Siswi Jerman Pertukaran Pelajar di YPSA

siswi-jerman-pertukaran-pelajar-di-ypsa
Medan, (Analisa). Annika Roelofsen, siswi asal Osnabruck Jerman, siswi pertukaran pelajar program American Field Servis (AFS) yang bekerja sama dengan Bina Antarbudaya Medan bersilaturahmi ke kantor kerja Pembina Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) di gedung Internasional YPSA.

Siswi AFS Bina Antarbudaya chapter Medan ini disambut Pembina YPSA Buya Sofyan Raz di ruang kerja Pembina YPSA Gedung Internasional YPSA, Rabu (17/7).

"Welcome to YPSA, selamat datang di sekolah Islam Internasional di Medan Sumatera Utara ini. Semoga Annika betah selama sekolah di sini. Jangan takut, karena kami semua adalah keluarga bagimu," kata Buya saat menyambut Annika.

Dilanjutnya, semoga ke depannya, program di sekolah ini dapat Annika ikuti semua dengan baik. "Apalagi Annika sejak 2017 sudah Muallaf,” terang Buya.

Kepala SMA YPSA Bagoes Maulana, M.Kom., mengatakan Annika akan mengikuti kegiatan belajar di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah selama 1 tahun. “Ini sudah kesekian kalinya YPSA menerima siswa AFS dari berbagai negara. Tahun sebelumnya ada Alejandro Gonzales Parmingeat dari Argentina, Leonie Magdalena Schneider asal Jerman, Emilie Ungurean asal Italy dan lainnya,” ujarnya.

Tahun ini, lanjutnya juga, 4 siswa-siswi SMA YPSA berhasil lulus seleksi AFS Intercultural Program Internasional yang bekerja sama dengan Bina Antar budaya ke Italia dan Polandia serta akan berangkat pada September 2019.

Bagoes mengatakan, setiap tahun pertukaran pelajar SMA antarnegara terus dilakukan. Pertukaran pelajar Indonesia dan pelajar asing itu bekerja sama dengan Kemendikbud. Kegiatan tersebut sudah berlangsung 60 tahun. "Bina Antarbudaya berbasis relawan telah mengirimkan 3.500 siswa- siswi ke berbagai negara dan hingga saat ini telah menerima lebih dari 1.500 siswa asing untuk tinggal di Indonesia," ungkap Bagoes Maulana.

Bagoes menjelaskan, Bina Antarbudaya didirikan 2 Mei oleh Taufiq Ismail, Tanri Abeng, Irid Agoes, Kartono Mohammad dan Sophie Gunawan, memosisikan sebagai organisasi berbasis pendidikan, nonpemerintah dan nonprofit berbasis relawan. Misinya, kata Bagoes adalah melahirkan calon pemimpin masa depan yang mengangkat harkat, martabat serta kesejahteraan bangsa Indonesia dan umat manusia melalui pembelajaran antarbudaya.

Khusus untuk pelajar asing bisa memberikan pemahaman bahwa kebudayaan, toleransi dan kerukunan beragama Indonesia sangat baik. Selain itu kita bisa mengenalkan objek-objek wisata dan keberagaman budaya di Sumatra Utara ini", akhiri Bagoes.

Annika mengungkapkan kegembiraannya dapat bergabung di YPSA ini. “Saya sangat bersemangat untuk belajar bahasa dan budaya Indonesia. Saya berharap teman-teman saya di sekolah ini dapat membantu saya," tambahnya. (rel/st)

()

Baca Juga

Rekomendasi