijakan Trump yang dianggap melanggar HAM internasional. Itulah Trump yang sangat proteksionis dan perfeksionis terhadap negaranya yang dianggapnya sudah rapuh karena ke­bijakan dan program pemerintahan yang salah semen­jak dipimpin oleh Obama dengan partai Demokratnya.

Great again selanjutnya adalah mempertahankan pendidikan di AS sebagai kualitas terbaik di dunia. Harvard University dan lainnya menjadi incaran para pencari ilmu dari dalam dan di luar negeri itu untuk belajar di AS, apalagi kalau lulus di universitas ber­gengsi. Satu diantara entrepreneur muda Gojek Transp­ortaton Online Indonesia adalah Nadiem Makarim alumni Harvard University 2011. Menurut data akademik di AS pada tahun ajaran 2015/2016 terdaftar ada 1.044 siswa asing yang belajar di sekolah dan universitas di AS.

Pertumbuhan Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, Trump juga sebagai peng­usaha terkaya berjanji untuk meningkatkan pertum­buhan ekonomi AS yang kuat. The Fed (Bank Central AS) pada bulan Maret 2018, memperkirakan ekonomi AS akan berkembang lebih dari 3% ditahun berikutnya. Walaupun pada kuartal pertama 2018 pertumbuhan hanya 2,3%. Tentunya kebijakan-kebijakan ekonomi harus tepat dalam mendukung pertumbuhan tersebut, diantaranya The Fed akan meningkatkan suku bu­nga­nya. Seperti pada masa Obama pada tahun 2009 suku bunga hanya 0,25% dan di tahun 2017 lalu naik men­jadi 1,5 persen atau 6 kali lipat. Dan pada tahun 2018 ini dengan alasan menjaga dan menguatkan eko­nomi AS, negara tersebut akan menaikan suku bunga acuan sebanyak 4 kali. Maka banyak para in­vestor asing khususnya dari AS untuk kembali ke kampungnya membangun perusahaan AS yang membutuhkan modal, termasuk investor asal Indonesia untuk bertahan di negara Paman Sam.

Sampai saat ini, tidak ada yang mampu melawan kebijakan yang dianggap kontrovesi yang dibuat oleh Trump. Dengan alasan “We Make Amerika Great Again” tentu harus berlawanan dari kebijakan sebe­lumnya terkhusus Obama. Jika kebijakan tersebut tidak ada bedanya tentu pula tidak ada istilah slogan tersebut.

Pemerintahan Trump belum dikatakan gagal karena masih berjalan masa kepemimpinannya. Setiap orang ada masanya untuk memimpin dan berbuat un­tuk negeri apalagi mencintai negeri sebagaimana ungkapan presiden AS, John F. Kennedy “Jangan ta­nyakan apa yang negara berikan kepada mu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan untuk negara mu”.

Ini merupakan dinamika kepemimpinan yang pasti banyak kecewa, tentu tidak ada manusia yang sem­pur­na. Walaupun AS dikatakan negara liberal dan ka­pital namun AS masih banyak membantu negara-negara miskin dan berkembang termasuk Indonesia yang ma­suknya lembaga sosial asal AS seperti USAID yang membentu program-program pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan, sanitasi. Selanjutnya, AS tidak melupakan kepercayaan kepada Tuhan sebagaimana yang tertera kata-kata pada mata uang AS (dolar/$) “In God, We Trust” dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan “Dengan Tuhan, Kami Percaya”.  ***

Penulis adalah dosen UMSU dan Wkl. Sek. Pemuda Muhammadiyah Sumut.

()

Baca Juga

Rekomendasi